Breaking News

Tradisi Menjelang Ramadhan


Tradisi Menjelang Ramadhan

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Pak Kyai, apa saja yang perlu dipersiapkan menghadapi bulan Ramadhan nanti. Kemudian apakah ritual menjelang Ramadhan seperti nyadran atau nyekar itu sesuai dengan ajaran Islam atau tidak? Terima kasih atas penjelasannya.

Wassalamu’alaikum

Ummu Ziad
Bogor

Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

    Sebenarnya persiapan dalam bentuk ritual-ritual atau ibadah khusus dalam menghadapi bulan Ramadhan tidak ada tuntunannya. Yang paling mungkin adalah persiapan mental saja, karena mau berpuasa selama sebulan penuh.

Merujuk kepada ayat Al Qur’an tentang kewajiban puasa dalam surat Al Baqarah ayat 183, Allah SWT Berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, “ (QS. Al Baqarah (2) : 183)

     Ayat ini jelas menerangkan kepada kita bahwa puasa itu telah diperintah juga kepada Umat sebelum kita Umat Islam. Ayat ini untuk memberikan persiapan mental kepada Umat Islam, bahwa puasa ini memang bukan hanya kewajiban orang Islam sekarang, tapi juga kewajiban orang-orang dahulu.

    Sehingga dengan merenungi ayat ini, maka ada perasaan ringan ketika Umat Islam mengerjakan puasa karena Umat yang terdahulu juga sudah berpuasa. Andaikan sekarang merasa berat, kenapa orang dulu toh bisa melaksanakanannya. Nah itulah persiapan mental secara psikologis.

     Selain persiapan mental juga adalah persiapan ilmunya seperti hal yang membatalkan puasa, waktu puasa, amalan-amalan yang perlu dilakukan dan sebagainya. Dan terkait persiapan ilmu ini sebenarnya bukan hanya masalah puasa tapi juga yang lainnya seperti sholat kita diwajibkan untuk mengetahui ilmunya. Dengan mengetahui ilmunya lah kita bisa melaksanakan ibadah puasa ini dengan benar.

    Lalu bagaimana dengan tradisi yang biasa dilakukan oleh sebagian masyarakat di beberapa daerah seperti nyadran ketika menghadapi bulan Ramadhan? Tradisi menghadapi bulan Ramadhan antara satu daerah dengan daerah yang lain sebenarnya berbeda-beda.

     Di Solo dikenal dengan tradisi nyadran. Kenyataannya apa yang disebut dengan nyadran itu adalah menziarahi makam-makam orang tua dan sebagainya. Ziarah ke makam merupakan sesuatu yang dianjurkan oleh ajaran Islam. Dan sebenarnya ziarah ke makam itu tidak hanya menjelang Ramadhan. Kapan saja.

    Menjelang Ramadhan boleh, pada bulan Ramadhan boleh. Di luar Ramadhan pun juga tetap dianjurkan. Nabi Muhammad sendiri pernah ziarah ke makam ibundannya Siti Aminah. Cuma kemudian sekarang ini banyak Umat Islam di Indonesia yang mentradisikan ziarah itu menjelang Ramadhan. Atau istilahnya selain nyadran itu nyekar.

   Nah kalau nyekar itu berasal dari kata sekar, yang berarti bunga. Maka nyekar berarti menaburkan bunga di makam leluhur atau orang tua dan sebagainya. Tradisi nyadran maupun nyekar, yang menjadi tradisi di beberapa lingkungan di masyarakat Indonesia, jika substansinya selagi tidak mengandung hal-hal syirik itu tidak apa-apa. Itu dibenarkan menurut ajaran Islam. Ziarah ke makam orang tua, kerabat dan sebagainya dan kemudian mendoakannya itu sesuatu yang dianjurkan dalam Islam.

    Nyekar atau menaburkan bunga di atas makam itu dapat dikiyaskan kepada apa yang pernah dilakukan Nabi. Nabi Muhammad pernah menancapkan pelepah pohon kurma di atas kuburan dua orang yang menurut Rasulullah sedang disiksa dalam kuburnya. Ketika ditanya kenapa wahai Rasulullah menancapkan pelepah kurma, Rasulullah menjawab pelepah kurma ini akan tasbih kepada penghuni kubur dan meringankan siksa mereka di kubur selama pelepah kurma itu masih basah.

     Kesimpulannya nyekar itu tidak bertentangan dengan Islam selama sesuai dengan ajaran Islam seperti menabur bunga, mendoakan para penghuni kubur supaya diampuni dosa-dosanya. Dan bisa dilakukan sebelum bulan Ramadhan, ketika bulan Ramadhan maupun setelah Ramadhan.

KH Ali Mustafa Yaqub

Suara Islam Edisi 50, Tanggal 15 Agustus – 4 September 2008 M/ 13 Sya’ban – 4 Ramadhan 1429 H, Hal 20

No comments