Breaking News

Syarat [Menjadi] Umat Terbaik

Umat Terbaik
Senin, 08 Juni 2009 / 15 Jumadil Akhir 1430



Allah SWT Berfirman:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ


“Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah…”(QS. Ali Imran: 110).

     
Firman Allah SWT di atas merupakan pernyataan dari Allah SWT bahwa umat Sayyidina Muhammad SAW, yakni kaum Muslimin; sebagai umat yang terbaik di antara umat manusia di muka bumi.

       Imam Qurtubi dalam tafsirnya mengutip sebuah hadist dari Bahz bin Hakim bahwa tatkala membaca ayat ini, Rasulullah bersabda; “Kalian adalah penyempurnaan dari 70 umat, kalian yang terbaik di antara mereka dan termulia di sisi Allah.” (HR. At Tirmidzi).

       Menurut Imam Al Qurtubi dan  Imam Ibnu Katsir, predikat tersebut sama dengan “Ummatan wasathan” yang Allah sebut dalam FirmanNya: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjai saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu." (QS. Al Baqarah : 143).`

       Berkaitan dengan kondisi umat yang terpuruk saat ini, ada yang bertanya apakah predikat tersebut hanya untuk kaum muslimin terdahulu, yakni di masa sahabat, ataukah hingga hari kiamat?

       Menurut Ibnu Abbas ra, sebagaimana di kutip Imam Qurtubi, kelompok orang yang berpredikat umat terbaik yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang berhijrah dari Mekkah ke Madinah, yang ikut dalam perang Badar, dan ikut dalam perjanjian Hudaibiyah. Namun Umar Bin Khathtab mengatakan siapa saja yang beramal seperti mereka (para sahabat, edit) levelnya seperti mereka.

      Imam Az Zamkahsyari dalam tafsirnya Al Kasysyaf Juz I/392 menyebutkan; dikatakan bahwa dalam ilmu Allah, kalian adalah ummat terbaik. Juga kata beliau bisa diartikan bahwa kalian disebut-sebut kalangan umat-umat terdahulu sebagai khairu ummah.

      Apakah yang terbaik di antara umat Islam ini, yang awal ataukah yang akhir? Imam Qurtubi dalam tafsirnya mengutip sebuah riwayat hadist, bahwa Rasulullah SAW bersabda; “Umatku bagaikan hujan, tak diketahui yang lebih baik itu yang pertama ataukah yang terakhir?” (HR. Abu Dawud At Thayalisi dan Abu Isa At Tirmidzi).

Artinya, kalau sudah muncul umat yang terbaik, bukan tidak mungkin di masa mendatang akan muncul kembali.

Keunggulan Umat Terbaik

      Keunggulan kaum muslimin yang menjadi umat terbaik diantara umat manusia disebut oleh Abu Hurairah ra. ; (lihat Al Qurtubi, idem) dalam ucapannya: “Kami adalah yang terbaik diantara manusia, kami mengarahkan mereka untuk menapaki jalan menuju kepada Islam”.

      Dan dengan cepatnya umat terbaik yang senantiasa membimbing umat menuju ke jalan Islam, mengemban dakwah ke seluruh dunia, membuka berbagai wilayah bagi kedaulatan Islam, serta mendapati umat manusia dari berbagai bangsa, bahasa, negara dan adat istiadat menerima Islam sebagai keyakinan dan aturan hukum buat kehidupan mereka.

       Mereka mengarahkan pikiran manusia dengan cara yang argumentatif, logis sebagaimana di ajarkan oleh Allah Swt agar senantiasa mengajak manusia berfikir dengan bukti-bukti yang nyata yakni dakwah bil hikmah.

       Allah SWT Berfirman: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah [845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. An Nahl: 125)

*Note 845: Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.*

      Apabila ada halangan fisik terhadap dakwah, mereka dengan gagah berani menyingkirkan halangan fisik itu dengan jihad Fi Sabilillah. Dan karena itu mereka adalah manusia unggulan, dalam perang pemikiran maupun perang fisik pun semata senantiasa unggul..

       Allah Swt menjamin kualitas unggulan mereka dalam FirmanNya: "Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu'min untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti." [623] (QS. Surat An Nahl: 65)

*Note 623: Maksudnya: mereka tidak mengerti bahwa perang itu haruslah untuk membela keyakinan dan mena'ati perintah Allah. Mereka berperang hanya semata-mata mempertahankan tradisi jahiliyah dan maksud-maksud duniawiyah lainnya.

        Jelaslah bahwa kualitas umat terbaik itu dibandingkan dengan orang-orang kafir, atau umat-umat lain, adalah 1 orang muslim mampu mengalahkan 10 orang kafir. Itu dalam kondisi prima, dalam kondisi kaum muslimin ada kelemahan, Allah SWT masih memberikan garansi bahwa kaum muslimin akan sanggup mengalahkan kekuatan orang kafir yang jumlahnya dua kali lipat kekuatan mereka

       Allah SWT Berfirman: “Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. “ (QS. An Nahl: 66)

      Sejarah mencatat bahwa di masa Khalifah Umar bin al Khaththab tentara kaum muslimin menaklukan adidaya Rumawi dan Persia.

Syarat (Menjadi) Umat Terbaik

      Mujahid, sebagaimana dikutip Imam Al Qurtubi, mengatakan bahwa keunggulan umat Islam itu dengan syarat memenuhi sifat-sifat yang disebut dalam ayat itu. Ada tiga sifat yang dimiliki oleh ummat pengemban risalah Muhammad SAW ini yang menyertai predikat anugerah Allah SWT sebagai ummat yang terbaik, yakni : Menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah SWT.

      Itulah tiga sifat yang menjadi unsur-unsur kebaikan umat Rasulkullah SAW. Perlu dipahami, bahwa iman kepada Allah SWT tentu harus ada terlebih dahulu sebelum amar maruf nahi munkar. Demikian pula iman kepada risalah Islam. Sebab aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar tidak ditentukan oleh tradisi masyarakat, melainkan oleh sya’riat yang diturunkan oleh Allah SWT.

       Menurut Imam Az Zamaksyari (idem), penyebutan imam kepada Allah SWT dalam ayat ini berarti termasuk juga iman kepada segala yang diwajibkan oleh iman kepada Allah SWT, seperti iman kepada RasulNya, kitabNya, hari kebangkitan, hari perhitungan, pahala, siksa dan lain-lain. Menurutnya, jika tidak disertai iman kepada itu semua belum terhitung sebagai iman kepada Allah SWT.

       Allah SWT Berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul- rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan [373] antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan : "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan." (QS. An Nisa : 150-151)

*Note 373: Maksudnya : beriman kepada Allah, tidak beriman kepada rasul-rasul-Nya.*

      Dalam konteks kekinian, ketertarikan sebagian umat Islam kepada ideologi dan system hidup selain Islam, seperti sosialisme, komunisme, kapitalisme, sekulerisme dan lain-lain pandangan hidup yang bertentangan dengan Islam, bisa menjadikan mereka tergelincir dari keimanan kepada Allah SWT yang sebenarnya. Akibatnya, mereka tidak bakal menemukan kehidupan yang bahagia dan sejahtera di bawah naungan Islam. Apalagi mendapatkan gelar umat terbaik.

        Dalam mengulas ayat tersebut, Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyertakan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Durrah binti Abi Lahab berkata: Bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW pada waktu beliau berpidato di mimbar: Siapakah orang yang yang terbaik ya Rasulullah? Rasulullah SAW menjawab: “Manusia yang terbaik adalah manusia yang paling banyak membaca, paling bertaqwa kepada Allah SWT, paling giat melakukan amar maruf nahi munkar dan paling suka bersilaturahmi”.

Kesimpulan

      Predikat umat terbaik akan bisa terwujud kembali pada umat manakala umat ini berhasil mewujudkan kondisi yang kondusif bagi terpenuhinya syarat-syarat ummat terbaik, yakni secara pribadi maupun komunal, umat Islam mewujudkan keimanan mereka kepada Allah SWT dalam seluruh aspek kehidupan, dan secara mantap melaksanakan mekanisme  kontrolnya, yakni senantiasa menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan demikian perintah dan larangan Allah SWT alias halal-haram menjadi standar umum di masyarakat dalam rangka mengatur interaksi antar individu dan kelompok dalam masyarakat.

Wallahu’alam


KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i

(Pimpinan Perguruan As Syafi’iyyah)


Suara Islam, Edisi 67, Tanggal 15 Mei-5 Juni 2009 M/ 20 Jumadil Awwal-11 Jumadil Akhir 1430 H

No comments