Sekaratnya Seorang Dai
Sekaratnya Seorang Dai
Ahad, 24 Maret 2013 / 12 Jumadil Awwal 1434 H
Seorang dai tidak hanya sekarat di saat kematian akan menjemput
sebagaimana manusia lainnya, akan tetapi dia akan sekarat pada
perkara-perkara yang lain juga, dan tentu dalam setiap itu ada beberapa
sebabnya.
Maka ketika sebab ini datang, dia akan meradang seakan merasakan datangnya sang maut. Seorang dai akan sekarat,
Maka ketika sebab ini datang, dia akan meradang seakan merasakan datangnya sang maut. Seorang dai akan sekarat,
- Ketika dia menyepelekan sunnah-sunnah rawatib…
- Ketika dia lupa berdzikir pada pagi hari dan sore, karena lama tidak mengulang-ulangnya.
- Ketika meninggalkan bacaan Al-Qur’an…
- Ketika menyia-nyiakan untuk mengerjakan qiyamul lail…
- Ketika meninggalkan pengajian-pengajian ilmu agama, yang bahkan tidak terjadwal dalam keseharian atau bahkan dalam setiap minggunya.
- Ketika tidak bersedekah, berhemat dan terlalu hati-hati dalam beribadah dalam bentuk sedekah. Dan ketika dia mengeluarkan dari sakunya itupun dengan keadaan sangat terpaksa.
- Ketika selesai dari sebuah perkumpulan, sedang semua orang pergi dengan tertawa-tawa dengan tawa yang memenuhi mulut-mulutnya, makan dengan makanan yang memenuhi perutnya dan mungkin bahkan mereka makan daging saudaranya yang sudah meninggal dengan cara menggunjingnya.
- Selalu memonitoring iklan-iklan barang, kendaraan, hal-hal yang aneh dan sebagainya, serta tidak belajar dengan suatu ayat, atau hadits dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam atau hikmah.
- Ketika menghabiskan banyak waktunya dalam pembicaran yang sia-sia lagi berlebihan, dalam mengikuti kabar-kabar berita terbaru, dan beraneka macam acara di televisi.
- Ketika ia berbuat zuhud dalam sunnah, terlalu leluasa dalam mubah, dan meremehkan larangan; seperti shalat Dhuha, witir, do’a keluar masuk rumah, do’a keluar masuk masjid, naik mobil atau kendaraan lain, boros dalam makanan, pakaian dan kendaraan.
Apakah dengan keadaan seperti itu, dia pantas digelari sebagai seorang dai? Ataukan mungkin dengan seperti itu seseorang dapat memberikan pengaruh baik kepada diri dan keluarga melebihi dari masyarakat sekitarnya.
Inilah sekaratnya… maka marilah kita saling menilai diri pribadi masing-masing… Mari kita bercepat dalam mengobati diri, karena setiap orang adalah dokter pribadinya masing-masing. Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala-lah tempat meminta pertolongan dan hanya kepadaNya kita bertawakal.
(Majalah Qiblati Edisi 6 Tahun I) | Sekaratnya Seorang dai
No comments