Sukses Belajar Sesuai Syariat Islam

Selasa, 19 Januari 2010 / 4 Safar 1431


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bu Erma, saya seorang pelajar SMK Negeri di Gombong-Kebumen. Saya ingin bertanya tentang niat atau tujuan belajar yang disyariatkan oleh Islam. Saya merasa niat belajar saya adalah niat sekuler, yaitu ingin langsung terserap di perusahaan setelah lulus nanti.

Seperti tujuan pelajar-pelajar SMK yang lain pada umumnya dan juga sesuai salah satu tujuan dari sekolah kejuruan. Tetapi kalau niat itu juga bertujuan untuk membahagiakan orang tua, apakah boleh Bu?

Mohon uraiannya dan tips-tips agar sukses belajar ala Islam.

Wassalam

Usep Setyawan cahstemza@gmail.com

Wa’alaikum salam Warahmatullahi Wabarakatuh

Adik Usep yang dirahmati Allah SWT.

Pada dasarnya, manusia menjalani hidup berdasarkan dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan untuk makan mendorong manusia untuk bercocok tanam, beternak, memasak dsb.

Kebutuhan berpakaian mendorong manusia untuk mencari bahan kain, menenun, menjahit, dsb. Kebutuhan akan tempat tinggal yang aman dan nyaman mendorong manusia untuk membuat batu-bata, menebang kayu, membangun rumah, dsb.

Selain kebutuhan yang bersifat fisik, manusia juga memiliki kebutuhan non fisik (kecenderungan) yang meliput:
  • Kecendrungan spiritual, teraplikasi dalam bentuk-bentuk ibadah ritual, baik yang sederhana (contoh: do’a) hingga yang kompleks (contoh: Upacara Keagamaan).
  • Kecendrungan untuk mempertahanakan harga diri, dan
  • Kecendrungan untuk melestarikan jenis.

Dalam ideologi Sekulerisme, agama dibatasi hanya dalam wilayah spiritual. Segala urusan diluar itu disebut urusan dunia yang tidak mendatangkan pahala maupun dosa. Memasak, misalnya, hanya dipandang sebagai sebuah keniscayaan hidup.

Manusia tidak akan mendapatkan pahala/dosa dari aktivitas memasak. Oleh karena itu, belajar memasak juga tidak bisa dihitung sebagai aktivitas yang bisa mendekatkan manusia kepada Tuhan.

Akidah ini bertentangan dengan Islam. Allah SWT Berfirman:



وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ


“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzaariya (51) : 56 )

Adik Usep, konsep inilah salah satu bukti kesempurnaan Islam. Dalam Islam, semua aktivitas hidup bisa menjadi ibadah, yakni ketika dilakukan sesuai tuntunan Islam dengan niat untuk mentaati Allah SWT.

Memasak pun bisa menjadi sarana ibadah ketika bahan makanannya halal, kompornya bukan barang curian, bau masakannya tidak mengganggu tetangga, dsb. Di sisi lain, memasak bisa mendatangkan dosa, misalnya, karena bahannya tidak halal atau masakannya ditujukan untuk menggoda suami orang, dsb.

Jika aktivitas memasak bisa menjadi ibadah, maka belajar memasak tentunya juga bisa menjadi ibadah.

Oleh karena itu, Usep tidak perlu merasa minder bahwa ilmu yang Usep pelajari di SMK itu tidak membawa manfaat bagi kehidupan akhirat. Selama pekerjaan yang nantinya menyerap tenaga lulusan SMK adalah pekerjaan yang halal, Insya Allah ilmu yang kalian pelajari saat ini pun halal dan berpahala.

Misalnya di SMK, Usep belajar ilmu bangunan, maka lakukanlah dengan tekun dan sebaik mungkin. Masyarakat membutuhkan rumah, kios, dan gedung untuk dibangun. Apabila pembangunannya asal-asalan maka bisa membahayakan penggunanya.

Sedangkan apabila Usep terampil dalam membangun rumah/gedung yang kokoh dengan biaya dan waktu yang minimal, Insya Allah bisa memberikan manfaat yang besar untuk masyarakat, bukan?

Dalam salah satu hadits, Rasulullah Muhammad SAW Bersabda; “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lainnya,”

Sabda Beliau SAW diatas merupakan petunjuk bahwa sudah seharusnya Umat Islam memberikan yang terbaik dalam menjalankan aktivitas kehidupannya. Kontraktor Muslim membangun lebih baik daripada kontraktor non Muslim.

Penjahit Muslim menjahit lebih baik. Koki Muslim memasak lebih baik. Dokter Muslim merawat pasiennya lebih baik. Semua pekerjaan bisa kita lakukan secara lebih baik daripada hasil yang diberikan oleh pekerja non Muslim apabila kita sadar bahwa pekerjaan tersebut kita lakukan sebagai ibadah.

Adik Usep, tentu saja ada ilmu-ilmu yang tidak membawa manfaat. Ilmu-ilmu inilah yang harus dihindari. Misalnya SMK seringkali membuka jurusan perhotelan, dimana anak didik juga belajar menjadi bartender, belajar menghidangkan minuman beralkohol.

Atau, belajar memasak menu yang mengandung babi.
Ilmu-ilmu tersebut tidak bermanfaat dan wajib kita tinggalkan. Pekerjaannya bisa mendatangkan dosa. Sebuah aktivitas dosa tidak bisa ditutup dengan niat sebaik apapun, entah itu menyenangkan orang tua atau mencari nafkah untuk keluarga.

Sama halnya dengan mencuri atau melacur, haram hukumnya untuk belajar menyajikan minuman beralkohol meskipun bisa menyenangkan orang tua.


Demikian penjelasan dari saya. Semoga mudah dipahami dan bermanfaat.


Erma Pawitasari, M. Ed

Pakar Pendidikan

Suara Islam Edisi 76, Tanggal 16 Oktober – 6 November 2009 M/ 27 Syawwal-18 Dzulqo’idah 1430 H, Hal 20