Breaking News

Sekolah Uji Coba?

Sekolah Uji Coba!
Kamis, 09 Juli 2009 / 16 Rajab 1430



Assalamu’alaikum Bu,

       Saya melihat sekarang ini banyak sekali sekolah-sekolah yang mengadopsi kurikulum dari luar negeri dan menggabungkannya dengan kurikulum nasional. Apakah model seperti ini baik untuk diterapkan?

Wassalam,

Firda

Wa’alaikum salaam Bu firda,

     
Pertanyaan Ibu sangat baik. Sebelum kita memasukkan anak ke sebuah sekolah, orang tua sangat berhak mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya tentang program-program yang digunakan di sekolah itu, termasuk dalam hal ini kelayakan studi dari model penggabungan kurikulum.

      Di Amerika, metode-metode pendidikan baru selalu disertai dengan hasil pengamatan sekolah uji coba, sebelum digunakan secara luas oleh sekolah-sekolah lainnya. Sekolah-sekolah uji coba ini biasanya dibawah pengasuhan sebuah Universitas Keguruan (semacam lab school) atau bisa juga dilakukan di sekolah negeri biasa atas ijin para orang tua murid.

       Pengamatan ini dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama (misalnya dari kelas awal hingga kelas akhir) dan hasilnya akan dipublikasikan secara luas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari hasil pengamatan tersebut antara lain:

  • Hasil akademik murid di akhir masa sekolah dibandingkan dengan metode lain yang sudah dikenal
  • Tingkat stress murid dan guru
  • Masalah-masalah yang timbul selama di perjalanan
  • Rekomendasi dari para peneliti atas tingkat kelayakan metode yang diteliti

        Lebih baik lagi jika peneliti bisa menyajikan data keberhasilan/kegagalan murid-murid setelah mereka dewasa dan menjalani kehidupan sebagai anggota masyarakat. Hal yang lain yang perlu diperhatikan adalah latar belakang para murid (ekonomi keluarga, budaya keluarga & masyarakat setempat, tingkat pendidikan orang tuanya, dsb).

       Berbagai penelitian menunjukkan adanya korelasi yang sangat kuat antara latar belakang murid dengan tingkat keberhasilan akademik dan sosial mereka.

       Bagaimana dengan kondisi di Indonesia? Kelambanan pemerintah dalam mengurusi kebutuhan pendidikan mendorong lembaga-lembaga swasta untuk mengambil alih fungsi uji coba kurikulum dan metode pendidikan. Keinginan masyarakat untuk memberikan pendidikan yang lebih baik dari model pendidikan tradisional yang diterapkan di sekolah-sekolah negeri disambut antusias oleh para pengusaha dengan menawarkan alternative pembelajaran.

         Persoalannya; apakah tawaran tersebut telah di dukung oleh hasil penelitian yang positif, terutama untuk diaplikasikan pada kultur/budaya masyarakat Indonesia?

        Seorang pemimpin yayasan sebuah sekolah swasta pernah bercerita bahwa anak-anak didik di sekolahnya berperilaku liar akiba metode yang mereka terapkan. Tetapi, beberapa tahun kemudian, anak-anak tersebut TERNYATA mampu menampilkan perilaku yang lebih bertanggung jawab di bandingkan anak-anak dari sekolah tradisional.

       Ada yang menarik disini. Hasil positif dari uji coba tersebut tentu menjadi masukan yang sangat berharga bagi kita semua. Tetapi, apakah orang tua murid dari anak-anak tersebut memahami dan menyadari sepenuhnya bahwa putra-putri mereka sedang menjadi bahan uji coba?

        Ini yang harus dijelaskan kepada orang tua murid. Dengan demikian, orang tua menjadi lebih siap apabila metode yang diujikan mengalami kegagalan.

         Di sebuah sekolah swasta lainnya, manajemen sekolah melaporkan adanya tingkat pergantian guru yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan level stress para guru yang tinggi atas metode yang diterapkan.

          Kondisi ini cukup memprihatinkan. Guru yang silih berganti menyebabkan tingkat penguasaan terhadap sebuah metode tidak bisa berkembang.

         Bagaimana dengan perpaduan kurikulum nasional Indonesia dan kurikulum dari luar negeri seperi yang banyak di adopsi di sekolah-sekolah nasional plus?

          Sementara belum ada penelitian yang kuat dan positif terhadap hasil penggabungan kurikulum ini, beberapa orang tua mengeluhkan banyaknya pelajaran yang harus dikuasai oleh putera-puteri mereka dalam usia yang masih sangat muda (SD).

          Di tingkat yang lebih tinggi (SMA), ada banyak laporan tentang kegagalan pelaksanaan Sekolah Bestandar Internasional (SBI) yang sedang di galakkan oleh pemerintah. Kegagalan sebuah uji coba itu biasa. Tetapi, apabila orang tua tidak diberi informasi tentang uji coba tersebut dan bahkan mereka sudah harus mengeluarkan biaya yang tinggi akibat pemasaran yang bombastis dari metode yang sedang diujicobakan, tentu saja menjadi tidak adil.

          Idealnya, sekolah uji coba merupakan sekolah gratis dan orang tua harus menyadari sepenuhnya bahwa putera-puteri mereka sedang belajar di sebuah sekolah percobaan.

Erma Pawitasari, M.Ed

Pakar Pendidikan

Suara Islam Edisi 68, Tanggal 5-19 Juni 2009 M/11-25 Jumadil Akhir 1430 H.

No comments