Orang-Orang Yang Benar Keimanannya
Jumat, 05 Maret 2010 / 19 Rabiul Awwal 1431




إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman [594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah [595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat- ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. [2]



الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ


“(Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” [3]



أُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ


“Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (ni'mat) yang mulia.” (QS. Al Anfaal (8) : 2-4)

Tafsir

Dalam Tafsir Jalalain, diterangkan bahwa yang dimaksud dengan orang-orang Mukmin dalam QS. Al Anfaal ayat 2 di atas adalah orang-orang yang sempurna keimanannya. Yaitu orang-orang yang bila disebut ancaman Allah, hati mereka menjadi gemetar ketakutan.

Dan bila dibacakan ayat-ayat Allah bertambah pembenarannya kepada Allah dan ayat-ayatNya. Dan hanya bertawakal kepadaNya dalam arti hanya percaya kepadaNya, tidak kepada yang lain.

Dan mereka melaksanakan sholat dengan segala hak-hak sholat itu. Dan mereka membelanjakan harta yang diberikan Allah kepada mereka di jalan ketaatan kepada Allah SWT.


Mereka yang memiliki sifat-sifat tersebut adalah orang-orang benar keimanannya tanpa keraguan sama sekali. Mereka mendapatkan tempat-tempat tinggal di surga di sisi Allah serta mendapatkan ampunan dan rizki yang mulia di surga.

As Shabuni dalam tafsirnya mengatakan, bahwa orang-orang Mukmn itu hatinya gemetaran ketakutan bila disebut Asma Allah, karena sangat mengagungkanNya. Dan bila dibacakan ayat-ayat Al Qur’an, bertambah-tambah pembenaran dan keyakinanannya.

Dan senantiasa bertawakal kepada Allah, tidak mengharap kepada yang lain
. As Shabuni mengutip Tafsir Al Bahr, bahwa Allah SWT menggambarkan mereka dengan 3 Maqam yang agung: Maqam Takut kepada Allah, Maqam bertambah Keimanannya, dan Maqam Tawakkal kepada Ar Rahman.

Sedangkan, orang-orang Mukmin itu melaksanakan shalat secara sempurna, baik kekhusyu’annya, kewajiban-kewajibannya, maupun adab-adabnya. Dan mereka membelanjakan rizki mereka dalam ketaatan kepada Allah, baik membayar zakat maupun shodaqoh-shodaqoh sunnah.

Ibnu Katsir dalam Tafsirnya mengutip pernyataan Ibnu Abbas tentang ayat di atas, bahwa orang-orang Munafik itu tidak pernah mengingat Allah sedikitpun dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya.

Mereka juga tidak beriman sedikitpun kepada ayat-ayat Allah. Mereka tidak bertawakal. Mereka juga tidak pernah sholat apabila tidak bersama orang-orang Mukmin. Mereka juga tidak membayar zakat dari harta-harta mereka
.

Maka Allah mengabarkan bahwa mereka bukanlah orang-orang Mukmin. Lalu Allah SWT menggambarkan sifat-sifat orang Mukmin. Yang apabila disebut nama Allah, tergetar hati mereka sehingga mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban yang Allah Fardlukan.

Dan bila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka, bertambahlah keimanan mereka yakni pembenaran mereka. Dan mereka bertawakal kepada Allah SWT dan tidak berharap kepada yang lain.

Berkata Mujahid: Wajilat qulubuhum artinya pecah hati mereka, yakni sangt takut. Inilah sifat orang Mukmin yang benar-benar Mukmin. Yaitu tergetar hatinya bila disebut nama Allah, yakni takut kepadaNya sehingga melaksanakan perintah-perintahNya dan meninggalkan larangan-laranganNya.

Sebagaimana Firman Allah SWT:



وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُون


“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri [229], mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS Al Imran (3) :135)

Juga seperti Firman Allah SWT:



وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى


“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,” (40)



فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى


“Maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).” ( QS An Nazi’at (79): 40-41)

Tentang orang-orang yang benar keimanannya ini. Allah sebut lagi dalam FirmanNya pada:



وَالَّذِينَ آمَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَالَّذِينَ آوَواْ وَّنَصَرُواْ أُولَـئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَّهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ


“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (ni'mat) yang mulia.” (QS. An Anfal (8) :74).

Orang-orang Mukmin dari Masa ke Masa Bersifat Tetap.

Ibnu Katsir dalam Tafsirnya mengatakan, Allah SWT menyebut para pengikut orang-orang yang benar keimanannya itu di dunia akan mengikuti pola keimanan dan amal shalih yang mereka kerjakan dan mereka itu di akhirat akan bersama-sama.

Sebagaimana Firman Allah SWT:



وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ


“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama- lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS At Taubah (9):100)

Juga FirmanNya:



وَالَّذِينَ جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ


“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS Al Hasyr (59): 10)

Dalam suatu hadits dikatakan Bahwa seseorang akan bersama dengan yang dia cintai (HR. Muttafaq alaihi). Juga hadits: “Siapa mencintai suatu kaum, akan dibangkitkan di hari kiamat bersama mereka.”

Kesimpulan

Setelah penggemblengan jiwa dan raga selama sebulan penuh di bulan Ramadhan kemarin, mestinya orang-orang Mukmin hari ini menjadikan orang-orang Mukmin yang benar keimanannya - sebagaimana yang dimaksud ketika ayat-ayat di atas turun – sebagai teladan dalam beriman dan beramal shalih hari ini.

Sehingga sukses hidup di dunia seperti yang mereka alami dalam berbagai perjuangan dakwah dan jihad serta berbagai penaklukan dunia seperti penaklukan dua negara adi daya waktu itu; Persia dan Rumawi, dapat diulangi oleh generasi Mukmin hari ini.

Demikian juga supaya sukses hidup di akhirat sebagaimana yang Allah janjikan dalam ayat-ayat di atas, juga bisa diraih dan bisa bersama–sama generasi Mukmin terdahulu. Wallahu’alam

KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie

Pimpinan Perguruan As Syafi’iyah

Suara Islam Edisi 75, Tanggal 2 – 16 Oktober 2009 M / 13 -27 Syawwal 1430 H, hal 28

Footnote:

[229] Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil.

[594] Maksudnya: orang yang sempurna imannya.

[595] Dimaksud dengan disebut Allah itu ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakanNya.