Breaking News

Noda Di Libur Lebaran

Noda Di Libur Lebaran
Kamis, 23 Oktober 2008 / 23 Syawwal 1429



      Masa libur lebaran telah lewat, aktivitas keseharian telah lama dimulai lagi. Ada yang bekerja, kembali ke sekolah, menjalankan bisnis, berdakwah dsb. Berbagai kegiatan telah di isi oleh kita dalam liburan yang lalu. Yang teristimewa adalah saat  pulang kampung alias mudik, tapi ada juga yang betah n tetap di Jakarta.

      Sobat muslim, kegiatan apa saja yang kamu lakukan selama liburan di Jakarta kemaren? Ehm pasti bermacam-macam jawabannya. Ada yang hunting dirumah –nunggu teman dan saudara-saudara datang-, ada yang keliling kampung sambil nanggok –masih?- ke rumah sanak family dan kerabat, dan ada juga ke tempat rekreasi atawa tempat hiburan.

Bioskop, sarana hiburan keluarga

     Bro n gals, tentu udah gak heran lagi dunk jika bioskop di jadikan sasaran untuk tempat melepas lelah dan tempat berkumpul keluarga. Apalagi jika musim liburan tiba - ditambah film yang di putar udah ditunggu sekian lama- siap-siap aja , kamu harus rela berjam-jam untuk mendapatkan tiket film yang kamu incer. Seperti yang lagi booming saat ini, yaitu Film Laskar Pelangi, dimana memasuki hari ke sekian, film itu selalu sold out pejualannya. Bikin shock! Bikin shock!

      Sobat muslim, Film Laskar Pelangi yang diangkat dari novel best seller dengan judul sama, emang dibuat ‘serius’ banget pembuatannya. Sebagian besar proses shooting di lakukan di setting novelnya, Kepulauan Bangka Belitung. Soundtracknya di isi oleh pemusik papan atas, seperti Nidji, Gita Gutawa dan Sherina.

       Film lain yang diputar adalah BARB13 (baca: Barbie) produksi Starvision. Film yang bergenre komedi remaja ini menceritakan tentang anak-anak orang kaya yang gemar pamer kekayaan, selalu berdandan seperti boneka Barbie dan suka menjahili orang laen, sampai suatu ketika mereka terkena batunya sendiri.

       Satu film lagi berjudul Chika, Film romantis remaja buatan Soraya Intercine Film, yang di bintangi pendatang baru Sharon Jessica dan Muhammad Fardhen. Dua Film lainnya ditilik dari judulnya, adalah Film komedi, yakni Suami-Suami Takut Istri produksi Tripar Multivision Plus dan Cinlok dari Rumah Produksi MD Pictures (Kompas, Minggu 21 September 2008).

Hari-Hari Menuai Untung

      Emang ga salah sich jika masing-masing dari kita punya keinginan berliburan dengan keluarga. Bahkan justru dengan aktivitas yang diisi bersama keluarga akan menambah keharmonisan keluarga, tul ga? *tuing!* *tuing!*. Kembali mengenai liburan tempat rekreasi, sebutlah Bali –terlepas mengenai berita kehebohan pasangan gay- memang mengandung magnet tersendiri akan keindahan pulaunya. Dari informasi yang saya dapat dari berita di tv, pengunjung pulau dewata itu meningkat dari kesehariannya 12 ribu pengunjung menjadi 15 ribu pengunjung.

      Bagaimana dengan Bioskop? Menurut Noorca Massardi, humas jaringan bioskop kelompok 21; adanya peningkatan penonton 5-10 persen pada masa liburan lebaran di bandingkan hari-hari biasa. “Biasanya mulai terasa naik pada tiga hari menjelang Idul Fitri dan tujuh hari sesudahnya. Ini terjadi di seluruh jaringan bioskop 21.” Ujar Noorca (Kompas 21/09/08).

      Ehm mungkin kamu bisa menduga-duga, kenapa ada lonjakan penonton?  Hmmm :hmmm:Padahal tontonan di tv tidak kurang menariknya. U knows guys? ‘kebiasaan’ ini sudah lama terjadi. Dulu zaman kejayaan grup lawak Dono Kasino Indro (Warkop DKI) era 80-an, selalu dirilis setahun sekali pada masa liburan lebaran.

       “Dari zaman Warkop, musim libur lebaran selalu jadi tanggal empuk buat Produser Film. Sekitar 7-8 tahun lalu memang pernah vakum, tetapi 5 tahun belakangan sudah mulai kembali ke pola itu”. Tutur produser senior Gope T Samtani. Gope pun menambahkan terkait meningkatnya jumlah penonton, “Saat lebaran, anak-anak libur dan punya duit karena dapat ‘tanggokan’ dari orang tua mereka, lalu mereka gunakan untuk nonton bioskop”.

Laris Belum Tentu Baik

      Dude, tentu kita sepakat dunk, bahwa segala sesuatu yang disukai banyak orang belum tentu menjadi jaminan bahwa itu baik. Begitupun hiburan, entah itu Film, Musik, sinetron dsb. Jika hanya di nilai dari banyaknya penonton, kaset yang terjual dan rating tertinggi…fiuh bisa kacau hidup ini. Gubraks! Gubraks!

      Tapi yang terjadi sekarang ini, bukan kualitas Film yang dicari, tapi hanya sekedar menghibur yang disenangi. Apakah Film itu merusak moral, mengandung unsur pornografi , atawa menjauhkan manusia dari unsur agama, sabodo amat, yang penting Film gue laku  Cool Cool. Hal ini pun diakui oleh Gope,” tidak harus bertema religi. Asal feeling penonton bagus terhadap satu judul Film, Film itu pasti akan sukses”. Tambahnya lagi, Film apa saja mulai dari komedi, roman hingga horror, bisa menuai sukses saat Lebaran.

     Gubrakssss, itu sama artinya, mau itu madu atawa racun asal di kemas dengan apik dan penonton suka, maju terusssss. Ugh Nyebelin khan? Pikiran dan pemahaman kita di gempur terus tanpa sadar. Masih mending kalo pemahaman kita udah mumpuni, lha kalo taunya Islam itu hanya sekedar ibadah wajib aja, apa gaswat namanya….

      Untuk yang udah rajin ngaji –baik itu liqo atawa taklim rutin- jangan bernapas lega dulu, kamu pun belum masuk zona aman selama tidak istiqomah dalam beribadah dan memperdalam pemahaman kamu. Bahaya masih mengintai kamus semua selama tidak cepat di antisipasi…Waspadalah…Waspadalah

Bahaya Laten

      Buddy, inilah yang namanya perang pemikiran (ghazwul Fikri), perang yang tidak harus menggunakan senjata berat tapi hasil yang didapat lebih parah dari perang fisik. Maksudnya? Perang yang tujuannya mengeluarkan umat Islam dari pemahaman Islam berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah tanpa harus mengeluarkan umat Islam dari agamanya.

       Salah satu medianya, Hiburan (fun) yang kebetulan kita bahas kali adalah Film. Kenapa Film? Karena musuh-musuh Islam telah mempelajari banyak aspek baik itu sejarah, psikologis manusia bahkan rujukan utama kaum Muslimin. Dari  situ mereka tau, bahwa manusia suka unsur hiburan. Dan dari situ pula disusupi racun-racun mereka.

       Iih apa sebegitunya? Yup, contoh konkret nyata adanya penentangan disahkannya UU pornografi, yang jelas-jelas bermanfaat bagi penduduk Indonesia tanpa harus memandang pemeluk agama apapun. Mereka takut jika UU ini disahkan akan merembet penerapan total syariat Islam di bumi Indonesia. Yang berefek pada aktivitas dan bisnis mereka…padahal gak usah dikaitkan dengan agama, UU Pornografi sangatlah bermanfaat dimana kita bisa tau standarisasi porno dan bisa melindungi generasi penerus, betul gak sich? *tuing!* *tuing!*

      Liat saja, gimana hebohnya Film-film layar lebar di saat libur lebaran, alih-alih beraroma hari raya, ini malah jauh panggang dari api, alias gak nyambung dengan sikon yang ada. Hal ini selaras dengan pengakuan Humas 21; “Lagian khan aneh, nuansa hari Raya Idul Fithri, tema yang diangkat gak ada bedanya dengan hari-hari biasa? Beda banget dengan Negara yang dikenal “Uncle Sam”, setiap libur Natal dan taon baru, selalu kental dengan suasana agama. Itu di tandai dengan banyak dirilis Film-Film keluarga bernuansa Natal. “ Di Indonesia, seingat saya dalam 30 tahun terakhir ini tidak ada Film (layer lebar) bertema lebaran. Respons terhadap itu justru di ambil alih TV,” kata Noorca.

Punya Keahlian Yuk

      So, what can we gonna do? Daa.. Daa.. Masalah kita udah tau, efeknya pun tak kita pungkiri bahayanya. Kalo hanya berkeluh kesah or hanya marah-marah, ga ada gunanya guys, hanya buang-buang energi aja. Lebih baik ntuh tenaga dan pikirkan kita pikirkan untuk jalan keluarkan dan yang terpenting realisasinya. *tuing!* *tuing!*

      Apa tuch? Kalo di liat dari gambaran data di atas, sebenarnya kita punya clue. lho Yaitu banyaknya penggemar Film menandakan itulah lahan dakwah kita potensial en tinggal di kemas semenarik mungkin. Maksudnya? Kita belajar dariAyat-ayat Cinta dan Laskar Pelangi, ataw sinetron-sinetron tv besutan Om Dedy Mizwar.

      Selain dikemas semenarik mungkin, tentu tidak melupakan isi cerita yang bagus dan bermuatan amar maruf nahi munkar tanpa harus berkesan menggurui. Kita tentu bisa seperti itu. Bagi yang hobi menulis –apalagi udah terlatih- baik itu fiksi n non fiksi, buatlah hasil karya yang terbaik tanpa melupakan unsur berdakwah. Bisa kah? Insya Allah bisa, dengan niatan yang baik n diaplikasikan dengan terus berlatih, Insya Allah bisa. Belajar dari karya novel yang diangkat ke layer lebar itulah target kita, gimana?  Hmmm Hmmm

       Bagaimana dengan keahlian-keahlian yang laen? Kudu harus juga tentunya, bahkan sangat diperlukan untuk keberhasilan dakwah. Ups terlepas dari pro n kontra mengenai pendapat saya ini, yang pasti saya hanya punya niatan yang baik dan hanya mengamalkan ayat Al Qur’an

لِلَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمُ الْحُسْنَى وَالَّذِينَ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُ لَوْ أَنَّ لَهُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لافْتَدَوْا بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ سُوءُ الْحِسَابِ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ



"Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman".  Sok mari kita sambut seruan ayat diatas dengan ber amar ma’ruf nahi mungkar….yuuu  Yess! Yess!. Wallahu’alam (AE)

No comments