Meraih Keberkahan Hidup
Meraih Keberkahan Hidup
Senin, 30 Nopember 2009 / 13 Zulhijjah 1430
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. A’raf (7):96)
Siapa yang tidak menginginkan keberkahan? Hampir setiap hari; ketika makan, shalat bahkan ketika memberikan doa untuk rekan yang akan melangsungkan pernikahan, doa keberkahan yang kita panjatkan. Demikian pula pada aktivitas yang lain, kita kerap bermohon limpahan keberkahan.
Lantas apa itu berkah? Al Barakah arti asalnya adalah ziyadatul khair (tambahan kebaikan). Ilmu yang berkah adalah ilmu bermanfaat yang membela pemiliknya di hari akhir (hujjatun lahu).
Jika diamalkan dan diajarkan kepada orang lain, kemudian orang pertama mengajak orang lain untuk beramal, maka pengajar pertama akan selalu mendapat kiriman pahala dari orang-orang yang diajar. Dan semakin banyak orang yang mengikuti jejaknya, semakin berlimpah pula pahala yang akan diterima.
Ilmu yang tidak berkah adalah ilmu yang tidak bermanfaat, yang menggugat pemiliknya di Mahkamah Ilahi (hujjatun ilaihi). Semakin banyak ilmu yang diperoleh, tidak menambah kedekatannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT). Bertambah banyak ilmu yang tidak bermanfaat diberikan pada diri seseorang, semakin menjauhkannya dari Allah SWT.
Harta yang berkah adalah harta yang digunakan untuk meringankan beban orang lain. Menolong orang yang membutuhkannya. Harta yang tidak berkah adalah harta yang disimpan, seperti air yang tidak mengalir, sehingga menjadi sarang berbagai kuman (penyakit). Pemiliknya menjadi serakah dan orang disekitarnya mendengkinya.
Kekuasaan yang berkah adalah kekuasaan yang digunakan untuk menuntun si buta, melindungi kalangan bawah, membela orang yang tertindas, memperkuat kaum yang lemah. Selain itu, juga menegakkan keadilan, menciptakan keamanan dan menghilangkan kelaparan.
Sedangkan kekuasaan yang tidak berkah adalah kekuasaan yang difungsikan untuk memperkaya diri dan keluarga serta memperkuat pengaruh. Berbuat kerusakan di bumi. Membela yang kuat dan memindas yang lemah serta memutuskan silaturahmi.
Umur yang berkah adalah semakin bertambah usia, ia menyadari sebenarnya umur semakin berkurang, sehingga peluang itu dipergunakan untuk memperbanyak amal saleh. Umur seperti ini akan berlanjut kepada kehidupan akhirat.
Ahli sastra Arab Mesir, Syauqi Beik berkata; “Jagalah dirimu sebelum kematianmu dengan menjaga sebutan baik, sesungguhnya sebutan baik bagi manusia adalah umur kedua,”
Pernikahan yang berkah adalah pernikahan yang mendatangkan kebaikan. Menyempurnakan sebagian keislaman (ketaatan) kepada Allah SWT. Semua anggota keluarga sebagai pendukung jihad fi sabilillah. Suasana anggota diliputi oleh kehangatan mawaddah (cinta) sejuknya rahmah (kasih) dan sakinah (tentram).
Kebalikan Berkah
Berkah merupakan kebalikan dari laknat. Kalau berkah dilipatkan kebaikannya baik secara material dan immaterial, maka laknat dijauhkan dari kebaikan baik hissi (fisik) maupun ma’nawi (non-fisik). Berkah memperoleh kebaikan lahir dan bathin, laknat dijauhkan dari kebaikan lahir dan batin.
Dalam hal makanan, maka yang dimaksud ‘tha’amun bariikun’ adalah pada makanan itu diberikan keberkahan. Sekalipun secara lahiriyyah sedikit, tetapi bisa memberikan kecukupan pada orang banyak. Hal semacam itu mungkin saja, bila Allah SWT menghendaki.
Allah SWT Berfirman:
قَالُواْ أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللّهِ رَحْمَتُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَّجِيدٌ
“Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah." (QS. Hud (11):73)
Al Farra dan Abu Mansur mengatakan yang dimaksud dengan ‘keberkahan’ dalam kalimat tasyahud yang berbunyi, ‘assalamu’alaika ayyuha nabiyyu warahmatullahi wabarakatuh’ adalah kebahagiaan.
Orang yang diberikan kebahagiaan oleh Allah SWT seperti kebahagiaan seperti kebahagiaan para nabi, syuhada, shiddiqun, sholihun, berarti memperoleh kebahagiaan yang permanent. Sebab, telah menemukan jalan yang lurus (shirathul mustaqim).
Itu berarti orang yang bersangkutan telah terlimpahin keberkahan. Hal itu merupakan buah dari permohonannya yang senantiasa ia ucapkan dalam setiap kali shalat.
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ
َاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّين
َاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّين
“Tunjukilah [8] kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. [9]” (QS. Al fatihah (1):6-7).
Dua Syarat Meraih Keberkahan
Untuk mendapatkan keberkahan dalam hidup dibutuhkan dua syarat:
- Pertama: Beriman dan Bertaqwa kepada Allah SWT, sebagaimana dalam FirmanNya yang dikutip di atas (QS. Al A’araf (7):96). Ayat ini menunjukkan balasan Allah SWT bagi hamba-hambaNya yang beriman, yakni keberkahan dari bumi dan langit. Sebaliknya, ayat tersebut juga sekaligus menjadi penjelas bahwa orang yang kufur kepada Allah SWT, niscaya tidak akan pernah merasakan keberkahan dalam hidup.
- Kedua: Amal Shaleh. Yang dimaksud dengan amal shaleh ialah menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya sesuai dengan syariat yang diajarkan Rasulullah Shallahu’alaihi wa sallam (SAW). Inilah hakikat ketaqwaan yang menjadi syarat datangnya keberkahan sebagaimana ditegaskan pada surat Al A’raf 96 tadi.
Tatkala Allah SWT menceritakan tentang Ahlul kitab yang hidup pada zaman Nabi SAW, Allah SWT Berfirman:
وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُواْ التَّوْرَاةَ وَالإِنجِيلَ وَمَا أُنزِلَ إِلَيهِم مِّن رَّبِّهِمْ لأكَلُواْ مِن فَوْقِهِمْ وَمِن تَحْتِ أَرْجُلِهِم مِّنْهُمْ أُمَّةٌ مُّقْتَصِدَةٌ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ سَاء مَا يَعْمَلُونَ
“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka [428]. Diantara mereka ada golongan yang pertengahan [429]. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.” (QS. Al Ma’idah (5):66).
Para ulama tafsir menjelaskan yang dimaksud dengan “mendapatkan makanan dari atas dan dari bawah kaki”, ialah Allah SWT melimpahkan kepada mereka rezeki yang banyak dari langit dan bumi, sehingga mereka akan mendapatkan kecukupan dan berbagai kebaikan tanpa susah payah, letih, lesu dan tanpa adanya tantangan atau berbagai hal yang mengganggu ketentraman hidup mereka (Tafsir Ibnu Katsir, 2/76).
Penutup
Keberkahan adalah sesuatu hal yang sangat bernilai. Wujud ayatnya nampak susah diukur, akan tetapi sejatinya dapat dirasakan dalam bentuk pencitraan, derajat dan kemuliaan. Maka, seseorang yang memperoleh keberkahan akan menjadi manusia yang memiliki tambahan nilai, baik di mata manusia maupun di sisi Allah SWT.
Masyarakat yang seperti itulah yang akan mengundang perkenan Ilahi melimpahkan karuniaNya dari langit dan bumi. Inilah komunitas yang beruntung karena terbimbing dalam nilai-nilai wahyu (tauhid).
Sebaliknya, masyarakat yang kufur akan dijauhkan dari kebaikan dan didekatkan dengan bencana. Masyarakat seperti ini ingkar terhadap petunjuk Al Qur’an dan ikut pada petunjuk hawa nafsu. Semoga kita dilimpahkan kberkahan dalam segala aspek kehidupan kita, dan dijauhkan dari laknat atas kekhilafan kita. Amiin.
Sholeh Hasyim
Pesantren Hidayatullah Kudus, Jawa Tengah.
Pesantren Hidayatullah Kudus, Jawa Tengah.
Suara Hidayatullah, Juni 2009 Jumadil Tsani 1430
Notes:
[8] Ihdina (tunjukilah kami), dari kata "hidayaat": memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.
[9] Yang dimaksud dengan "mereka yang dimurkai" dan "mereka yang sesat" ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.
[428] Maksudnya : Allah akan melimpahkan rahmat-Nya dari langit dengan menurunkan hujan dan menimbulkan rahmat-Nya dari bumi dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang buahnya melimpah ruah.
[429] Maksudnya : orang yang berlaku jujur dan lurus dan tidak menyimpang dari kebenaran.
No comments