Breaking News

Majelis Ta’lim Al Khairat Condet

Rutin Mengkhatamkan Kitab Bukhari

    Sejak tanggal 18 Juli 2008, Habib Mahdi Alatas bersama muridnya dan belasan Ulama serta tokoh habaib berkumpul di Majelis Ta’lim Al Khairat, Jalan Bulu Nomor 25 Condet Bale Kembang, Jakarta timur.

    Dari jam enam pagi hingga jam 12 malam mereka secara bergantian membaca kitab hadits secara bergantian membaca kitab hadits shohih Bukhari. Ketika menemukan isykal (permasalahan) terhadap suatu hadist mereka pun membahasnya sehingga bisa memahami maksud yang dikandung hadist tersebut.

     Akhirnya dalam waktu lima hari, kitab hadist yang terdiri dari empat jilid atau sekitar 7200 hadist itu pun bisa  mereka khatamkan.

    Menurut Habib Mahdi Alatas, pimpinan Majelis Ta’lim Al Khairat, kegiatan mengkhatamkan kitab Bukhari itu merupakan kegiatan tahunan dari Majelis Ta’lim Al Khairat.

    “Setiap bulan Rajab, para habaib memang rutin mengkhatamkan kitab Bukhari. Ini adalah kegiatan yang ketiga kali,” ujarnya. Menurutnya, kegiatan membaca hingga khatam kitab Bukhari ini, dicetuskan pertama kali oleh Habib Ali bin Husein dan Habib Ali bin Abdurahman Al Habsy Kwitang.

    Kitab Shohih Bukhari merupakan kitab hadist paling shohih yang di dalamnya banyak membahas masalah akhkamul fidiyah dan masalah hukum fikih.

    Pembacaan kitab hadist Bukhari itu sangat bermanfaat bagi para pembacanya terutama para Ustadz. Wawasan mereka semakin bertambah dan lebih terbuka dalam masalah keagamaan.

    Mereka pun bisa lebih paham terhadap suatu masalah ahkam yang sebelumnya tidak dimengerti. Mereka juga bisa lebih memahami kaidah-kaidah dalam masalah keagamaan. “Walhasil ketika ingin membela suatu ajaran itu ada dasarnya. Tidak arogan,” ujarnya.

     Menurut Habib Mahdi, kegiatan membaca kitab Bukhari tersebut akan terus dilakukan. Bahkan rencananya bukan hanya kitab Bukhari, tapi juga kitab Ihya Ulumudin karangan Imam al Ghazali dan kitab Al Muwatha karangan Imam Malik.

   Majelis Ta’lim Al Khairat, termasuk salah satu Majelis Ta’lim yang cukup tua di Jakarta. Majelis Ta’lim Al Khairat didirikan atas permintaan Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf dari Jeddah kepada Habib Husein bin Ali Alatas.

    Karena itu saat Habib Husein bin Ali Alatas, putra dari Habib Ali bin Husein Alatas pindah dari Bungur ke Condet, atas saran dari sejumlah tokoh ulama di Jakarta, beliau pun kemudian membentuk Majelis Ta’lim Al Khairat pada 1983.

    Kebetulan saat itu belum ada Majelis Ta’lim di Condet, kecuali Majelis Ta’lim Al Hawi di Kramat Jati.

    Habib Ali bin Husein Alatas adalah tokoh alim Jakarta, bahkan guru dari para Ulama Jakarta, seperti Kyai Syafi’ie Ahzami, Kyai Abdullah Syafi’ie, Kyai Maulana Kamal, termasuk tokoh Betawi seperti Kyai Ahmad Junaedi dan lainnya.

    Para tokoh Ulama itulah yang meminta putranya, Habib Husein untuk meneruskan jejak orang tuanya.

     Pengajar di Majelis Ta’lim Al Khairat sebelumnya adalah Habib Syeikh Al Jufri yang juga pimpinan sekolah Al Khairat. Kemudain setelah Habib Mahdi Alatas pulang studi di Arab Saudi, dan menikah dengan putrid Habib Husein bin Ali Alatas, beliau diamanahi untuk memimpin Majelis Ta’lim Al Khairat.

     Kegiatan Majelis Taklim Al Khairat di antaranya adalah pengajian rutin yang dilaksanakan setiap malam senin. Guru pengajar yang rutin mengisi pengajian tersebut yaitu Habib Ali Abdurrahman Assegaf dari Bukit Duri, yang mengajar Kitab Nasehah Diniyah di minggu pertama, Kyai Buya Abdurahman Alwi, yang mengajar Kitab Baijuri di minggu kedua, Habib Soleh bin Muhsin Al Habsyi, yang mengajar Kitab Tafsir Ibnu Katsir di minggu ketiga, Kyai Drs Rusdy Ali yang mengajarkan Kitab Hadist di minggu keempat, dan Habib Mahdi Alatas yang mengajar Kitab Khosois Umah Muhamadiyah atau keutamaan umat Nabi Muhammad, di minggu keempat dan kelima. Ta’lim rutin ini diikuti oleh sekitar 400 jamaah tetap, yang mayoritas terdiri dari para ustad.

    Terkait alasan mengajar Kitab keutamaan Umat Nabi Muhammad SAW, Habib Mahdi Alatas memberikan alasan, “Kebanyakan kita ini mengaku Umat Nabi Muhammad SAW, tapi tidak tahu keutamaan kita apa. Kenapa sih kita menjadi Umat yang terbaik daripada Umat-umat yang lain. Karena itu saya mengajarkan Kitab yang dikarang oleh guru saya; Profesor Dr Muhammad bin Alwi Al Maliki,” Ujar Habib Mahdi.

    Ta’lim lainnya digelar setiap Rabu jam 13.00 – 14.30, yang membahas Kitab At Tahdzib karangan Sayid Abas Al Maliki yang membahas tentang hadits-hadits kaifiyah mendekatkan diri kepada Allah. Jamaahnya adalah khusus para ibu. Sementara pengajian untuk anak muda biasa dilaksanakan tiap malam sabtu.

    Kegiatan rutin tahunan dari Majelis Taklim Al Khairat adalah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Kegiatan ini biasanya dihadiri bukan hanya para Ulama dan Umat Islam dari Jabodetabek tapi juga dari berbagai daerah di Indonesia.

     Sejumlah tokoh yang selalu hadir di antaranya; KH Zaenudin MZ, KH Manarul Hidayat, dan sejumlah tokoh Ulama dan habaib lainnya. Termasuk ayahanda Habib Mahdi, yaitu Habib Abdurrahman bin Syeikh Alayas yang saat ini menjadi pemimpinnya Alatas di Indonesia. Kegiatan Maulid ini menurut Habib Mahdi dihadiri puluhan ribu Umat Islam.

    Majelis Ta’lim Al Khairat, kata Habaib Mahdi juga biasa didatangi oleh sejumlah tokoh politik. Meski demikian Majelis terbuka menerima kedatangan mereka asal tak membicarakan hal terkait dukungan terhadap partainya.

      “Siapa pun bileh berbicara asal tidak ada kaitan dengan politik. Gusdur, Hamzah Haz, Utusan PDIP, PKS sering datang untuk silaturahim,” ujarnya. Tokoh lain yang juga pernah datang di antaranya MS Ka’ban, Sutyoso, Prabowo dan Suryadharma Ali.

    “Kepada Jamaah kami tidak mengarahkan mereka untuk menyalurkan aspirasinya ke mana dan kepada siapa. Cuma kita bisa memberikan gambaran yang sesuai atau diiinginkan syariat itu seperti apa. Kalau memang ada partai Islam, yang berjuang sungguh-sunggu demi Islam why not, kita bela,” ujarnya [pendi]


Berencana Membangun TV

     Habib Mahdi Alatas saat ini mengisi kesibukan hari-harinya dengan dakwah. Selain mengisi jamaah di Majelis Ta’lim Al Khairat yang dipimpinnya, dalam seminggu ia juga mengisi sekitar 18 Majelis Ta’lim di Jabodetabek.

       Beliau mengajar di Majelis Ta’lim di daerah Tebet, Majelis Ta’limnya Kyai Nur Iskandar di Masjid Al Mukhlisin Pluit, Majelis Ta’limnya Kyai Zaenudin MZ, dua Majelis Ta’lim di Depok, dua Majelis Ta’lim di Bekasi, dan enam Majelis Ta’lim di Condet. Tiap hari, Habib Mahdi bisa mengisi sampai 2-3 kali.

     Kitab yang diajarkan Habib Mahdi diantaranya Bidayatul Hidayah, Bulughul Maram, Muqaaratul Madzaahib, Fathul Qarib, Safinatun Najah, dan Lainnya.

    Terkait kondisi Jakarta, yang diidentikan sebagai kota maksiat, selain juga kota agama, Habib Mahdi mengatakan, disinilah pentingnya peran tokoh Ulama dan juga peran media dalam dakwah.

     “Sering saya berkata satu sisi Ulama juga harus gigih, satu sisi kejenuhan dari orang Islam sudah mulai terlihat,” terangnya. Menurutnya sekarang ini seolah orang Islam sudah jenuh jadi orang Islam, Ulama seolah sudah jenuh jadi Ulama.

    Itu wajar karena mereka beriman kepada Allah, tapi dalam masalah agama nomor dua. Itu terjadi akibat kondisi ekonomi saat ini yang makin merosot. Kestabilan ekonomi tak pernah jelas, kondisi hukum tak pernah memberi kenyamanan, dari politik kita masih ngambang. Tiga hal ini membuat orang makin condong ke materialistis. “Untuk menghapus maksiat ini memang agak jauh,” terangnya.

      Namun meski begitu, dirinya mash optimis kondisi Jakarta ke depan bisa lebih baik. Itu setelah melihat perkembangan menarik dengan munculnya Majelis-majelis Ta’lim anak muda seperti yang diasuh oleh Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, Habib Mundzir, atau yang dilakukan oleh Habib Ahmad bin Ali Assegaf dengan dakwah kelilingnya. “Ini cukup positif. Cuma bagaimana itu bisa lebih menyebar, bisa terfokus dan isi pesannya lebih berbobot. Tidak hanya iring-iringan massa besar,” harapnya.

    Habib Mahdi sendiri berjanji akan terus berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk Islam. Karena itu dirinya terus memperluas jaringan dakwah baik melalui radio atau pun TV. “Kami berencana untuk membangun TV Dakwah di Jakarta kedepannya,” ujarnya [pd]

Suara Islam Edisi 50, Tanggal 15 Agustus – 4 September 2008 M/ 13 Sya’ban – 4 Ramdhan 429 H | Hal 19


No comments