Breaking News

Aksi Kodok Terkena Sanksi

Aksi Kodok Terkena Sanksi
Jumat, 21 Nopember 2008 / 23 Zulqaidah 1429


       Seorang perempuan kurus mengangkat seekor kodok yang masih menggeliat-geliat ke depan mulutnya. Sejurus kemudian, dia menggigit dan menyantapnya dengan rakus. Sebagian penonton berteriak kaget, sebagian lagi bergidik melihat adegan singkat itu. Guys cerita diatas bukanlah rekaan semata, bukan pula adegan suatu atraksi debus apalagi pertunjukkan sulap. Aksi di atas asli berada di acara Empat Mata yang di siarkan Trans 7 tertanggal 29 November 2008 lalu.

        Acara yang di pandu oleh presenter terkenal; Tukul Arwana ini menuai sukses dengan mendapat ‘hadiah’ berupa penghentian tayangan tersebut dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Dengan dilik pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran alias P3-SPS, lebih khususnya dalam pasal 28 dan 36. Pasal 28 berisi Larangan tayangan yang mengandung adegan sadistis dan mengagungkan kekerasan, sedangkan Pasal 36 berisi Larangan adegan Penyiksaan terhadap binatang. “Adegan semacam itu benar-benar tidak bisa diterima”, tegas Ketua KPI Pusat; Sasa Djuarsa Sendjaja (Kompas 9/11/08).

       Sobat Muslim, kita pastinya ikut menyayangkan akan aksi pencekalan acara tersebut, bukan karena penyetopan yang dilakukan KPI tetapi lebih kepada kenekatan awak-awak Empat Mata menayangkan acara/adegan yang tidak sepantasnya untuk ditayangkan. KPI pun mengakui sebelum keluarnya pelarangan siaran Empat Mata, sudah diperingatin beberapa kali dalam bentuk surat teguran. Yakni surat tertanggal 5 Mei 2007, selanjutnya 27 September 2007 dan yang terakhir 25 Agustus 2008. Ehm Kebijakan dengan alasan yang jelas khan? *tuing!* *tuing!*

Pernak-Pernik Media

       Bicara mengenai acara-acara di TV memang selalu menimbulkan pro dan kontra. Ibarat jika kita memegang pisau, akan sangat berguna jika dipergunakan sesuai kebutuhan dan akan cilaka jika disalahgunakan. Entah itu media yang menayangkan muatan lokal atawa import dari luar. Tapi tau gak kamu potensi mudharatnya lebih besar daripada maslahatnya? Hmmm Hmmm

       Kita simak aja dari film-film kartun yang labelnya “untuk anak-anak”, walau terlihat banget akan unsur anak-anaknya tetapi muatan di dalamnya sarat dengan sadistisme dan pornographi yang sangat berbahaya bagi tumbuh kembang anak. Masih seputar anak, adanya sebuah kontes cilik untuk menjaring anak-anak supaya menjadi penyanyi cilik. Dimana anak-anak yang dilatih dan di dandani sedemikian rupa agar layak tampil dipanggung. Yang ternyata isi lagu dan pakaiannya terkadang tidak mewakili usia mereka sendiri.

        Berlanjut ke Sinema Elektronik (Sinetron) , entah itu sinetron teenlith (remaja),  Sinetron religi atawa sinetron biasa (maksud biasa disini adalah sinetron tentang cinta, yang biasanya pengemasan dengan judul yang aneh-aneh , penuh tangis, dan kehidupan mewah). Bahkan ada satu saluran swasta yang mengkhususkan dirinya menayangkan sinetron ‘aneh banget’ , lho apa lagi nich? itu lho yang isinya ada nuansa mistik, laga, makhluk-makhluk rekaan, yang di matchingkan dengan keadaan jaman sekarang. Masalah nyambung atawa enggaknya sinetron ‘aneh’ tersebut mengenai cerita dengan background,kayaknya produser gak ambil pusing dech. Ehmmm Ehmmm

       Acara yang bertajuk reality show pun bukan tanpa celah. Gimana kagak, acara yang sebenarnya udah dibuat skenarionya truz di desain seakan-akan kisah betulan yang “gak sengaja” ketangkap kamera. Fiuh bukan tanpa alasan lho saya ngomong seperti ini, coz berdasarkan narasumber yang bisa dipercaya (ceile..) Ngikik.. Ngikik.. banyaknya model-model baru yang direkrut untuk lakon acara semacam itu. Benar-benar acara miskin manfaat. Gubraks! Gubraks!

       Gimana dengan infotaiment dan iklan? Wecks kalo infotaiment udah pada tau khan mudhorotnya? Insya Allah kalo ada waktu en umur akan saya buat ulasan khusus tentang infotaiment. Iklan. Nach ini juga kita harus waspadai en kudu kritis abiz sobat. Kenapa? Karena penayangannya yang berulang-ulang tanpa mengenal lelah dan waktu, mengiring kita untuk jadi konsumtif. Belum lagi iklan-iklan yang menyesatkan macam iklan perkawinan dengan binatangnya XL dan iklan merubah hidupnya Ki Joko Bodo. Untungnya KPI sudah mengeluarkan jurus andalannya untuk menghentikan iklan-iklan tersebut.

Media Kejahatan

      Bro and Gals masih inget gak mengenai kasus heboh Ryan sang pembantai? Ternyata ‘karier’nya Ryan menginspirasi bagi Sri Rumiyati (48) untuk mengikuti jejaknya. Sri memutilasi korbannya yang konon adalah suaminya sendiri. Lain kasus Agus Naser, salah satu pelaku mutilasi yang terinspirasi peristiwa penemuan mayat terpotong 13 di jalan Jenderal Sudirman lalu, dan tragisnya sang korban adalah istrinya sendiri. (Kompas 10/11/2008)

        Guys kenapa yack kasus-kasus itu bisa terjadi? -dan untungnya terungkap ke permukaan-, simak penjelasan seorang Krimonolog dari Perancis; Gabriel TandeBaca Koran Baca Koran Manusia itu pada dasarnya individualis, tetapi berkat kemampuan untuk meniru (imitasi), berbagai peniruannya itu berimplikasi membentuk jalinan interaksi social dan pada gilirannya tersusun kehidupan social (Kompas 10/11/08). Dengan kata lain, berita kejahatan yang berlebihan di media massa bisa membentuk seseorang menjadi pelaku kriminal.

       Pendapat senada datang dari Ade Erlangga; krimonolog dari UI. Mekanisme peniruan atau imitasi terjadi baik secara langsung (direct effect) maupun tertunda (delayed effect), pada anak-anak, media memberikan dampak langsung seperti kasus tayangan smack down di televisi. Bagi orang dewasa, dampaknya tertunda, “orang dewasa bisa melakukan hal yang sama seperti di televisi ketika ia berada pada kondisi yang serupa seperti peristiwa di televisi itu” imbuh Erlangga (Kompas, 10/11/08).

      Makanya suatu hal yang wajar dech jika KPI melakukan pencekalan kepada Empat Mata, coz jika belajar dari kasus Smack Down dimana ada anak yang cidera karena melakukan adegan tersebut dengan teman-temannya adalah lumrah jika dilarang tayangan yang mengandung sadistisme, brutality dan pornografi. Apalagi Empat Mata terkenal ‘bandel’ banget, dan susah dibilangin. Dari isi acaranya, kelakuan pembawa acaranya yang aji manfaat jika ada tamu wanita, sampai aksi bullying (pelecehan) hampir di setiap episodenya. Menyedihkan banget. Mewek.. Mewek..

Media juga bisa untuk berdakwah

       Bro and Gals sebenarnya mengenai bahaya di balik media sudah lama banget di wanti-wanti oleh Albert Bandura. Hasil riset doi menunjukkan bahwa televisi mendorong peniruan perilaku social, bahkan pada tahap akhir mampu menciptakan realitas (teori pembelajaran social kognitif) pada tahun 77 (Kompas 12/11/08). Tapi yach gitu dech, susah banget dibilanginnya, ntar paling alasannya externalities alias kehancuran dan imoralitas social yang terjadi dianggap di luar tanggung jawab media. Lepas tangan githu lho. Gubraks! Gubraks!

     Guys sedikit info buat kamu bahwa fokus yang diperhatikan etika media massa ada dua yaitu wilayah teknik jurnalistik dan Makna Publik (public meaning). Yang dimaksud wilayah teknik adalah bagaimana menghasilkan berita yang sesuai dengan fakta dan mengurangi bias sekecil mungkin untuk menghasilkan obyektivitas dan kebenaran (truth) . dan berprinsip mengacu akan akurasi, keberimbangan dan keadilan.

      Yang kedua Makna Publik yaitu gambaran suatu etika dalam menampilkan berita dengan mengutamakan sudut pandang masyarakat. (kompas 12/11/08). Sekilas, terlihat bagus hanya terdapat pada makna public, karena mengutamakan aspirasi masyarakat apakah baik or enggak. Tapi guys, jika ditilik lagi keduanya sama rapuh dan bahayanya. Kenapa? Dari sudut teknik jurnalistik dimana pernah ada contoh kasus adanya talkshow di suatu televisi membahas mutilasi dengan menghadirkan dua pembicara ahli, ahli krimonolog dan ahli forensic.

      Sang ahli forensik dengan kalem memaparkan dengan detil dan terperinci cara Ryan memutilasi di muka umum. Jika mengacu kaidah etika teknik, tidak ada yang salah dengan acara tersebut karena memenuhi kaidah akurasi. Namun, sulit disangkal, susah menemukan makna publik di balik pemaparan berbagai teknik mutilasi itu bagi masyarakat. Maka gak heran khan guys jika media televisi menjadi sumber inspirasi bagi Sri untuk memutilasi sang suami.

      Bagaimana dengan makna publik? Lebih parah, dengan berprinsip cara pandang masyarakat kita seharusnya bisa sedikit bernapas lega khan? Ups ternyata jauh panggang daripada api, jauh keinginan daripada kenyataan. Alih-alih mempunyai harapan akan kepedulian media untuk tidak menampilkan hal-hal yang tidak ‘merusak’ ternyata tetap saja. Kenapa yacks? Karena berprinsip pada postmodernitas, yang mengajarkan makna selalu relative bergantung pada siapa yang keluar sebagai pemenang dari medan pertempuran makna. Dan kamu dah tau khan siapa yang memegang media massa?

      Sobat Muslim, media massa sangat berpengaruh bagi masyarakat –apakah itu bersifat merusak or bermanfaat- tapi tidak di pungkiri hampir semua media massa arahnya tidak menyentuh ranah agama. Walaupun ada sobat, tidak banyak dan tidak menyentuh esensi syariat. Ibarat menahan tiupan badai dengan hanya mengandalkan tangan kosong, tapi itu tidaklah membuat kita menyurutkan langkah untuk terus memperjuangkan syariat Islam untuk menerangi negeri kita ini.

Allah SWT berfirman (yang artinya):
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.," (QS. Al Imran (3): 104)

       Lalu apa yang bisa kita lakukan? Tetap istiqomah dan senantiasa tidak terjadi perpecahan di tubuh ukhuwah Islamiyah Allah SWT berfirman: "Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, "(QS. Al Imran (3) 105).

       Yup bagaimana kita bisa saling bersinergi jika ada perselisihan terus menerus? Jadi inget lirik yang dinyanyikan Ari lasso  “segala perbedaan ini membuatmu jauh dariku” , betul banget dech, jika kita selalu mengepankan perbedaan yang masih bisa ditolerir en tidak keluar dari rel syariat akan membuat kita saling menjauh. Mudah-mudahan segala impian kita untuk mewujudkan media massa yang berpihak pada umat Islam bisa terwujud yach, mungkin tidak sekarang. Tapi seenggaknya kita tetap maju terus untuk membuka bulu domba yang di pakai para musang. Masih tetep semangat khan? Mantabz!  Top Abizzz Top AbizzzWallahu’alam (AE)

No comments