Mengelola Sekolah Islam Yang Unggul (2)
Mengelola Sekolah Islam Yang Unggul (2)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bu Erma, saya dari Sumbar. Saya mau Tanya, bagaimana mengelola sekolah yang baru didirikan agar berkualitas dan tidak melenceng dari visinya. Kami mendirikan SDIT ingin mempunyai keunggulan, misal di bidang Ilmu Islam, tentu banyak langkahnya. Kami baru buka Juli mendatang. Mohon uraian Ibu.
Sukran
HP+628136301****
HP+628136301****
-------------------------------
II. Manajemen Yang Jujur & Terbuka
Di dalam sistem Islam, pengadaan sekolah adalah tanggung jawab negara sehingga masyarakat bisa mendapatkan pendidikan secara gratis. Praktek Islam ini ditiru oleh negara-negara Barat, seperti Jerman (semua jenjang) dan Amerika (sampai tingkat SMA).
Pendidikan gratis ini bukanlah sekedar alat politik seperti yang kita jumpai di Indonesia, tetapi orang tua benar-benar tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Sekolah negeri wajib menerima semua anak di wilayahnya yang sudah memenuhi syarat usia, sehingga tidak ada alasan anak tidak bisa sekolah.
Ternyata hal ini tidak mematikan keberadaan sekolah swasta, melainkan mendorong kualitas prima dari sekolah-sekolah swasta sehingga mampu menarik hati orang tua murid yang menginginkan pendidikan lebih khusus.
Di Amerika, misalnya orang tua Muslim yang ingin anak-anaknya belajar agama memilih mengirimkan anaknya ke sekolah swasta Islam. Dari sisi pendanaan, sekolah swasta memang sulit bersaing dengan sekolah negeri.
Sekolah-sekolah Islam di Amerika banyak bergantung kepada sumbangan dan dari komunitas Muslim. Masyarakat Muslim pun antusias membantu karena mereka yakin bahwa tidak ada uang yang masuk ke kantong pribadi pengelola sekolah.
Di sinilah fungsi dari manajemen yang jujur dan terbuka (berbeda dengan sekolah berbasis bisnis/profit).
Oleh karena itu, saya akan memfokuskan bahasan kali ini untuk mengupas manajemen sekolah non profit.
Pertama, Ajaklah semua komponen sekolah (yayasan, pengelola sekolah, guru, orang tua murid) untuk menyamakan tujuan dan meluruskan niat (lihat bagian 1: Orientasi Yang Benar).
Hal ini diperlukan agar semua pihak bisa memberikan kontribusi maksimal terhadap kemajuan sekolah.
Kedua, Jangan terburu-buru ingin menjadi besar. Banyak sekolah yang menjadikan fasilitas fisik sebagai tumbal untuk mendapatkan banyak murid. Calon siswa pun ditarif uang pangkal yang sangat besar untuk menutup kebutuhan pembangunan yang membengkak.
Walhasil, sekolah tidak bisa melayani calon siswa yang kurang mampu. Sekolah pun kurang memperhatikan kualitas pengajaran, seperti memilih guru yang mau dibayar murah dibanding guru yang bermutu, tidak memiliki buku-buku perpustakaan yang memadai, dan tidak menyediakan kurikulum yang baik.
Bagi sekolah non profit, kualitas siswa harus menempati prioritas utama. Jumlah yang sedikit bukanlah persoalan sebab tujuan kita adalah mencari ridlo Allah melalui pemberian pendidikan yang bermutu tinggi.
Bahkan, apabila memungkinkah, sekolah harus memberi kesempatan anak-anak tidak mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas. Di Amerika, kebanyakan sekolah Islam berawal dari masjid sehingga tidak perlu dana khusus untuk membangun gedung.
Ketiga, Gunakan sistem manajemen terbuka, terutama yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran keuangan. Dengan keterbukaan, semua pihak bisa memastikan bahwa tidak ada salah satu pihak yang mengambil untung atas pengorbanan orang lain.
Insya Allah umat Islam tidak akan segan-segan menyumbangkan sebagian rejekinya/tenaganya lillahi ta’ala.
Dalam perekrutan guru pun, sekolah harus menggunakan standar yang sama dan terbuka (bukan hasil negosiasi individu guru). Misalnya, guru dengan kualifikasi A mendapatkan gaji sekian sedang guru dengan kualifikasi B gajinya sekian.
Ini bisa menghindari rasa saling iri di antara para guru sebab semua berhak mendapatkan gaji yang sama asalkan kualifikasinya terpenuhi.
Keempat, Mintalah keterlibatan orang tua secara aktif. Keterlibatan ini bisa dibagi menjadi dua kategori: tenaga dan atau dana. Orang tua yang tidak mampu membayar SPP dan/atau iuran lainnya, bisa membayarkan melalui tenaga sesuai dengan keahliannya (menjadi guru, guru bantu, tenaga adminstrasi, catering, bahkan tenaga kebersihan).
Sistem seperti ini bisa mempererat hubungan sekolah dan orang tua, menghilangkan rasa iri di antara para orang tua, dan memberi kesempatan kepada anak-anak dari kalangan tidak mampu.
Kelima, Manfaatkan fasilitas yang ada untuk menambah pemasukan. Misalnya dengan menyewakan gedung sekolah di sore hari kepada lembaga kursus, membuka gerai hasil karya siswa, dan sebagainya.
Bersambung ke Bagian 3: Mempersiapkan Kurikulum SD Islam.
Erma Pawitasari, M. Ed
Pakar Pendidikan
Pakar Pendidikan
Suara Islam Edisi 72, Tanggal 7-21 Agustus 2009 M/16-30 Sya’ban 1430 H, Hal 20
No comments