Breaking News

Mendidik Adik Remaja

Mendidik Adik Remaja
Selasa, 22 Juni 2010 / 10 Rajab 1431


Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bu, saya punya adik yang baru duduk di kelas 1 SMP, tapi nakal sekali. Bagaimana cara mendidik adik saya itu agar dia bisa memahami pelajaran karena dia sepertinya sulit sekali menerima pelajaran sekolah. Saya pun kerap kali memarahi dia karena susah sekali menurut. Terima kasih.

Wassalam


Rohman, Cileungsi-Bogor


Saudara Rahman yang disayangi Allah, saya kurang begitu paham yang Anda maksud dengan ”nakal”, apakah dia Anda sebut nakal karena sulit memahami pelajaran sekolah ataukah karena akhlaqnya yang kurang baik?

Ketika Anda mengatakan “susah sekali menurut” dalam konteks apakah ini terjadi? Apakah dia malas jika disuruh belajar,? Ataukah juga malas untuk shalat, puasa, serta melakukan amalan yang dilarang agama seperti berpacaran, merokok dan suka berkata kasar?

Selain itu, saya juga memerlukan informasi tentang posisi Anda dalam keluarga; apakah Anda “hanya” sebagai kakak yang ingin membantu orang tua mengarahkan adik ataukah Anda sebagai penanggung jawab keluarga menggantikan posisi orang tua yang mungkin berhalangan mendidik adik Anda?

Perbedaan posisi ini menjadi penting jika kedisplinan maupun pendidikan yang Anda berikan kepada adik tidak sejalan atau bertentangan dengan kehendak/sikap orang tua kalian.

Jika Anda “hanya” membantu, maka jelas adik Anda tidak akan terlalu menghiraukan nasehat Anda. Terutama apabila berbeda dengan nasehat/sikap orang tua. Keberhasilan pendidikan membutuhkan kerja sama yang solid dari semua pihak terlibat.

Apabila ada salah satu pihak yang memanjakan atau bisa menjadi tempat pelarian, maka anak-anak akan cenderung memanfaatkan perbedaan untuk mencari jalan yang paling mudah baginya.

Apalagi, usia SMP sering disebut usia paling sulit sebab saat inilah anak-anak memasuki usia puber, di mana mereka mulai mencari jati diri dan mulai sangat peduli dengan pendapat atau tekanan teman-temannya (peer pressure).

Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan:
  1. Semua pihak yang terlibat dalam pendidikannya (Anda dan orang tua) harus memiliki kesamaan pandang akan tujuan hidup dan tujuan pendidikan. Diskusikan dengan baik, agar segala kedisplinan yang Anda terapkan bisa didukung oleh orang tua, misalnya: kesamaan dalam memberikan reward and punishment (hadiah dan hukuman).
  2. Pelajari dan pahami apa yang terjadi di sekolahnya dan bagaimana perilaku teman-teman adik Anda. Jika dia mengalami tekanan dari teman-teman, maka Anda harus membantunya keluar dari posisi sulit ini dengan cara menjadi “teman” baginya.

    Sikap Anda yang sering memarahinya menjadi penghalang serius untuk menjadi teman bagi adik Anda. Seorang teman tidak pernah memarahi. Teman juga harus menjadi pendengar yang baik serta memberikan semangat dan dukungan di kala adik Anda mengalami kekalahan jiwa.

    Jika Anda, misalnya mendapatkan nilai buruk, apakah sahabat Anda akan memarahi Anda? Tentu tidak, melainkan dia akan mengambil sikap memberikan semangat agar Anda tidak putus asa menghadapi tes-tes yang lain maupun pelajaran sulit lainnya.
  3. Ajaklah adik Anda bicara dari hati ke hati untuk memahami gejolak perasaannya, pikirannya, keinginannya, ketakutannya dan cita-citanya. Diskusikan padanya, bagaimana caranya meraih cita-cita hidupnya, serta batasan-batasan yang harus dia jalani untuk mencapai tujuan tersebut.

    Libatkan dia dalam menyusun batasan-batasan (baca: aturan) sehingga dia memahami rationale (alasan) mengapa dia membutuhkan aturan-aturan tersebut. Yakinkan padanya bahwa Anda ada untuk membantunya, bukan untuk memarahinya.

    Jika Anda terpaksa harus menghukumnya, maka jelaskan padanya bahwa Anda “terpaksa” melakukannya sebagai konsekuensi kesepakatan yang sudah kalian buat demi tercapainya cita-citanya.
  4. Jangan menggunakan “keberhasilan” Anda sebagai tolak ukur keberhasilan adik Anda. Misalnya, jika matematika terasa mudah bagi Anda, maka belum tentu itu mudah bagi adik Anda.

    Kesulitan dia ini tidak akan Anda pahami kecuali jika Anda membuang jauh-jauh standar yang Anda gunakan terhadap diri Anda sendiri. Meskipun dia tidak paham konsep sederhana yang menurut Anda sangat mudah, Anda harus tetap sabar dan jangan sekali-kali meremehkan ketidakmampuannya.

    Yakinkan bahwa Anda pun memiliki bidang yang sulit Anda pahami, misalnya ketika Anda belajar Bahasa Arab, belajar seluk beluk pasar saham, atau mungkin kesulitan dalam belajar memasak.

    Semakin guru Anda meremehkan kesulitan yang Anda alami, pasti Anda semakin putus asa dan lama-lama menjadi kehilangan motivasi belajar.
  5. Carilah metode pengajaran alternatif dengan cara banyak membaca buku-buku tentang metode pengajaran. Mungkin saja Adik Anda bukan anak yang bisa belajar dengan duduk manis, melainkan harus melalui studi kasus, active learning, dan sebagainya.

Terakhir, tapi yang paling penting, ajaklah adik Anda untuk selalu memohon bantuan Allah SWT, agar dia dimudahkan dalam mempelajari ilmu-ilmu yang bermanfaat dan dijauhkan dari ilmu-ilmu yang menyesatkan. Demikian masukan dari saya, semoga bermanfaat.


****
Erma Pawitasari


Pakar Pendidikan

Suara Islam Edisi 91 tanggal 4 - 18 Juni Mei 2010 M / 21 Jumadil Akhir – 5 Rajab 1431 H, Hal 21


*******************

View Index Konsultasi Dunia Pendidikan

No comments