Urgensi dan Keindahan Bahasa Arab

Selasa, 29 Desember 2009 / 12 Muharram 1431


Tanya: Redaksi yang terhormat, mengapa sejak dini anak-anak murid sepertinya harus diajari Bahasa Arab? Bukankah ada bahasa-bahasa lain yang lebih mendunia?

Terima kasih,

Wassalam,
Ummi Dinda, Bogor

Jawab: Kita tentu sepakat, Al Qur’an adalah pedoman hidup di dunia hingga ke akhirat kelak. Inilah alasan terpenting mengenai urgensi pengajaran Bahasa Arab sejak dini.

Al Qur’an menegaskan dirinya sebagai kitab berbahasa Arab, sebagaimana disebut pada ayat:

ِ
لِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُّبِينٍ


“dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS. Asy Syu'araa (26) :195)

Juga ayat:


إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ


“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).” (QS. Az Zukhruf (43) : 3)


Dan:


وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ فَيُضِلُّ اللّهُ مَن يَشَاء وَيَهْدِي مَن يَشَاء وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ


“Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya [779], supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan [780] siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ibrahim (14) : 4)

Beberapa lafazh (kata) dalam Al Qur’an yang berasal dari bahasa ‘ajam (selain Arab), telah mengalami pengaraban (ta’rib) sehingga kedudukannya kemudian menjadi bagian dari bahasa Arab ( Al Hasan, 1983).

Lafazh-lafazh itu antara lain: “al qisthas”, yang terdapat dalam surat Al Isra’ (17) ayat 35 dan Asy Syu’ara (26) ayat 182. Kata tersebut aslinya dari bahasa Romawi yang berarti timbangan.

Juga kata “sijjiil” yang ada dalam surat Al Fiil (105) ayat 4, Huud (11) : 82, dan Al Hijr (15) : 74, yang aslinya bahasa Persia yang berarti batu dari tanah. Juga kata “misykat” dalam surat An Nuur (24) ayat 35 yang aslinya dari bahasa India (ada yang mengatakan dari bahasa Habasyahyang berarti lobang di dinding yang tidak tembus.)

Juga kata “istabraq” yang terdapat dalam surat Al Kahfi (18) ayat 31, Al Dukhan (44) ayat 53, Ar Rahman (55) ayat 54, dan Al Insan (76) ayat 21, yang aslinya dalam bahasa Persia berarti kain sutra tebal (Abdullah, 1990; An Nabhani, 1953, Al Hasan, 1983).

Muhammad Ali Al Hasan (1983) menyatakan bahwa ta’rib (pengaraban kata) adalah pembentukan kata dari bahasa selain Arab menjadi bentuk baru dengan pola pembentukan (wazan) dan huruf-huruf Arab.

Dengan proses ini, lafazh-lafazh yang berasal dari selain Bahasa Arab telah masuk ke dalam bagian bahasa Arab.

Whats in a name? kata William Shakespeare (1564-1616) dalam Romeo dan Juliet (1595). Apalah arti nama, kecuali sekadar simbol identifikasi terhadap sesuatu. “Sinisme Shakespeare ini ada benarnya, kecuali untuk bahasa Arab,” kata Haji Muhammad Nur Abdurrahman, Intelektual Muslim di Makassar, Sulsel.

Ia memberi contoh dalam bahasa Belanda dikenal kata-kata: paarde kracht dan levende kracht. Kalau diterjemahkan secara kata demi kata ke dalam bahasa Indonesia akan berbunyi: gaya kuda dan gaya hidup.

Kedua istilah itu tidak benar, tapi orang Belanda memakainya terus. Gaya adalah besaran vektor. Padahal, paarde kracht dan levende kracht adalah besaran-besaran skalar, karena maksud keduanya masing-masing adalah daya kuda dan energi. Daya dan energi merupakan besaran skalar yang dihubungkan dengan faktor waktu dengan persamaan: energi= daya x waktu.

Lain halnya dengan Bahasa Arab. Dalam bahasa Arab ada kaitan logis yang maknawi antara istilah dengan bendanya. Ambillah misalnya telur, rumah, dan burung, atau egg. House dan bird IInggris), ei, huis dan vogel (Belanda), tamango, uci dan tori (Jepang).

Dalam bahasa-bahasa itu, betul-betul ketiga kata tersebut sekadar untuk identifikasi benda.

Dalam bahasa Arab, telur dinamakan baydh. Istilah ini bermakna “benda putih dan lonjong”. Putih dalam bahasa Arab adalah abyadh (mudzakkar, jantan) atau baydha’ (muannats, betina). Sedangkan lonjong ialah baydha’. Telur juga berfungsi sebagai rumah (binatang), yang bahasa Arabnya; bayt.

Bahkan ada kata-kata yang menyatakan kaitan logis yang maknawi dengan bendanya yang sangat terperinci, jika diaplikasikan perlakuan secara matematis yaitu permutasi. Kata itu seperti misalnya khubz yang berarti roti. Khubz dibentuk dari akar kata yang terdiri dari tiga huruf: kha, bad an zay.

Dari ketiga huruf ini, terbentuklah kata khabaza dengan permutasi khazaba dan bazakha. Khabaza berarti mengubah cepat-cepat sesuatu dengan tangan, khazaba berarti menjadi gembung dan bazakha berarti memukul-mukul sesuatu.

Dan kesemuanya itu menggambarkan proses pembuatan roti: adonan roti itu diberi bubuk supaya terjadi gas yang menyebabkan adonan itu menggembung, adonan itu dibanting-banting dan diubah cepat-cepat dengan tangan.

Dengan metode permutasi ini, kita dapat mengeri makna ayat: Kullun fly falakin yasbahuwan atau masing-masing (benda-benda langit) berenang dalam falaknya Surat Yasin (36) :40.

Yasbahuwn berasal dari akar kata yang dibentuk oleh susunan huruf-huruf; sin, ba dan ha. Sabaha artinya berenang, dengan permutasi: sahaba (menarik), habasa (mengurung), hasaba (menghitung), dan habs (penjara).

Berenang adalah bergerak dalam air (fluida). Benda-benda langit berenang dalam fluida halus yang disebut ad dukhaan (Surah Fushshilat (41) ayat 11), atau fluida interstellair dalam bahasa teknis ilmu Fisika. Fluida interstellair dapat dilihat dan difoto dengan teleskop pada waktu terjadi gerhana matahari total.

Dari rekaman foto itu dapat dilihat bahwa matahari dibungkus lapisan yang disebut corona. Lapisan terluar corona terdiri dari fluida interstellair yang ditarik atau disedot dan dibawa serta oleh matahari.

Jadi benda-benda langit itu bergerak seperti berenang dan saling menarik dalam kurungan wahana falak yaitu jalur geodesic dari space time continuum. Gerakan benda-benda langit bahkan bisa di hitung dengan menggunakan rumus-rumus Newton dan Einstein.

Suara Islam Edisi 75, Tanggal 2-16 Oktober 2009 M/13-27 Syawwal 1430 H, Hal 20

Foot Notes:

[779] Al Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab itu, bukanlah ber- arti bahwa Al Qu'an untuk bangsa Arab saja tetapi untuk seluruh manusia.

[780] Lihat footnote [34]