Harga Mahal Manusia Takwa
27 Agusutus 2010 / 17 Ramadhan 1431 H



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS.Ali Imran (3): 102)

Makna Takwa

Bertakwa adalah menjalankan semua perintah-perintahNya dan menjauhi semua laranganNya dengan penuh kesadaran dan kesabaran. Takwa merupakan sebaik-baik bekal yang sangat diperlukan bagi individu dan jamaah kaum Muslimin.

Bahkan perjuangan untuk iqamatud din (mengerjakan syariat) tidak akan memperoleh pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT), tanpa disertai dengan takwa.

Amal kita akan tertolak bila tidak disertai dengan takwa. Dua putra Nabi Adam Alaihissalam (AS) telah mempersembahkan kurban, lalu kurban salah satunya diterima sedangkan yang lain ditolak.

Habil berkurban karena takwa, sedangkan Qabil berkurban untuk meraih kepentingan dunia.


وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِن أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ


“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (QS. Al Maidah (5): 27)


Betapa banyak orang yang berjuang, berkorban, berdakwah, tetapi amal mereka dikembalikan atau tidak diterima karena motivasi berjihad tidak muncul dari takwa.

Umar bin Khaththab pernah menulis surat kepada Sa’ad bin Abi Waqash; Panglima Pasukan Islam dalam perang melawan Persia, yang berbunyi: “Amma ba’du, sesungguhnya aku perintahkan kepadamu dan bala tentara yang menyertaimu agar bertakwa kepada Allah SWT dalam segala hal, karena sesungguhnya takwa kepada Allah SWT adalah senjata yang paling utama dan paling kuat untuk menghadapi musuh dalam perang…”

Ibnu Katsir berkata; “Barang siapa bertakwa kepada Allah SWT dengan mengamalkan perintah-perintahNya dan meninggalkan larangan-laranganNya, akan terbimbing untuk mengetahui kebenaran dan kebathilan.

Itu merupakan kunci pembuka kemenangan, keselamatan dan jalan keluar baginya dalam menghadapi, urusan-urusan dunia, kunci kebahagiaan pada hari kiamat, dan sebab dihapuskannya segala dosa-dosanya.”


Takwa adalah solusi untuk mengatasi setiap kelemahan, ketertinggalan dan kehinaan yang sedang mendera Umat Islam. Ia adalah satu faktor yang apabila kita pegang teguh, pangkal datangannya pertolongan dan taufik akan dimudahkan bagi kita dan segala factor yang menyebabkan kekalahan dan kehinaan akan dijauhkan.

Takwa memelihara kita dari penyimpangan dan yang menjamin kemenangan bagi kita atas musuh yang memiliki kekuatan jauh lebih hebat. Takwa dengan –izin Allah SWT- yang menyelamatkan kita dari kesempitan dan kesusahan.

Betapa banyak kesempitan yang pada zaman ini dihadapi kaum Muslimin, sementara barisan musuh masih menunggu-nunggu kesempatan.



.... وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا


“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. (2)



وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا


“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS. Ath Thalaaq (65): 3)



وَاللَّائِي يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيضِ مِن نِّسَائِكُمْ إِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلَاثَةُ أَشْهُرٍ وَاللَّائِي لَمْ يَحِضْنَ وَأُوْلَاتُ الْأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَن يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا


“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan- perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. (QS. Ath Thalaaq (65):4)

Urgensi Takwa

Takwa mengantarkan kita memiliki sikap konsisten sekalipun menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya penuh dengan risiko, yakni dihadapkan pada kesulitan.

Juga, takwalah yang dapat menuntun kita disiplin terhadap jamaah, sami’na wa atha’na terhadap pemimpin serta tidak mendurhakainya selama dalam kebaikan. Maka, di samping sebab-sebab lain, Allah SWT menjadikan takwa sebagai sebaik-baik bekal bagi kita.



....وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ


“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa [124] dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (QS. Al Baqarah (2): 197)

[124] Maksud bekal takwa di sini ialah bekal yang cukup agar dapat memelihara diri dari perbuatan hina atau minta-minta selama perjalanan haji.

Tanpa bekal takwa, kita tidak akan kuat menapaki jalan menuju Allah SWT. Kita akan mengalami stagnasi dalam perjuangan, macet di tengah jalan, bahkan kita akan berbalik haluan.

Naudzubillahi min zalik. Alangkah indahnya nasihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) terhadap orang yang sedang melepas kepergian salah seorang sahabat; “Semoga Allah membekalimu dengan takwa.” (Riwayat Ad Darimi).

Hadits di atas menjelaskan bahwa sebaik-baik bekal dalam perjalanan pendek maupun jauh, dan dalam setiap pekerjaan adalah bekal takwa.

Ali bin Abi Thalib berkata; “Takwa adalah takut kepada Allah yang Mahaagung, melaksanakan wahyu dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian.”

“Rasulullah SAW pernah memberikan nasihat kepada kami yang menyebabkan hati terharu dan air mata berlinang-linang. Lantas kami berkata: Ya Rasulullah SAW, ini seolah-olah nasihat untuk orang yang akan berpisah, maka nasihatilah kami.”


Sabda Beliau SAW: “Aku berwasiat kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat sekalipun yang memimpin kalian itu seorang budak…” (Riwayat Ahmad, Ibnu Majah, At Tirmidzi dari ‘Irbadh bin Sariyah).

Karakteristik Orang Bertakwa

Imam Qusyairi dalam karyanya Risalatu Al Qusyairiyah berkata: “ Karakter yang menonjol bagi orang yang bertakwa terkumpul dalam kalimat “TAQWA”. Huruf ‘ta’ yang pertama bermakna tawadhu’ (rendah hati).

Orang yang bersikap tawadhu, sekalipun kaya tetapi berpenampilan miskin, meskipung penguasa tetapi ia memilih pola hidup sebagai pelayan (khadam), dan betapa pun ia alim, ia memilih sikap hidup seperti orang yang tidak berilmu.

Huruf yang kedua ‘qaf artinya qanaah. Selalu ridho dengan rezeki yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT. Dalam urusan dunia, ia selalu melihat orang yang status sosial ekonominya lebih rendah. Namun dalam urusan akhirat, ia melihat orang yang lebih atas.

Huruf yang ketiga ‘waw’ artinya wara’. Maksudnya, menjaga dari sesuatu yang syubhat (tidak jelas halal dan haramnya.) apalagi memandang perkara yang haram. Sekalipun perkara itu halal, akan tetapi jika menghalangi dan mengurangi konsentrasi ibadah kepada Allah SWT, maka akan ia tinggalkan.

Huruf yang keempat “ya” artinya yakin. Orang yang bertakwa selalu memiliki pendirian yang kuat. Tidak mudah goyah ketika dihadapkan dengan ujian dan cobaan. Karena iya yakin, maka sesungguhnya Allah SWT selalu menyertainya dan menolongnya dalam keadaan lapang maupun sempit.

Abu Darda’ berkata: “Wujud kesempurnaan takwa adalah apabila seorang hamba takut bermaksiat kepada Allah SWT, sampai-sampai takut melakukan dosa sebesar atom dan sampai-sampai ia meninggalkan yang diketahuinya halal, karena khawatir di dapatinya haram di kemudian hari.”

Kaab bin Malik berkata ketika ditanya oleh Umar bin Khaththab tentang takwa. Takwa yaitu ketika kita melewati hutan yang penuh duri, kita hati-hati melewatinya sembari mengangkat pakaian kita khawatir tertusuk.

Langkah utama untuk menuju takwa adalah bermujahadah agar di dalam hati kita steril dari pengaruh lain kecuali Allah SWT. Kita usahakan ibadah, pengorbanan dan hidup mati kita, hanya ditujukan kepada Allah SWT.

Sholih Hasyim

Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatullah Kudus, Jawa Tengah

Suara Hidayatullah | Mei 2009 / Jumadil Ula 1430 H, Hal 64-65