Breaking News

Berbagai Kerusakan Di Muka Bumi

Berbagai Kerusakan Di Muka Bumi
Jumat, 20 Nopember 2009 / 3 Zulhijjah 1430


ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar Ruum (30) : 41)

Tafsir

         Al Ustadz Muhammad Ali As Shaabuni dalam Shafwatut Tafaasiir Juz II/442 menafsirkan kalimat zhaharal fasaadu fil bahri bima kasabat aidinnas menerangkan bahwa telah tampak berbagai bencana di bumi, baik di daratan maupun di lautan, adalah disebabkan oleh berbagai kemaksiatan dan dosa-dosa manusia.

        As Shaabuni mengutip Al Baidlowi yang berkata: maksud dari kalimat “al fasad” dalam ayat tersebut adalah: paceklik, banyaknya kasus kebakaran dan kasus tenggelam, hilangnya keberkahan, dan banyaknya kemudharatan adalah karena kemaksiatan manusia dan usaha-usaha mereka.

        Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan : “ Bahwa segala kekurangan hasil pertanian dan buah-buahan adalah karena berbagai kemaksiatan. Sebab, menurutnya kebaikan bumi dan langit adalah lantaran ketaatan manusia kepada Allah SWT.

      Abu al Aliyah berkata: “Siapa saja yang durhaka kepada Allah di muka bumi, sungguh dia telah merusak bumi. Sebab kebaikan bumi dan langit adalah dengan ketaatan.” Dalam hal ini ada suatu hadits:

      “Sungguh ditegakkannya satu hukum hudud saja di muka bumi adalah lebih baik bagi penduduk bumi daripada mereka mendapatkan turunnya hujan pagi-pagi selama 40 hari” (HR. Abu Dawud).

       Dalam hal ini sebabnya adalah dengan ditegakkan hudud kebanyakan manusia akan tercegah dari berbagai perbuatan haram. Dan perbuatan-perbuatan maksiat adalah sebab dari hilangnya barakah dari langit dan bumi.

        Oleh karena itu, turunnya Isa bin Maryam as pada akhir zaman lalu memerintah dengan syariat Islam yang suci pada waktu itu, dengan membunuh babi, memecahkan salib, dan meletakkan jizyah dan meninggalkannya, lalu tidak menerima kecuali Islam atau pedang, maka tatkala Allah menghancurkan Dajjal dan para pengikutnya serta Ya’juj dan Ma’juj pada zaman tersebut, maka dikatakan kepada bumi: Keluarkanlah keberkahanmu!

       Maka satu buah delima bisa dimakan banyak orang dan cukup susu hirup untuk orang banyak.

       Hal itu tidak lain karena berkah dari pelaksanaan syariat Rasulullah SAW. Maka setiap kali keadilan ditegakkan, semakin banyak keberkahan dan kebajikan.

       As Shaabuni mengatakan bahwa maksud Allah SWT menampakkan berbagai kerusakan di muka bumi tersebut adalah agar manusia bisa merasakan akibat dari sebagian perbuatan mereka di dunia sebelum Dia SWT mengadzab mereka di akhirat lantaran perbuatan kemaksiatan mereka semua.

        Itulah makna dari kalimat: Liyudziiqahum ba’dlalladzi amiluu. Tujuannya adalah mudah-mudahan mereka mau bertobat dan kembali kepada Allah, La’allahum yarji’uun, yakni dengan meninggalkan apa saja dosa-dosa dan kemaksiatan yang mereka lakukan selama ini.

         Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan maksud dan tujuan Allah SWT dalam memberikan berbagai musibah dan bencana tersebut menghubungkan dengan FirmanNya yang lain:

وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الأَرْضِ أُمَمًا مِّنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS. Al A’raf (7) :168)[/b]

Refleksi

       Berbagai bencana dan musibah telah menimpa bangsa dan umat Islam Indonesia lima tahun terakhir ini yang terus mengguncang bangsa dan negara Muslim terbesar di dunia ini, sejak Tsunami Kubra di Aceh pada 2004 hingga Tsunami Sugra di Situ Gintung Ciputat tahun 2009 ini.

        Berbagai kejadian musibah yang terus menerus tiada hentinya. Gempa di Yogya dan sekitarnya, longsor sampah di Bandung, kapal tenggelam di Laut Jawa, pesawat hilang di Sulawesi, pesawat gagal landing di Yogya, Hercules jatuh di Madiun, Heli jatuh di Bogor, ledakan di markas Brimob Kelapa Dua beberapa waktu lalu kemudian disusul kebakaran di asrama dikomplek yang sama, banjir dimana-mana, juga kekeringan di mana-mana bahkan hingga kebakaran hutan dan kabut asap di daerah Riau. Dan masih banyak lagi…

        Tentu semua itu membuat kita merenung dan bertanya: apa yang salah dari bangsa ini? Pemimpinnya? Rakyatnya? Padahal mayoritas orang Islam di negeri ini sholat, walau masih banyak yang tidak aktif sholat berjamaah. Pelaksanaan sholat Jum’at selalu penuh.

        Bahkan aktivitas di bulan Ramadhan selalu semarak. Jamaah haji pun tiap tahun lebih dari 200 ribu. Itu pun masih banyak yang menunggu antrian 3 tahun ke depan walau sudah lunas hari ini.

         Jilbab bertebaran di mana-mana. Orang-orang kaya pun sudah mulai banyak yang rajin bersedekah serta membayar zakat sehingga disamping ada Baznas, Lazis pun ada dimana-mana. Bank Syariah dan produk-produk ekonomi syariah semakin tumbuh walau market sharenya baru 2,5 %.

      Namun, disisi lain, pornografi belum tersentuh, sekalipun sudah ada UU Pornografi. Yang jualan majalah Porno masih berani di jalan-jalan Jakarta. Tayangan Film sinetron remaja yang mengumbar aurat terus di produksi.

       Bahkan mulai muncul film-film yang mendiskreditkan syariat dan komunitas pesantren. Belum lagi riba yang masih dominan di samping Bank syariah. Bahkan gembongnya riba di APBN yang tahun ini saja 117 triliun rupiah belum dihapuskan.

         Selain hal-hal di atas, mungkin ada kezaliman yang merajalela tanpa disangka bahwa itu kezaliman. Sebut saja, semakin banyak orang yang terlilit utang riba hingga harta bendanya amblas.

         Semakin banyak rakyat yang sudah bekerja keras tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papannya secara layak, sementara disisi lain tidak sedikit orang yang ongkang-ongkang setiap hari tapi semakin kaya raya.

        Semakin banyak yang di PHK sehingga menambah deretan puluhan juta barisan pengangguran, sementara disisi lain triliunan uang Pemda parkir di Bank Indonesia. Di satu sisi kemiskinan rakyat tidak bisa dientaskan, disisi lain banyak modal negara bocor dan lari keluar negeri.

         Maka jika kezaliman sudah merajalela, akan terjadi ‘fitnah’ dimana-mana. Sebagaimana Firman Allah SWT:

وَاتَّقُواْ فِتْنَةً لاَّ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al Anfal (8) : 25)

Kesimpulan:

        Kemaksiatan adalah sumber kerusakan di muka bumi. Ketaatan adalah sumber keberkahan dari Allah SWT. Untuk membentuk masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, yakni masyarakat yang senantiasa taat menjalankan ibadah kepada Allah SWT serta terikat dengan syariatNya dalam seluruh aspek kehidupan mereka, maka diperlukan penguasa yang taat kepada Allah SWT dalam seluruh kepribadiannya sehingga dapat memimpin umat dan bangsa ini di jalanNya. Wallahu’alam

KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i

Pimpinan Perguruan As Syafi’iyyah

Suara Islam Edisi 70, Tanggal 3-17 Juli 2009 M/ 9-23 Rajab 1430 H, Hal 21

No comments