Breaking News

Hikmah Perjalanan

Hikmah Perjalanan



   Seorang anak perempuan kelas 5 SD terbangun dari tidur nyenyaknya. Ia begitu kaget mendengar suara deburan ombak tak henti-henti. Ia pun membangunkan sang Ibu yang saat itu tidur di sampingnya di sebuah penginapan di pinggir pantai. 

 “Ma, suara apakah itu?”  

“Itu suara ombak, Nak. Tadi siang kita kan berenang dan main ombak di pantai.”      

   Anak perempuan itu terdiam. Ia merasa aneh dan malu sendiri. Ia mengira ombak laut itu ibarat toko atau arena permainan yang rata-rata hanya buka sampai pukul 9 malam. Pada malam hari ia mengira ombak pun berhenti.       

   Ketika menceritakan hal itu, Rima yang kini sudah memiliki dua anak merasa tidak habis mengerti. “Kok bisa ya, dulu aku berpikir seperti itu?” apakah karena ia terlalu sering berjalan-jalan ke mall atau karena jarang berjalan-jalan ke alam terbuka.      

    Sampai-sampai di usia sekitar 11 tahun ia baru tahu bahwa laut mengirimkan ombak ke pantai sepanjang hari, sepanjang bulan, dan sepanjang tahun. Ketka ia mengetahui hal itu, ia pun takjub pada Sang Pencipta. 

 **    
    Seorang ibu sedang dirundung duka karena permasalahan yang terus menerus mendera dirinya. Sempat ada rasa frustasi mengisi ruang hatinya. Ia pun protes pada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan dirinya dan memberi segudang permasalahan pada hidupnya.       

   Dalam suatu kesempatan, ia berjalan-jalan di tepi pantai. Melihat ombak yang berdebur memukul dengan keras batu-batu karang yang kokoh, menimbulkan perenungan yang dalam.      

    Hatinya pun berbisik; “Ya Allah, betapa ombak patuh pada ketentuan-Mu. Meski ia harus dibenturkan dengan karang, sekeras apapun, setiap saat selamanya ia pasrah menjalankan perintah-Mu. Ia tidak pernah protes ataupun menggugat ketentuan dari-Mu.”       

    Perjalanan si ibu ke tepi pantai menimbulkan kesadaran dan pencerahan dalam hati juga pikirannya. Ia pun merasakan hatinya dipenuhi keikhlasan menjalani apapun yang terjadi di hadapannya.  

**      
    Dua kisah di atas memberi gambaran betapa pentingnya melakukan perjalanan sebagai bagian dari proses pembelajaran dan pendewasaan diri. Dengan melakukan perjalanan, seseorang tidak saja melihat bagaimana Allah menciptakan alam semesta dengan keanekaragamannya: gunung, pantai, gurun pasir, negeri empat musim, atau bahkan tempat yang selamanya diliputi salju.       

    Perjalanan juga membuat kita mengenal beragam karakter dan budaya masyarakat, yang memungkinkan kita mempelajarinya dan mendapatkan manfaatnya. Salah satu di antaranya yaitu Muhammad Asad (Leopod Weiss) – sebagaimana yang diceritakan dalam bukunya Road to Mecca -  menemukan keyakinan pada Islam berkat perjalanannya.       

     Dengan melakukan prjalanan, seseorang juga dapat melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan Sang Pencipta. Tak sedikit negeri yang menjadi mati karena penduduknya banyak melakukan maksiat dan mengingkari-Nya, seperti kaum Tsamud, ‘Ad, bangsa Pompei, dll.
 

 قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلُ كَانَ أَكْثَرُهُم مُّشْرِكِينَ     

 Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (QS.Ar Ruum (30) – 42)   

Semoga kita dapat melakukan perjalanan dan mengambil hikmahnya. 

 Ida S. Widayanti  


Penulis buku  

Suara Hidayatullah | Desember 2010 / Dzulhijjah 1431 , Hal 67

No comments