Menyelesaikan Konflik
Selasa, 09 Nopember 2010 / 3 Zulhijjah 1431


     Apakah Anda stress saat anak-anak bertengkar? Seorang ibu bahkan merasa gagal menjadi seorang orang tua ketika melihat anak-anaknya berkelahi. Pernah terlintas di benaknya untuk memisahkan anak-anaknya itu agar pertengkaran di antara mereka tidak terjadi.

     Seorang Ayah yang mengaku anaknya sering bertengkar mengeluh, “Bagaimana tidak stress, tidak ada makanan berantem, sudah saya bawakan makanan juga, mereka berebutan. Tidak ada mainan mereka berantem, dibelikan mainan juga malah jadi sebab pertengkaran.”

      Bagaimana sebenarnya mengatasi pertengkaran? Banyak orang tua yang tidak tahan tatkala anak-anaknya berselisih. Namun, dengarlah penuturan seorang ahli; “Every conflict offers an opportunity to teach.”

      Demikian disampaikan Becky A. Bailey Ph. D dalam bukunya “Easy to Love, Difficult to Discipline.” Sehingga ketika konflik terjadi, kita bisa berkata pada diri kita sendiri,” Inilah kesempatan untuk mendidik dan membuat mereka belajar.”

     Bailey mengatakan bahwa pada saat konflik terjadi, kita sebagai orang tua bisa memilih: menganggapnya sebagai peluang untuk mendidik anak atau kesempatan untuk menyalahkan dan menghukum mereka.

    Jika orang tua mencap anaknya sebagai ‘anak nakal’, hal itu akan menghancurkan kepercayaan diri mereka.

      Bila kita dapat memanfaatkan momen bertengkar anak-anak sebagai peluang untuk mendidik mereka, maka kita dapat meningkatkan kemampuan anak dalam banyak hal, diantaranya: memahami hak dan kewajibannya,

     Membedakan salah dan benar, memupuk rasa empati, menghargai orang lain, memelihara harga dirinya dan membangung kemampuan dalam memecahkan persoalan. Dengan demikian, ketika suatu saat mereka menghadapi konflik lagi, mereka akan dapat menyelesaikannya tanpa campur tangan orang tua.

      Pada mulanya anak-anak tidak mengerti arti bertengkar, justru orang tualah yang memberi label bertengkar. Misalnya, ketika anak berebut mainan, seringkali orang tua berkata; “Sudah…sudah, jangan bertengkar!”

       Dalam situasi seperti itu, orang tua bisa dengan tenang mengatakan, “Ada dua orang menginginkan mainan yang sama, bagaimana caranya ya?” dengan pernyataan seperti itu, anak diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya.

      Pada dasarnya anak-anak tidak menyukai terjadinya konflik. Namun, ketidakmampuannya untuk mengelola emosi menyebabkan pertengkaran tidak bisa dihindari.

      Banyak orangtua ingin masalah anak-anaknya cepat selesai, sehingga memaksa salah satu anak untuk mengalah atau meminta maaf. Hal tersebut sebenarnya kurang mendidik, karena mereka tidak diajak untuk mengurai permasalahan.

     Permintaan maaf sebaiknya dilakukan oleh orang yang melakukan kesalahan dan dilakukan atas kesadaran dari dalam diri anak. Oleh karena itu, sangat penting kesabaran orang tua untuk berada dalam situasi konflik, dan memberi pengertian agar mereka belajar menyelesaikan masalahnya hingga tuntas.

      Hidup di dunia tidak akan pernah terhindar dari masalah dan perselisihan. Keterampilan menyelesaikan konflik akan menjadi bekal hidup yang berharga bagi masa depan anak-anak.


Ida S. Widayanti


Penulis buku

Suara Hidayatullah | Oktober 2009 / Syawal 1430 , Hal 53