Breaking News

Ketika Imam Malik Menjawab; Saya Tidak Tahu [2]


Kesucian Agama Segalanya
Kamis, 9 Jumadil Awal 1437 H - 18 Februari 2016

  Hifdzuddin adalah tujuan yang sangat mendasar dalam syariat. Allah Subhanahu Wa Ta’ala sangat Murka kepada saja yang lancang menisbatkan pada agama, yang sebenarnya bukan bagian dari agama ini.

  Ancaman inilah yang membuat para Sahabat selalu berhati-hati dalam menetapkan hukum yang terkait dengan urusan agama.

  Sepeninggal Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam proses transformasi Islam dijalankan oleh para Sahabat. Dari para Sahabatlah para tabi’in menimba ilmu.

  Demikian seterusnya hingga Islam sampai pada kita. Ada satu spirit yang terus terwariskan sejak zaman Sahabat. Yaitu spirit menjaga agama (Hifdzuddin) ini.

  Mereka sangat semangat dalam mengajarkan agama. Namun di saat yang sama mereka juga sangat berhati-hati dalam menyampaikannya. Itu tidak lain karena mereka tidak ingin agama Islam ini ternodai oleh ajaran-ajaran yang tidak berasal dari Islam.

   Semuanya ini tentunya berangkat dari kesadaran bahwa agama adalah hal yang paling berharga yang dimiliki oleh seseorang. Nilai seseorang disisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala sangat ditentukan oleh bagaimana menjalankan agamanya. Bahkan demi kesucian agama ini segalanya bisa dikorbankan.

  Imam Ahmad bahkan rela disiksa selama beberapa rezim hanya untuk mencegah dimasukannya ajaran bahwa Al Qur’an itu makhluk atau ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

   Ajaran ini sangat berbahaya. Sebab, jika paham ini lolos maka tentu al Qur’an akan menjadi obyek kritikan.ia tak lagi suci sebab ia sama dengan ciptaan Allah yang lain. Naudzubillahi Min Dzalik [Bersambung].

No comments