Tips Mengenalkan Islam di Kelas
Mempresentasikan Ideologi Islam
Selasa, 30 Juni 2009 / 7 Rajab 1430Assalamu’alaikum, Ibu Erna.
Saya seorang siswa SMA yang ingin mempresentasikan kelebihan ideologi Islam. Bagaimana agar penganut agama lain di kelas tidak menganggap saya berat sebelah dan mereka tetap enjoy mendengarkannya.
Terima Kasih
Ahmadi Wibwa-Lampung
Wa’alaikum salam Ahmad, semoga rahmat Allah selalu menyertaimu.
Sungguh suatu niatan yang mulia untuk menyampaikan Islam di kelas. Sudah merupakan kewajiban umat Islam untuk menyampaikan kebenaran (baca: Islam) di setiap kesempatan. Jika kita jeli, Insya Allah kesempatan di kelas cukup terbuka, antara lain pada sat-saat:
Presentasi dan diskusi merupakan ajang terbuka untuk menjelaskan Islam. Di sini kita memang di tuntut kehati-hatian terutama apabila di kelas ada pemeluk agama lain. Kehati-hatian ini lebih kepada pemilihan kata-kata, bukan esensinya, sebab kita tahu bahwa ajaran Islam itu sesuai dan baik bagi semua penghuni jagad raya.
Makalah lebih ditujukan kepada Bapak/Ibu guru, siapa tahu tulisan kita bisa membawa mereka ke jalan Islam/taqwa.
Agar penjelasan kita tidak dianggap subyektif, maka kita wajib menyertakan data-data yang akurat. Misalkan, ada tugas untuk presentasi masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam. Di sini kita bisa membuat perbandingan pengelolaan SDA, hasil yang diterima masyarakat dan akibat yang terjadi pada bumi di beberapa negara, khususnya Indonesia, Amerika (sebagai tolak ukur kemajuan & panutan negara-negara muslim saat ini).
Dan negara Khilafah (negara yang didirikan Nabi Muhammad SAW dan jatuh di masa Khilafah Ustmaniyah 1924). Lebih afdol lagi jika kita bisa mendapatkan beberapa butir undang-undang di ketiga Negara tersebut berkaitan dengan pengelolaan SDA. Dengan demikian, kita bisa mendudukkan diri sebagai seorang pelajar yang hanya memaparkan fakta-fakta obyektif.
Apabila pendengarnya muslim semua, maka kita bisa memberikan penekanan akidah di akhir presentasi. Tetapi, bila pendengarnya ada dari pemeluk agama lain, maka biarlah mereka (pendengar) yang membuat kesimpulan sendiri. Gaya penyampaian model inilah yang banyak di anut oleh para pembuat film Barat (baik fiksi maupun dokumenter). Tanpa perlu memberikan kesimpulan, film-film tersebut telah terbukti banyak memepengaruhi cara berpikir penontonnya.
Jika ada poin subyektif yang ingin ditampilkan, salah satu caranya adalah dengan menampilkan hasil wawancara atau petikan komentar. Dengan demikian, kita bisa mempertahankan posisi kita sebagai penyampai yang obyektif dengan “membebankan” kesubyektifan kepada orang lain (yang kita wawancarai atau yang diambil petikan komentarnya).
Cara inilah yang biasa dilakukan oleh para wartawan. Contohnya adalah pada kasus UU Pornografi. Ada media yang lebih banyak mengekspos demonstrasi yang menolak UU Pornografi dan menampilkan opini beberapa orang yang sesuai dengan subyektifitas yang mereka bawa, seakan-akan inilah opini mayoritas masyarakat.
Opini yang mendukung UU Pornografi akan sangat dibatasi, mungkin hanya tayangan sekilas atau hanya menampilkan opini satu orang saja (menunjukkan keminoritasannya).
Karena metode journalistik memang cenderung bias, sebisa mungkin hal ini harus dihindari dalam presentasi ilmiah. Apabila kita perlu untuk mencantumkan pendapat seseorang, maka pastikan orang tersebut adalah memang orang yang kompeten di bidang yang kita angkat. Misalnya dalam hal ini adalah pakar SDA, kementrian BUMN (atau kementrian lain yangn terkai dengan SDA) dan sebagainya.
Agar presentasi kita lebih bisa dinikmati pendengar, gunakanlah media-media yang menarik, misalnya foto-foto, video dan alat peraga. Hindari menampilkan sederet kata-kata (misalnya presentasi berbasis komputer) sebab hal ini akan sangat membosankan. Kata-kata cukup disampaikan secara lisan (kecuali poin-poin penting atau table) selebihnya gunakan media-media lain untuk mendukung penjelasan lisan kita. Dengan demikian, kita bisa memanfaatkan lebih banyak fungsi indra audience.
Di akhir presentasi, jangan lupa menunujukkan daftar sumber-sumber data yang kita gunakan (referensi), termasuk foto-foto, video, dan alamat website. Demikian saran yang bisa saya berikan. Semoga Allah selalu memudahkan lisan kita dan meneguhkan hati kita untuk menyampaikan kebenaran Islam
- 1. Presentasi
2. Membuat makalah
3. Diskusi.
Presentasi dan diskusi merupakan ajang terbuka untuk menjelaskan Islam. Di sini kita memang di tuntut kehati-hatian terutama apabila di kelas ada pemeluk agama lain. Kehati-hatian ini lebih kepada pemilihan kata-kata, bukan esensinya, sebab kita tahu bahwa ajaran Islam itu sesuai dan baik bagi semua penghuni jagad raya.
Makalah lebih ditujukan kepada Bapak/Ibu guru, siapa tahu tulisan kita bisa membawa mereka ke jalan Islam/taqwa.
Agar penjelasan kita tidak dianggap subyektif, maka kita wajib menyertakan data-data yang akurat. Misalkan, ada tugas untuk presentasi masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam. Di sini kita bisa membuat perbandingan pengelolaan SDA, hasil yang diterima masyarakat dan akibat yang terjadi pada bumi di beberapa negara, khususnya Indonesia, Amerika (sebagai tolak ukur kemajuan & panutan negara-negara muslim saat ini).
Dan negara Khilafah (negara yang didirikan Nabi Muhammad SAW dan jatuh di masa Khilafah Ustmaniyah 1924). Lebih afdol lagi jika kita bisa mendapatkan beberapa butir undang-undang di ketiga Negara tersebut berkaitan dengan pengelolaan SDA. Dengan demikian, kita bisa mendudukkan diri sebagai seorang pelajar yang hanya memaparkan fakta-fakta obyektif.
Apabila pendengarnya muslim semua, maka kita bisa memberikan penekanan akidah di akhir presentasi. Tetapi, bila pendengarnya ada dari pemeluk agama lain, maka biarlah mereka (pendengar) yang membuat kesimpulan sendiri. Gaya penyampaian model inilah yang banyak di anut oleh para pembuat film Barat (baik fiksi maupun dokumenter). Tanpa perlu memberikan kesimpulan, film-film tersebut telah terbukti banyak memepengaruhi cara berpikir penontonnya.
Jika ada poin subyektif yang ingin ditampilkan, salah satu caranya adalah dengan menampilkan hasil wawancara atau petikan komentar. Dengan demikian, kita bisa mempertahankan posisi kita sebagai penyampai yang obyektif dengan “membebankan” kesubyektifan kepada orang lain (yang kita wawancarai atau yang diambil petikan komentarnya).
Cara inilah yang biasa dilakukan oleh para wartawan. Contohnya adalah pada kasus UU Pornografi. Ada media yang lebih banyak mengekspos demonstrasi yang menolak UU Pornografi dan menampilkan opini beberapa orang yang sesuai dengan subyektifitas yang mereka bawa, seakan-akan inilah opini mayoritas masyarakat.
Opini yang mendukung UU Pornografi akan sangat dibatasi, mungkin hanya tayangan sekilas atau hanya menampilkan opini satu orang saja (menunjukkan keminoritasannya).
Karena metode journalistik memang cenderung bias, sebisa mungkin hal ini harus dihindari dalam presentasi ilmiah. Apabila kita perlu untuk mencantumkan pendapat seseorang, maka pastikan orang tersebut adalah memang orang yang kompeten di bidang yang kita angkat. Misalnya dalam hal ini adalah pakar SDA, kementrian BUMN (atau kementrian lain yangn terkai dengan SDA) dan sebagainya.
Agar presentasi kita lebih bisa dinikmati pendengar, gunakanlah media-media yang menarik, misalnya foto-foto, video dan alat peraga. Hindari menampilkan sederet kata-kata (misalnya presentasi berbasis komputer) sebab hal ini akan sangat membosankan. Kata-kata cukup disampaikan secara lisan (kecuali poin-poin penting atau table) selebihnya gunakan media-media lain untuk mendukung penjelasan lisan kita. Dengan demikian, kita bisa memanfaatkan lebih banyak fungsi indra audience.
Di akhir presentasi, jangan lupa menunujukkan daftar sumber-sumber data yang kita gunakan (referensi), termasuk foto-foto, video, dan alamat website. Demikian saran yang bisa saya berikan. Semoga Allah selalu memudahkan lisan kita dan meneguhkan hati kita untuk menyampaikan kebenaran Islam
Selamat Berdakwah
Erma Pawitasari, M.Ed
Pakar Pendidikan
Pakar Pendidikan
Suara Islam Edisi 67, Tanggal 15 Mei-5 Juni 2009 M / 20 Jumadil Awwal-11 Jumadil Akhir 1430 H
No comments