Breaking News

Menyusuri Jejak Charles Darwin

Menyusuri Perjalanan Charles Darwin



Kamis, 12 Februari 2009 lalu telah menjadi moment dunia. Mengenang 200 tahun Charles Darwin. Sejak akhir tahun 2008, pelbagai penerbitan ilmiah, Universitas dan Badan Penelitian sibuk menggelar acara untuk menghormati pencetus teori Evolusi ini (Kompas, 11/12/09).

Tokoh yang berdomisili di negara Pangeran Charles ini memang telah tiada, tapi ‘warisan’ kontroversialnya akan selalu hidup –setidaknya- sampai tulisan ini dibuat. Kok bisa?

Peletak dasar teori evolusi ini lahir di Shrewsbury, Shropshire, Inggris. Selain masih keturunan bangsawan, Darwin juga mempunyai darah intelektual. Yang diwarisi dari kakek ayahnya; Erasmus Darwin. Darwin muda sebenarnya sempat punya rencana kuliah kedokteran di Universitas Edinburgh. Tapi di tengah perjalanan berubah pikiran dan mengambil jurusan teologi di Kampus Cambridge (Kompas, 11/12/09).

Pada suatu ketika Charles Darwin mengikuti suatu ekspedisi yang memakan waktu hingga 5 tahun. Di dalam perjalanan inilah titik awal pemikiran Darwin dimulai. Dengan menumpang kapal HMS Beagle –seperti yang dikutip Historic Figures BBC-, Darwin melahap habis buku Prinsip-Prinsip Geologinya Charles Lylell. Buku itu menerangkan fosil-fosil yang berada di bebatuan yang ternyata berasal dari binatang yang hidup ribuan tahun silam. Hal itu berarti pernah ada makhluk hidup ribuan tahun lalu, yang mati dan mengendap menjadi fosil.

Wacana Lylell begitu kuat tertanam di benak Darwin. Apalagi di perkuat dengan perjalanannya yang banyak menemukan satwa dan fitur geologi yang mendukung wacana tersebut. Darwin pun mendapatkan pemasukan lebih kuat ketika berada di Kepulauan Galapagos. -800 km dari Amerika Selatan-, dimana ia menemukan kemiripan burung-burung Finch (sejenis kutilang) disana, walaupun berasal dari pulau-pulau yang berbeda. Disitulah teori error ini dimulai.

Monyet, Nenek Moyang Manusia?

Sobat Muda sebagai seorang fenomenal, Charles Darwin memang tergolong langka. Dimana teorinya berhasil membelah dunia menjadi dunia. Pro dan Kontra. Orang-orang begitu terperangah melihat presentasinya. Manusia evolusi dari monyet. Keriuhan pun terjadi. Banyak yang menolak dan tidak sedikit yang mendukung. Dan Darwin pun tidak peduli, the show must go on, men.

Di tengah perjalanan penggarapan teorinya, ia bertemu dengan Alfred Russel Wallace yang seide pemikiran dengan dirinya. Dan tercapai kata sepakat diantara mereka untuk berkolaborasi melaunching pemikiran mereka ke muka umum pada tahun 1858. setahun kemudian, Darwin merilis master piecenya yang bertitle; On the Origin Of Species by Means of Natural Selection (Tentang asal usul spesies melalui Seleksi Alam).

Dari studinya, terangkum ide dasar pemikiran Darwin yaitu; 1.) Evolusi terjadi di alam; 2.) Perubahan evolusioner terjadi secara perlahan-lahan (graduel) dalam tempo ribuan sampai jutaan tahun; 3.) Mekanisme utama dalam terjadinya evolusi adalah suatu proses yang dinamakan seleksi alam; 4.) Bermacam spesies yang ada saat ini bermula dari satu spesies yang dikenal dengan istilah spesiasi (speciation) (Lucidease Library).

Dan berkembang sampai dengan teori manusia perwujudan dari hewan, hewan yang beruntung tersebut monyet. Apakah kamu sama dengan monyet?

Rekaan “Istana Pasir”

Charles Darwin boleh aja bangga karyanya di akui oleh sebagian masyarakat dunia dan bertahan hingga 150 tahun sejak di gulirkannya. Juga boleh jadi ada setitik rasa puas karena didukung dengan pembuktian ilmuwan lain. Tapi kudu diingat, bahwa teori pendukungnya tidaklah kuat alias rapuh.

Kebanyakan masyarakat awam kita tidak menyadari kebenaran ini dan berfikir bahwa pernyataan evolusi manusia di dukung oleh banyak bukti yang kuat. Penyebab adanya opini yang keliru ini karena seringnya dibahas tanpa counter dari kebenarannya, mo bukti?

Dari teori tersebut, Darwin memetakan evolusi kera menuju manusia dengan beberapa tingkatan. Terdiri dari Australophithecines, Homo habilis, Homo erectus dan yang terakhir Homo sapiens. Maksudnya dari Australophithecines yang konon paling menyerupai monyet sehingga berevelousi menjadi ‘manusia’ Homo Sapiens.

Tapi keanehan-keanehan mulai menyeruak kepermukaan, Keanehan pertama; mengenai Australophithecines (selanjutnya Austra aja yach...). “Kera dari selatan” yang diklaim sebagai leluhur dari manusia ini ternyata banyak kejanggalannya, setelah ditelaah anatomi tubuhnya ternyata tidak terdapat perbedaan yang mendasar dengan simpanse sekarang. Dalam artian sama-sama keturunan monyet dan bukan manusia lho. Truz isu mengenai bisa berjalan tegaknya kera ini seperti manusia terbantahkan juga, baik di era lalu maupun sekarang. Harun Yahya.com

Sobat Muslim, terdapat kemelut didalam skema ini yang melanda tokoh-tokoh evolusionis. Kenapa? Gini lho dalam teori khayalan mereka homo erectus (yang berarti spesies manusia) adalah fase ketiga. Peralihan dari Austra (kera) menuju Homo Erectus (manusia) adalah tidak mungkin karena tersandung masalah anatomi tubuh. Makanya untuk menyiasatinya, muncullah ide akan Homo Habilus pada taon 60an. Menurut keluarga Leakey (penemunya), spesies ini memiliki kapasitas tengkorak yang relatif besar, kemampuan untuk berjalan tegak dan menggunakan perkakas batu dan kayu (habilus).

Tapi sayang, analisa ini terpatahkan oleh penemuan Wood dan Bruce yang dilanjutkan Tim White yang menyatakan bahwa ini spesies kera modern. Pada taon 1994 sekumpulan pakar anatomi (Fred Spoor, Bernard Wood dan Frans Zonneveld) melakukan analisa perbandingan saluran setengah lingkaran dari telinga dalam manusia dan kera, [saluran] yang membuat mereka mampu menjaga keseimbangan. Dan hasilnya menorehkan point; Homo Habilus adalah spesies kera dan merupakan makhluk yang berjalan membungkuk ke depan—jadi bisa dikatakan mereka memiliki kerangka seekor kera.

Rangkaian Ketiga; Homo Sapiens konon dipercaya sebagai bentuk awal dari perwujudan manusia menurut paham evolusi. Tapi menariknya menurut para ahli, Homo Sapiens tidak lebih hanya variasi manusia akibat beda geofisika. Evolusionis berargumen Homo erectus diklaim “primitif” karena kapasitas otak tengkorak mereka (900 – 1.100 cc), yang lebih kecil daripada rata-rata manusia moderen, dan alis mata tebal mereka yang menonjol.

Akan tetapi, banyak orang yang hidup saat ini di bumi yang memiliki kapasitas tengkorak yang sama dengan Homo erectus (suku pygmi, contohnya) dan ras lain memiliki alis yang menonjol (penduduk asli Australia, misalnya). Ada fakta yang secara umum disetujui bahwa perbedaan pada kapasitas tengkorak tidak selalu menunjukkan perbedaan dalam kecerdasan dan kemampuan. Kecerdasan lebih bergantung pada organisasi internal otak, daripada volumenya.

Yang terakhir dari rekaan “istana pasir” yang rapuh ini adalah Homo Sapiens. Sebenarnya menilik dari putusnya rangkaian –seperti wacana diatas- pembahasan ini tidak perlu dilanjutkan. Ya iyalah, gimana mo masuk fase keempat jika fase 1 sampai tiganya gak ada? Waduh waduh Waduh waduh Tapi untuk melengkapi pembahasan gak ada salahnya juga toh?. Yup seperti fase-fase sebelumnya, Homo Sapiens pun gagal dalam teori. Ternyata –seperti homo erectus-, Homo sapiens ini tak lebih dari variasi manusia saja. Hal ini terbukti dengan ditemukannya persamannya dengan ras Australia, Eropa dan Afrika.

Teori Ngetop Nan Menipu

Jika orang sudah frustasi apapun bisa terjadi/ melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Atau istilah berbeda sama artinya; Cinta Ditolak Dukun Bertindak. Hehehe ekstrem amat yach? Tenang gak usah bawa-bawa dukun lah, lagian pembahasan kita kali ini tidak menyerempet ke sana kok.

Maksud dari sub judul diatas untuk mewakili pembahasan kita bahwa ternyata ketidakmampuan evolusionis mencari penguat dalil dan bukti sudah sampai titik nadir. Sehingga sebagian mereka ada yang nekat membuat penipuan dalam memoles teori mereka. Senjata yang lazim dipakai adalah rekonstruksi. Sebuah upaya membuat sebuah gambar atau membangun sebuah model dari suatu makhluk hidup berdasarkan satu tulang—kadang hanya sebuah potongan—yang telah berhasil digali. “Manusia kera” yang kita lihat di koran, majalah, dan film-film semuanya adalah rekonstruksi.

Karena fosil biasanya ditemukan tidak utuh, maka timbullah asumsi-asumsi dari evolusionis untuk membuat rekaan bentuk tubuh. Tapi nyatanya asumsi itu sangat jauh dari ilmiah dan berakibat menyesatkan manusia. “Berusaha merekonstruksi jaringan lunak adalah usaha yang lebih beresiko. Bibir, mata, telinga, dan ujung hidung tidak meninggalkan bekas apapun pada tulang di bawahnya. Dengan bahan yang sama, Anda bisa membuat dari tengkorak Neanderthal model dengan ciri-ciri simpanse atau roman muka seorang pemikir. Yang diakui sebagai rekonstruksi manusia kuno ini memiliki nilai ilmiah yang sangat sedikit, kalaupun ada, dan kemungkinan besar hanya akan menyesatkan masyarakat… Jadi, Anda jangan mempercayai rekonstruksi” jelas Enst A. Hooten dari Harvard.

Sebagai contoh mengenai manusia Piltdown. Piltdown diklaim sebagai evolusi yang berumur 500. 000 tahun lalu dan telah sudah dipamerkan 40 tahun lamanya. Tapi kebohongan terungkap pada tahun 1949 yang dilakukan Kenneth Oakley, dari Departemen Paleontologi British Museum. Oakley melakukan pengujian dengan uji fluorin- sebuah tes baru yang digunakan untuk mengetahui umur fosil. Dan hasilnya selama pengujian, disadari bahwa tulang rahang manusia Piltdown tidak mengandung fluorin. Ini berarti tulang ini terkubur tidak lebih dari beberapa tahun. Tengkoraknya, yang mengandung sedikit flourin, menunjukkan bahwa ia hanya berumur beberapa ribu tahun.

Kemudian terungkap gigi pada tulang rahangnya, milik seekor orangutan yang baru saja mati, telah dibuat lebih tua dan juga perkakas “primitif” yang ditemukan bersama fosil ini hanyalah tiruan sederhana yang telah dipertajam dengan peralatan baja. Contoh berikutnya; Manusia Nebraska. Lucunya ‘manusia’ ini terbentuk hanya dari ditemukannya satu butir gigi oleh Henry Fairfield Osborn Pada tahun 1922. Dari satu gigi ini dibuatlah rekonstruksi khayalan manusia seutuhnya, dan yang berlebihan sampai berkembang sketsa keluarganya yang tinggal dalam lingkungan yang asri.

Tapi kehebohan terjadi pada tahun 1972 ditemukan bagian tubuh lainnya Nebraska. Berdasarkan penemuan potongan baru ini, gigi tersebut bukanlah milik manusia ataupun kera. Disadari bahwa gigi tersebut berasal dari spesies babi liar Amerika yang telah punah yang dinamakan Prosthennops. William Gregory memberi judul artikelnya yang diterbitkan dalam majalah Science dimana ia mengungkapkan kebenaran ini, “Hesperopithecus Ternyata Bukan Seekor Kera ataupun Seorang Manusia.” Ckckck

Kritis Itu Perlu

Yoi, kita memang kudu kritis lho dalam menerima berita atau informasi dari barat. Jangankan dari barat yang notabene kaum kuffar, orang fasik pun harus kena sensor terlebih dahulu (baca: diperiksa) akan berita yang dibawanya.

Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujuraat (49):6).

Bukannya apa-apa lho kita kritis, takutnya berita/info yang dibawa membawa mudharat atau kerusakan bagi kita. Khan syerem jika ada yang mengatakan Islam itu teroris, truz kita main telen aja tuch berita Padahal kebenaran yang dibawa masih jauh dari yang sebenarnya. Apalagi yang mengatakan Islam itu teroris justru embahnya teroris, apa gak keblinger tuch? Teroris teriak teroris.

Sobat muslim kembali ke pembahasan, sama sikap kita untuk masalah teori Darwin ini, kudu kritis dan tidak langsung menelan mentah-mentah segala yang diberitakan. Masalah transformasi (perubahan) dari monyet ke manusia adalah penyesatan agama melalui ilmu pengetahuan. Apalagi para fans clubnya Darwners begitu getol mencari pembuktian untuk memperkokoh teori tersebut.

Tapi syukur alhamdulillah, para ilmuwan muslim dan ilmuwan non muslim yang netral tidak tinggal diam langsung membantah dan menunjukkan yang sebenarnya. Seperti yang dilakukan Harun yahya , yang begitu lihai dalam menangkis setiap argumen dari kubu Darwiners. Tapi kita jangan bernapas lega dulu lho, coz musuh-musuh Islam akan terus senantiasa mengintai kita dari segala penjuru untuk mencari celah untuk melumat kita, jika kita kita lengah dan tenang-tenang saja.

Dalam artian tidak mau mengaji, mengenal sirah Rasulullah dan para sahabat dan mengamati perkembangan zaman yang ada. Persiapkan dirimu sodaraku, perang pemikiran akan terus berkecamuk tanpa peduli kita siap atawa tidak. Jadikan siapkan dirimu, bangkit dan siapkan strategi untuk menyongsong kejayaan syariat Islam.

Lagian siapa lagi yang harus peduli, jika tidak kita sendiri? Khususnya generasi muslim. Sekarang pilih mana, tergilas tanpa sadar lalu terbuang menjadi sampah belaka atawa menjadi generasi yang rutin mengkaji Islam, siap membela agama dan tercata Insya Allah sebgai penghuni Syurga? Tentukan sikapmu dari sekarang! Wallahu’alam bishowab (Ae).

1 comment:

  1. Walah, lagi-lagi monyetisme...

    kapan teori evolusi bilang monyet itu moyang manusia? Ini proapganda klasik kreasionis buat menjatuhkan teori evolusi. Monyet itu percabangan terpisah dari evolusi manusia, saking jauhnya monyet bahkan bukan termasuk kelaurga kera besar seperti keluarga kera lain. Atau anda tak tahu beda monyet dan kera?

    Dan bertemu Alfred Wallace? Darwin dan Wallace mengembangkan pemikirannya secara terpisah. Wallace mengirimkan tulisannya kepada Darwin, dan Darwin mengajukannya ke forum ilmiah bersama tulisannya, dalam bentuk 2 tulisan terpisah!

    Asal usul manusia sendiri bukan diulas di buku The Origin of Species. tapi dari buku berikutnya, the descent of man. Dan rasanya di masa Darwin belum banyak ditemukan fosil,seperti australopithecus.

    Dan lagi, anda mengambil referensi dari harun yahya? yang bahkan gak bisa membedakan ular laut dan belut, seperti di bukunya Atlas of Creation (yang ajaibnya malah berevolusi di edisi perbaikan). Australopithecus itu bipedal, makhluk yang berjhalan dengan dua kaki, beda dengan simpanse.

    Dan perkembangan bukan cuma dilihat dari volume otak, tapi jgua struktur tengkorak misalnya. Coba anda sebutkan satu saja ras manusia yang memiliki dahi rendah, tulang pelipis menonjol, dan rahang yang maju ke depan sepertikera dan cenderung tanpa dagu?

    Kasus Piltdown adalah satu dari sedikit kasus penipuan. tapi justru sebenarnya Piltdown ini menyusahkan teori evolusi, karena malah membuat evolusionis sulit menjelaskan perkembangan teori evolusi. jadi apa untungnya evolusionis mendukugn pemalsuan ini?

    Lalu, bagaimana dengan kasus manipulasi oleh nara sumber anda, Harun Yahya?

    Misal, dia mencomot satu nama dan bilang si sumber yang dicomot membantah teori evolusi. Kenapa di tulisan asli yang belum dicomot sekenanya, tulisan yang ada malah mendukung soal evolusi?
    http://discovermagazine.com/1993/apr/mysteriesoftheor200

    Atau bawa-bawa nama Hitler dan bilang dia berbuat kejam atas nama teori evolusi? Hitler itu theis taat, dan dia anti teori evolusi. Lewat Nazi, dia memerintahkan melarang peredaran buku evolusi!

    Sori, tapi dalam dunia sains, nara sumber anda tak lebih dari penipu :)

    ReplyDelete