Takutlah Musibah Yang Berlaku Umum
16 Juli 2010 / 05 Sya’ban 1431 H




وَاتَّقُواْ فِتْنَةً لاَّ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ


“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al Anfaal (8): 25)

Tafsir

Imam Jalalain dalam tafsirnya memberikan keterangan singkat: “Takutlah kalian kepada suatu fitnah yang jika menimpa kalian tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim di antara kalian, tapi menimpa secara umum baik kepada yang berbuat zalim maupun yang lain, dan mencegah fitnah tersebut adalah dengan menentang perbuatan orang-orang yang melakukan kemungkaran.

Dan ketahuilah siksaan Allah sangat keras kepada orang-orang yang menyalahi perintahNya”.


Dalam Tafsir Al Wajiz dijelaskan bahwa dalam ayat tersebut, Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang Mukmin agar tidak membiarkan dan mengakui kemungkaran apapun di tengah-tengah mereka.

Kalau tidak, atau kalau mereka membiarkan kemungkaran itu, niscaya Allah akan mengumumkan adzabNya.

“Fitnah” dalam ayat tersebut adalah “Iqraarul munkar” (membiarkan/mengakui kemungkaran) dan “Tarkut taghyiir lahu” (meninggalkan amaliyah untuk mengubahnya).

Sedangkan makna kalimat “Laa tushiibannalladzina zhalamu minkum khassah” (yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim di antara kalian) adalah menimpa yang zalim maupun yang dizalimi dan tidak khusus hanya menimpa para pelaku kezaliman tapi berlaku umum.

Artinya, sanksi Allah SWT akan menimpa orang-orang yang sholih maupun yang “tholih” (orang yang jahat/yang tidak sholih). Dan Allah SWT mendorong agar orang-orang Mukmin tetap istiqomah menjalankan tugasnya, khawatir akan munculnya fitnah dan sanksi Allah karena adanya kemaksiatan di dalamnya.

Dalam Tafsir Al Baidlowy dijelaskan bahwa: “Takutlah kalian kepada suatu dosa yang dampaknya adalah akan berlaku umum menimpa kalian, seperti dosa membiarkan kemungkaran di tengah-tengah kalian, mudahanah dalam amar makruf, berpecah belah, tampilnya bid’ah-bid’ah, dan malas dalam berjihad.

Dan bila musibah karena itu semua menimpa kalian maka musibah itu tidak hanya khusus menimpa orang-orang yang zalim di antara kalian, tapi musibah itu berlaku umum menimpa kalian”.


Al Ustadz As Shaabuni dalam tafsirnya menerangkan; “Waspadalah bila Allah SWT membalas, lantaran pembangkangan kalian terhadap perintahNya dan waspadalah kepada suatu fitnah yang apabila turun kepada kalian tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim, tapi berlaku umum menimpa kalian dan musibah itu akan sampai kepada orang yang sholih maupun tholih (yang jahat/tidak sholih)”.

Sebab orang-orang yang zalim dihancurkan oleh Allah karena kezaliman dan kemaksiatannya, sedangkan orang-orang yang tidak zalim dihancurkan karena tidak mencegah kezaliman dan membiarkan kezaliman itu terus terjadi.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW Bersabda: “Sesungguhnya manusia jika mereka melihat orang zalim lalu tidak mereka ambil tindakan mencegah/memberantasnya, maka hampir-hampir Allah mengumumkan mereka dengan adzab dari sisiNya”. (HR. Al Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman).

Oleh karena itu, adalah suatu kekeliruan besar bila ada yang mengatakan bahwa gempa atau bencana lainnya adalah fenomena alam biasa dan tidak ada hubungan dengan ketentuan Allah SWT.

Sebab apa saja yang terjadi di muka bumi, dari peristiwa dahsyat seperti gunung meletus dan tsunami sampai daun yang gugur ke bumi adalah dalam pengawasan Allah SWT.

Dia SWT Berfirman:



وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ


“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (QS. Al An'am (6): 59)

Realitas Yang harus Kita Ubah

Telah nyata kemaksiatan di depan kita dalam berbagai bentuk pembiaran terhadap aliran sesat, sihir dan klenik serta kemusyrikan, maupun pembiaran terhadap pornografi pornoaksi, serta berbagai muamalat riba baik dalam utang piutang maupun transaksi dagang yang legal maupun illegal;

Juga pembiaran berbagai kerusakan seperti korupsi, suap dan mafia peradilan yang sedemikian merajalela; dan bentuk-bentuk pembebekan terhadap cara hidup Barat baik dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, maupun budaya, serta menolak dan mencampakkan syariat Allah SWT.

Semua itu merupakan sebab-sebab yang nyata bagi datangnya gempa, tanah longsor, banjir, gunung meletus dan berbagai bencana dan musibah lainnya.

Diriwayatkan bahwa Khalifah Abu Bakar Shiddiq ra berkata dalam suatu pidatonya: “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW Bersabda: Tidaklah suatu hari yang di dalamnya terjadi berbagai kemaksiatan dimana kalian mampu mengubahnya tapi kalian tidak mengubahnya, melainkan hampir-hampir Allah SWT mengumumkan siksa dariNya”. (HR. Baihaqi).

Tentu saja kemungkaran dan kezaliman secara terang-terangan dilakukan oleh orang-orang zalim. Dan orang-orang zalim pasti akan semakin “pede” melakukan kezalimannya manakala merasa mendapat persetujuan dan dukungan dari masyarakat.

Oleh karena itu, jauh-jauh hari Allah SWT sudah mengancam agar tidak mendukung perbuatan zalim.

Allah SWT Berfirman:



وَلاَ تَرْكَنُواْ إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ اللّهِ مِنْ أَوْلِيَاء ثُمَّ لاَ تُنصَرُونَ


“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim [740] yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan”. (QS Huud (11): 113)

[740] Cenderung kepada orang yang zalim maksudnya menggauli mereka serta meridhai perbuatannya. Akan tetapi jika bergaul dengan mereka tanpa meridhai perbuatannya dengan maksud agar mereka kembali kepada kebenaran atau memelihara diri, maka dibolehkan.

Rasulullah SAW dalam suatu Hadits Bersabda: “Tolonglah saudaramu yang zalim dan dizalimi”. Para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, kalau menolong orang yang di zalimi kami paham, tapi bagaimana menolong orang yang zalim?”

Maka Rasulullah SAW Bersabda: “Cegahlah dia dari berbuat zalim”.

Pertanyannya, siapakah yang akan melakukan perubahan? Siapakah yang akan menghentikan kezaliman di negeri kita? Sebab kezaliman sudah sedemikian merajalela dan dilakukan secara sistematis, secara mafia !.

Ketika kekuatan-kekuatan politik bersatu dalam kubu kezaliman dan kekuatan kekuatan amar maruf nahi munkar centang perenang, siapakah yang bisa mencegah kezaliman? Siapa dan bagaimana menghentikkan korupsi dan suap menyuap yang telah menjadi budaya di kalangan instansi pemerintah baik sipil maupun militer.

Demikian juga budaya pemerasan dalam berbagai urusan. Siapa yang bisa melawan mafia peradilan? Siapa yang bisa memberantas mafia narkoba? Siapa yang bisa menghentikan pornografi dan pornoaksi?

Siapa yang bisa menghentikan penggarongan kepada uang rakyat melalui bank-bank semacam Bank Century? Juga penggarongan ratusan triliun uang rakyat dipakai untuk menomboki bank-bank ribawi yang jeblok karena krisis moneter?

Siapakah yang menghentikan pemurtadan dan penyesatan aqidah yang setiap hari melanda umat kita? Siapakah yang bisa menghentikkan praktik para rentenir yang terus mengeksploitir rakyat kecil dengan bunga yang mencekik leher mereka?

Dan siapakah yang bisa menghentikkan arogansi bangsa ini mencampakkan syariat Allah SWT dan menempati kedaulatan Allah SWT dalam membuat hukum untuk kehidupan dalam seluruh aspeknya?

Kalau kita tidak ingin tertimpa musibah secara umum, tentu tidak ada pilihan lain yang harus mengubah selain kita sendiri dengan pertolongan Allah SWT.

Allah SWT Berfirman:



إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِم


“……Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan [768] yang ada pada diri mereka sendiri…..”(QS. Ar Ra'd (13): 11)

[768] Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.

Wallahu’alam

KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie

(Pimpinan Perguruan As Syafi’iyah)

Suara Islam Edisi 76, Tanggal 16 Oktober – 6 Nopember 2009 M / 27 Syawwal – 18 Dzulqoidah 1430 H, Hal 28