Breaking News

Belajar Fisika "Tanpa" Rumus

Belajar Fisika “TANPA” Rumus
Rabu, 16 Juni 2010 / 4 Rajab 1431


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam Ukhuwah. Bu Erma, saya Andi dari SumSel ingin bertanya bagaimana caranya memahami rumus Matematika dan Fisika? Saya kadang lupa dan sulit mengerjakan soalnya.

Andi
HP+628199623****

--------------------------
Wa’alaikum salam Warahmatullahi Wabarakatuh

Ananda Andi yang dirahmati Allah, metode pembelajaran Matematika dan Fisika yang “kuno” memang cenderung sulit sehingga banyak murid yang tidak suka dengna kedua pelajaran ini.

Upaya Andi untuk mencari solusi atas masalah ini merupakan hal yang patut diacungi jempol. Semoga Allah SWT berkenan membuka rahmat ilmuNya kepada Andi, Aamin.

Alhamdulillah saat ini telah cukup banyak ilmuwan Matematika dan/atau Fisika yang mengembangkan metode “tanpa” rumus atau metode-metode pembelajaran lainnya (kata tanpa dalam “tanpa” rumus, saya beri tanda kutip sebab sesungguhnya rumus tetap dipakai, tetapi minimal dan penekanannya lebih pada proses pemahaman).

Prof. Yohanes Surya merupakan salah satu ilmuwan bidang ini yang sangat aktif memproduksi media pengajaran Matematika dan Fisika. Melalui tim Surya Institute (click) , Prof Yohannes Surya mengembangkan buku-buku, software computer, alat peraga, serta pelatihan guru dengan metode yang relatif lebih menyenangkan disertai penggunaan rumus yang minimal.

Langkah Surya Institute ini telah diikuti oleh cukup banyak pihak, yang menawarkan paket-paket pembelajaran yang relatif lebih terjangkau dibandingkan dengan Surya Institute.

Sayang sekali Andi tidak menyebutkan secara lebih jelas tingkatan sekolah Andi, sehingga saya tidak bisa merekomendasikan buku/software tertentu.

Pada dasarnya, belajar Matematika dan Fisika harus diikuti dengan pemahaman. Apa gunanya Andi menghafal rumus-rumus jika tidak paham, kapan dan bagaimana menggunakan rumus tersebut?

Saya cukup sering mendapati siswa yang hanya sekedar mencoba-coba rumus tersebut dalam mengerjakan soal. Misalnya; Harga sebuah sepatu adalah Rp 45.000,- khusus untuk hari ini, ada diskon dahsyat sebesar 40 %.

Berapa yang harus kamu bayar jika kamu membeli sepatu hari ini? Cukup banyak murid yang menjawabnya dengan 40 % x Rp 45.000,- = Rp. 18.000,- hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak memahami persoalan yang diajukan.

Idealnya, pengajaran harus dimulai dari memahami konsep lalu membangun logika. Setelah itu, siswa kemungkinan besar bisa menyusun/menemukan rumus sendiri. Bila rumus dapat ditemukan sendiri, maka siswa tidak perlu menghafal rumus.

Inilah mengapa metode ini disebut “tanpa rumus”, Prof. Yohanes Surya memberi sebuah contoh sederhana soal Fisika. Misalnya: Dua Sepeda bergerak berhadapan. Sepeda pertama bergerak dengan kecepatan 4 meter/detik, sepeda kedua bergerak dengan kecepatan 6 meter/detik.

Bila jarak mereka (mula-mula) adalah 30 meter, kapan kedua sepeda itu bertemu (berpapasan)?

Menurut Prof Yohanes Surya, biasanya soal seperti ini diselesaikan dengan rumus-rumus yang rumit. Padahal, soal tersebut bisa diselesaikan hanya dengan logika sederhana, yakni:

- Sepeda pertama bergerak dengan kecepatan 4 meter/detik, artinya dalam 1 detik sepeda tersebut menempuh

- Sepeda kedua bergerak dengan kecepatan 6 meter/detik, artinya dalam 1 detik sepeda tersebut menempuh 6 meter (gambar 1 dan 2)




Dalam 1 detik, kedua sepeda menempuh jarak 10 meter (gambar 3).


Karena jarak awal kedua sepeda tadi adalah 30 meter, maka kedua sepeda akan berpapasan pada detik ke – 3, eperti terlihat pada gambar (gambar 4)


Mudah bukan? Oleh karena itu, sebaiknya Andi membicarakan kesulitan ini dengan guru yang bersangkutan. Mintalah agar para Bapak/Ibu guru Andi memberikan konsep dengan gambling tatkala mengajarkan sebuah materi Matematika atau Fisika.

Kalian (murid) harus dibiasakan untuk bisa menemukan rumus sendiri, sehingga tidak perlu tergantung pada hafalan rumus, apalagi penggunaan rumus yang salah tempat.

Kendala lainnya adalah penggunaan lambang rumus yang berasal dari Bahasa Inggris. Bagi siswa Indonesia yang tidak paham Bahasa Inggris, lambang-lambang tersebut menjadi sulit untuk dicerna maknanya, misal:
  • h untuk tinggi, berasal dari kata high
  • v untuk kecepatan, berasal dari kata velacity
  • a untuk percepatan berasal dari kata acceleration

Bandingkan dengan mengingat g untuk gaya gravitasi, lebih mudah bukan (g berasal dari kata gravity, kebetulan memiliki awalan huruf yang sama). Salah satu strategi untuk mengingatnya adalah dengan meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris, terutama yang menyangkut istilah-istilah Matematika dan Fiska.

Erma Pawitasari

Pakar Pendidikan

Suara Islam Edisi 90 tanggal 21 – 4 Juni Mei 2010 M / 7 - 21 Jumadil Akhir 1431 H, Hal 21

View Index Konsultasi Dunia Pendidikan

No comments