Keuntungan Penting, Tapi Keberkahan Lebih Penting
Keuntungan Penting, Tapi Keberkahan Lebih Penting
“Segarnya” usaha yoghurt rumahan. Permintaan terus meningkat. Tapi anehnya, mereka tak mau pakai dana Bank.
Di Indonesia, bisnis yoghurt biasanya dilakukan oleh perusahaan besar. Namun, bukan berarti usaha ini sulit dijalankan Oleh usaha skala kecil atau rumahan. Asal tahu cara pengelolaannya ia bisa dilakukan oleh siapa saja.
Setidaknya itulah yang digeluti oleh Dandan Subiandanu dengan merk Rinandya Yoghurt, "Saya awalnya tidak terfikir punya usaha ini Namun setelah saya jalankan, alhamdulillah berjalan baik," jelas Danu, demikian pria ini biasa dipanggil.
Danu mengaku, awalnya sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang olahan susu dan fermentasi bakteri ini. Sebelum menggeluti usaha yoghurt, pria kelahiran Desember 1965 ini pernah bekerja di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dengan gaji lumayan.
Namun tahun 2004, sarjana ekonomi dari sebuah perguruan tinggi di Bandung ini mendapat ujian dari Allah. Ia mengalami lumpuh akibat terjatuh dari atap rumahnya, saat membetulkan genteng.
"Setelah jatuh saya mengalami lumpuh dari pinggang sampai ke kaki. Itu saya alami selama tiga tahun," kata pria yang tinggal di Bogor ini.
Selama rentang tersebut, sejak 2004-2007, Danu tidak punya penghasilan sama sekali. "Untuk beli beras saja saya minta. ke orangtua. Sedangkan orangtua hanya pensiunan pegawai negeri," katanya.
Sebenarnya, pada 2006 ia pernah memperoleh uang pesangon yang cukup besar dari tempat kerjanya. Sayangnya, uang yang seharusnya digunakan untuk menafkahi keluarganya itu malah habis untuk bermain judi. "Saya gelap mata, karena ingin cepat kaya," tuturnya.
Ia terpengaruh beberapa temannya untuk bermain valuta asing. Kebetulan di antara mereka ada yang berhasil dengan bermain judi terselubung itu. Melihat hal itu, ia bermimpi ingin seperti mereka.
Tetapi, ternyata takdir berbicara lain. Bukannya keberuntungan yang ia dapatkan, tapi malah kerugian yang ia rasakan.
"Sebanyak 70 juta rupiah habis untuk berjudi, sisanya hanya 1 juta rupiah. Saya merasa salah jalan. Saya baru tahu kalau itu judi terselubung," sesalnya.
Setelah seluruh uang pesangonnya ludes, Danu baru sadar. Ia menyadari apa yang terjadi pada dirinya itu merupakan teguran dan ujian dari Allah demi kehidupannya di masa mendatang. Dengan kejadian tersebut, ia makin menyadari ternyata dirinya. masih harus banyak mendekatkan diri kepada Allah.
"Hikmah ujian ini, saya makin rajin beribadah. Allah memang telah menguji dan mengatur sedemikian rupa, saya selalu berprasangka baik saja," ujarnya.
Bisnis Manis
Setelah kejadian itu, Danu kemudian berusaha mencari pekerjaan. Ia sempat menjadi konsultan di bidang perbankan, tapi tidak bertahan lama. Pernah juga bekerja menjadi sales yohurt yang dibuat tetangganya.
Dalam jangka waktu tertentu, langganan Danu semakin banyak. Sayangnya, permintaan tersebut tidak bisa dilayani oleh pemilik yoghurt.
Akhirnya, pada 2007, Danu mencoba membuat yoghurt sendiri dengan harapan bila berhasil, permintaan pelanggannya akan ia penuhi sendiri. "Awalnya saya mulai bikin yoghurt 5 liter, dan itu untuk dikonsumsi sendiri," katanya.
Ia dan istrinya lalu mencari formula yang pas. Untuk keperluan tersebut, mulailah ia browsing di internet sampai bertanya ke Institut Pertanian Bogor (IPB). Setelah trial error hampir satu bulan, Danu dan istrinya mendapatkan rasa yoghurt yang pas.
Beberapa orang yang ia beri menilai bahwa hasil olahan Danu layak dijual. Baru setelah itu, ia berani menawarkan kepada pelanggannya. Danu menamai usahanya dengan Rinadya, diambil dari ke empat nama anaknya Riansya, Nasywa, Nabila, Raudya.
Yoghurt yang dijual Danu bervariasi, mulai harga Rp 500 perbuah hingga literan yang dijual dengan harga Rp 15.000 perliter.
Dalam menggapai berkah dari Allah, Danu tidak mau rezeki yang didapatinya dicampuri dengan unsur-unsur yang bisa mengotori penghasilannya dengan dosa. Dengan sabar Danu menjalani usahanya dan sedikit demi sedikit menabung untuk menambah modal.
"Sudah beberapa kali bank menawari saya pinjaman, tapi saya tolak karena itu mengandung riba. Saya gak ngoyo, jalani apa yang ada saja, sedikit tapi berkah," imbuhnya.
Kini, dalam sehari Danu bisa menghabiskan susu sapi murni sebanyak 40 liter. Sejak awal 2012, omsetnya bisa mencapai Rp 5 juta, padahal sebelumnya hanya berkisar Rp 2 juta.
Selain menolak meminjam kepada bank, Danu juga tidak ingin berlaku curang dalam menjalankan usahanya. Sebagai contoh kecil, semua bahan yang digunakan dalam pembuatan yoghurt tidak ada yang mengandung unsur pengawet.
Dengan begitu, pelanggannya merasa puas dan tetap terus memesan yoghurt pada dirinya. "Saya pakai gula asli, bukan pakai pemanis buatan atau pengawet yang sejenis," jelasnya.
Danu melakukan hal itu demi menjaga kualitas barangnya. Bukan cuma itu, ia ingin kalangan menengah ke bawah tetap sehat dengan minum yoghurt yang ia buat. "Tidak apa-apa untung kecil, tapi yang penting bisa membuat orang sehat," jelasnya.
Prinsip inilah yang selalu Danu pegang. Ia mengaku, dalam usaha bukan semata-mata mencari keuntungan, tapi juga ingin membawa manfaat bagi orang lain. Apalagi masalah minuman termasuk sesuatu yang penting dalam tubuh manusia. "Karena itulah saya harus betul-betul menjaga kualitas barang saya," jelasnya
Dengan prinsip itu, Danu merasakan hasilnya. Usahanya semakin hari kian maju dan pelanggannya juga semakin bertambah. Pelanggannya kini bukan hanya di Bogor, tapi sudah mencapai Jakarta dan Tangerang. Rata-rata pelanggan Danu adalah mereka yang memang rutin memesan karena merasakan manfaatnya.
Soal "segarnya" bisnis yoghurt juga dirasakan oleh Yudi. Dengan merek My Healthy Yoghurt. Yudi mengakui, usaha yoghurt yang dijalankan berjalan lancar. Dalam sehari Yudi bisa menghabiskan susu sapi murni sebanyak 300 liter.
Dengan dibantu 20 orang lebih karyawan, Yudi bisa meraup omset hingga Rp 70 juta per bulan. Yoghurt yang dijual hanya satu model, yakni berbentuk stik dengan harga lima ratus rupiah dan seribu rupiah perbatang.
Sama halnya dengan Danu, dalam menjajaki usaha ini, Yudi tidak mau tergesa-gesa. Ia tidak pernah meminjam uang dari bank. Jika ingin rezekinya bertambah dan berkah, Yudi selalu teringat pesan dari salah seorang dai ternama.
"Yusuf Mansyur mengatakan kalau Allah mau memberikan rezeki kuncinya adalah selalu bersedekah dalam waktu sempit dan luang. Selain itu, apa yang kita usahakan harus diniatkan awal untuk ibadah kepada Allah. Itu yang saya lakukan selama ini," katanya.
Usaha yoghurt yang juga cukup berhasil selain kedua usaha di atas, adalah Dafa Yoghurt. Usaha yang mempekerjakan 10 orang karyawan ini dimiliki oleh Unit Pengolahan Peternakan (UPP) Yayasan Darul Fallah.
Sejak 2007, produk Dafa telah tersebar di beberapa daerah di Jakarta, Tangerang, Bekasi dan Karawang. Salah satu pekerja di Dafa, Joko Hendri Suyono mengatakan, saat ini omset bulanan bisa mencapai lebih dari Rp 50 juta per bulan 60.
"Omset kotor Dafa Yoghurt perbulannya bisa Rp 90 juta. Sedangkan, untuk susu perharinya kita bisa menghabiskan 61. 80-100 liter susu sapi," imbuhnya. *Niesky
Suara Hidayatullah | Juni 2012/Rajab 1433 H, Hal 44 - 45
Suara Hidayatullah | Juni 2012/Rajab 1433 H, Hal 44 - 45
No comments