Breaking News

Semoga Bermanfaat

Semoga Bermanfaat
Rabu, 13 Maret 2013 / 1 Jumadil Awwal 1434 H

   "Semoga Bermanfaat". Pernah menemukan kalimat seperti ini Sobat Muslim? Biasanya ini ada di akhir sebuah artikel, atau jawaban dari sebuah pertanyaan yang diajukan yang ada di forum, atau bahkan di social media lainnya.

   Sebenarrnya apa sich makna 'bermanfaat' disini? Apa sebuah informasi baru yang kita dapatkan? atau karena sebuah kepuasan dari rasa keinginan tahuan yang ada dibenak kita? Keduanya tidak salah lho, itu hal yang wajar dan lumrah pada manusia.

    Tapi mau tau gak makna yang lebih keren akan 'bermanfaat' disini Sobat Muslim? Dalam Islam, tentu ada keterkaitan akan suatu hal dengan Islam. Dalam topik ini, hubungannya kian mendekatkan kita kepada Allah.

    Lho kok? kenapa bisa begitu? iya donk, karena "manfaat' disini ini, kian kita rindu ibadah wajib, keranjingan melakukan ibadah sunnah, selalu memprioritaskan nomor wahid untuk sedekah sebelum membelanjakan uang kita di dompet, enggak enggan membantu saudara semuslim (non muslim juga boleh lho, asal tidak melanggar ketentuan syar'i) yang membutuhkan uluran tangan kita, dsb.

    Dan jauh-jauh lebih keren (keren melulu xixixi), menurut Ibn Rajab, seorang Ulama besar dari Baghdad, ilmu yang bermanfaat akan terlihat bagi orang-orang yang memanfaatkannya dengan ciri sebagai berikut:

1. Beramal dengannya.
2. Benci bila disanjung, dipuji, atau takabbur atas orang lain.
3. Semakin tawadhu’ ketika ilmunya semakin banyak.
4. Menghindar dari cinta kepemimpinan, ketenaran dan dunia.
5. Menghindar untuk mengaku berilmu.
6. Ber-su’uzhan (buruk sangka) kepada dirinya dan husnuzhan (baik sangka) kepada orang lain dalam rangka menghindari celaan kepada orang lain. (Lihat Fadhl ‘Ilmis Salaf, hal. 56-57 dan Hilyah Thalibil ‘Ilm, hal. 71)

Dan kebalikan ilmu yang tidak bermanfaat, akan terlihat juga pada orang yang mengamalkannya:

1. Tumbuhnya sifat sombong, sangat berambisi dalam dunia dan berlomba-lomba padanya, sombong terhadap ulama, mendebat orang-orang bodoh, dan memalingkan perhatian manusia kepadanya.
2. Mengaku sebagai wali Allah, atau merasa suci diri.
3. Tidak mau menerima yang hak dan tunduk kepada kebenaran, dan sombong kepada orang yang mengucapkan kebenaran jika derajatnya di bawahnya dalam pandangan manusia, serta tetap dalam kebatilan.
4. Menganggap yang lainnya bodoh dan mencela mereka dalam rangka menaikkan derajat dirinya di atas mereka. Bahkan terkadang menilai ulama terdahulu dengan kebodohan, lalai, atau lupa sehingga hal itu menjadikan ia mencintai kelebihan yang dimilikinya dan berburuk sangka kepada ulama yang terdahulu. (Lihat Fadhl ‘Ilmis Salaf, hal. 53, 54, 57, 58)

   Kira-kira kamu termasuk yang mana yach? Mudah-mudahan yang pertama aja ya. Point dari pembahasan kita ini, Tetap semangat menshare yang bermanfaat ya sob, dan juga jangan lupa mengamalkannya, oncree. Semoga Bermanfaat ya sob



*** 
(AniqAds. Aqilla Kenari)
 

No comments