Sejarah Peradaban Islam di Eropa (711M-1492M) Bag 1
Kata orang bijak; "Jika ingin sukses, belajarlah dari pengalaman." Baik itu pengalaman pribadi, maupun pengalaman orang lain. Merindukan Peradaban Islam kembali, di saat ini bukanlah hal yang mustahil. Belajarlah dari para pendahulu kita, ikuti jejaknya dan memohon ridho Allah, Insya Allah bisa.
Secara bertahap dan bersambung, kita mulai bersama belajar Masa-masa kejayaan Islam. Bismillahirrahmanirrahim.
***
Sejarah Peradaban Islam di Eropa (711M-1492M)
Rabu, 07 Mei 2015 / 17 Rajab 1436 HBab I : Pendahuluan
Ketika
Islam mulai memasuki masa kemunduran di daerah Semenanjung Arab,
bangsa-bangsa Eropa justru mulai bangkit dari tidurnya yang panjang,
yang kemudian banyak dikenal dengan Renaissance. Kebangkitan tersebut
bukan saja dalam bidang politik, dengan keberhasilan Eropa mengalahkan
kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Harus diakui, bahwa justru dalam
bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan
negara-negara baru Eropa. Kemajuan-kemajuan Eropa tidak dapat dipisahkan
dari peran Islam saat menguasai Spanyol.[1]
Dari Islam menguasai Spanyol itulah Eropa banyak menimba ilmu pengetahuan. Ketika Islam
mencapai masa keemasannya, kota Cordoba dan Granada di Spanyol
merupakan pusat-pusat Peradaban Islam yang sangat penting saat itu dan
dianggap menyaingi Baghdad di Timur.
Ketika itu, orang-orang Eropa
Kristen, Katolik maupun Yahudi dari berbagai wilayah dan negara banyak
belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi
“guru” bagi orang Eropa [2]
Di sini pula mereka dapat
hidup dengan aman penuh dengan kedamaian dan toleransi yang tinggi,
kebebasan untuk berimajinasi dan adanya ruang yang luas untuk
mengekspresikan jiwa-jiwa seni dan sastra.[3]
Penduduk
keturunan Spanyol dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu:
Pertama, kelompok yang telah memeluk Islam;
Kedua, kelompok yang tetap
pada keyakinannya tetapi meniru adat dan kebiasaan bangsa Arab, baik
dalam bertingkah laku maupun bertutur kata; mereka kemudian dikenal
dengan sebutan Musta’ribah.
Ketiga, kelompok yang tetap berpegang
teguh pada agamanya semula dan warisan budaya nenek moyangnya.
Tidak
sedikit dari mereka, yang non-muslim, menjadi pejabat sipil maupun
militer, di dalam kekuasaan Islam Spanyol. Mereka pun mendapat
keleluasaan dalam menjalankan ibadah mereka tanpa diganggu atau mendapat
rintangan dari penguasa Muslim saat itu, sesuatu yang tidak pernah
terjadi sebelumnya saat penguasa Kristen memerintah Spanyol.[4]
Bersambung...
Source: aagun74alqabas.wp.com
Keterangan:
[1]Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam,( Jakarta, Kencana. 2005). hlm. 109
[2]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, (Jakarta, Rajawali Pers. 2004), hlm. 87
[3]Dean Derhak, Muslim Spain and European Culture, dalam http://www.muslimheritage.com
[4]Siti Maryam, dkk., Sejarah Peradaban Islam: Dari masa Klasik hingga Modern. (Yogyakarta. LESFI, 2004). hlm. 83
No comments