Kiat Berpuasa Bagi Diabetasi
Kiat Berpuasa bagi Diabetesi
Kamis, 18 Oktober 2012/2 Zulhijjah 1433 HTak benar penderita Diabetes Mellitus tidak bisa “menikmati” puasa. Asal tau triknya, berpuasa justru menyehatkan para diabetasi
Tak terasa , bulan puasa sebentar lagi datang. Anda penderita Diabetas Mellitus (DM) harus mulai menyiapkan “jurus” untuk menyiasati agar puasa Anda lancar tanpa hambatan. Diabetasi, sebutan bagi penyandang Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis, sering bingung; apakah boleh berpuasa atau tidak?
Apalagi, banyak informasi menyesatkan yang menyebut berpuasa akan mengakibatkan melonjaknya kadar gula darah (terutama saat berbuka) atau bahkan akan mengalami gula darah, yang kadang berakibat fatal. Satu hal yang harus dicatat, adalah tak benar bahwa penderita DM tak bisa berpuasa.
Benar bahwa perubahan metabolic akibat pembatasan makanan dan minuman saat berpuasa dapat berakibat buruk bagi penderita kencing manis. Saat berpuasa saluran pencernaan sama sekali tidak menerima asupan makanan dan minuman selama kurang lebih 14 jam dan hal itu menyebabkan terjadinya beberapa perubahan fisiologis. Namun asal disiasati dengan baik, makan Anda justru akan merasakan manfaat puasa bagi kesehatan dari kebugaran Anda.
Dibutuhkan disiplin diri buat pasien DM jika ingin puasanya berjalan dengan aman. Jika tidak, kadar gula darah bisa tidak seimbang dan itu berbahaya bagi penderita DM. “Pasien masih tetap boleh mengonsumsi gula, asalkan jumlahnya sedikit atau memakai gula diet,” kata dr Em Yunir SpPD, Sekretaris Jenderal Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia).
Sebelum penderita DM menjalani puasa, sebaliknya mereka mengukur kadar gula dan membuat agar kadar glukosa darah terkendali. Yang dimaksud dengan kadar glukosa darah terkendali baik ialah kadar glukosa darah dipertahankan kurang dari 110 mg/dl selama puasa dan 160 mg/dl setelah dua jam makan.
Jika pasien bisa berdisplin diri dengan tidak mengonsumsi makanan yang manis-manis atau dalam jumlah yang terbatas, maka pasien tidak akan mengalami gangguan yang berarti. Dia bisa tetap menjalani puasa dengan baik, tanpa harus takut kadar gula darah berfluktuasi.
“Sama sekali tidak mengonsumsi gula atau makanan yang mengandung gula, juga tidak baik. Dia akan menderita hipoglikemia atau kekurangan kadar gula dalam darah,” ujarnya.
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana penderita akan mengalami gelisah dan berkeringat, gemetar, berdebar-debar, rasa semutan pada lidah dan bibir, penglihatan ganda, bingung. Bila dibiarkan berlanjut dapat terjadi kesadaran menurun dan kejang-kejang.. penderita DM lanjut usia harus menghindari terjadinya hipoglikemia karena akibatnya bisa sangat fatal.
Biasanya, hipoglikemia terjadi pada sore hari, saat menjelang buka puasa. Jika hipoglikemia terjadi, sebaiknya segeralah membatalkan puasa dengan mengonsumsi makanan atau minuman yang manis seperti sirup, buah kurma, kolak , dan sebagainya. Setelah itu barulah menyantap makanan lengkap.
Satu hal yang juga harus diingat adalah pembagian porsi makanan. Diabetasi memiliki kemampuan tubuh yang terbatas dalam hal pengaturan metabolisme hidrat arang. Diabetasi harus mengonsumsi makanan dalam jumlah kalori tertentu. Untuk itu, agar tidak terjadi lonjakan gula darah, pembagiaannya harus seimbang.
Misalkan saja, berbukalah secukupnya saja, dan tidak mengonsumsi makanan/minuman manis dalam jumlah berlebih. Setelah shalat tarawih, makanlah dalam jumlah wajar untuk menjaga kadar gulanya.
Pada saat sahur, sebaiknya pasien DM mengonsumsi makanan dalam jumlah normal sarapan. Lalu pada saat berbuka, porsi dan jenis makanan bisa disamakan dengan jumlah makanan siang atau sedikit lebih banyak. Makanan berbuka ini bisa disantap langsung pada saat berbuka ataupun setelah shalat Maghrib. Jadi, tak ada alasan untuk tidak berpuasa bukan?
Apalagi, banyak informasi menyesatkan yang menyebut berpuasa akan mengakibatkan melonjaknya kadar gula darah (terutama saat berbuka) atau bahkan akan mengalami gula darah, yang kadang berakibat fatal. Satu hal yang harus dicatat, adalah tak benar bahwa penderita DM tak bisa berpuasa.
Benar bahwa perubahan metabolic akibat pembatasan makanan dan minuman saat berpuasa dapat berakibat buruk bagi penderita kencing manis. Saat berpuasa saluran pencernaan sama sekali tidak menerima asupan makanan dan minuman selama kurang lebih 14 jam dan hal itu menyebabkan terjadinya beberapa perubahan fisiologis. Namun asal disiasati dengan baik, makan Anda justru akan merasakan manfaat puasa bagi kesehatan dari kebugaran Anda.
Dibutuhkan disiplin diri buat pasien DM jika ingin puasanya berjalan dengan aman. Jika tidak, kadar gula darah bisa tidak seimbang dan itu berbahaya bagi penderita DM. “Pasien masih tetap boleh mengonsumsi gula, asalkan jumlahnya sedikit atau memakai gula diet,” kata dr Em Yunir SpPD, Sekretaris Jenderal Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia).
Sebelum penderita DM menjalani puasa, sebaliknya mereka mengukur kadar gula dan membuat agar kadar glukosa darah terkendali. Yang dimaksud dengan kadar glukosa darah terkendali baik ialah kadar glukosa darah dipertahankan kurang dari 110 mg/dl selama puasa dan 160 mg/dl setelah dua jam makan.
Jika pasien bisa berdisplin diri dengan tidak mengonsumsi makanan yang manis-manis atau dalam jumlah yang terbatas, maka pasien tidak akan mengalami gangguan yang berarti. Dia bisa tetap menjalani puasa dengan baik, tanpa harus takut kadar gula darah berfluktuasi.
“Sama sekali tidak mengonsumsi gula atau makanan yang mengandung gula, juga tidak baik. Dia akan menderita hipoglikemia atau kekurangan kadar gula dalam darah,” ujarnya.
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana penderita akan mengalami gelisah dan berkeringat, gemetar, berdebar-debar, rasa semutan pada lidah dan bibir, penglihatan ganda, bingung. Bila dibiarkan berlanjut dapat terjadi kesadaran menurun dan kejang-kejang.. penderita DM lanjut usia harus menghindari terjadinya hipoglikemia karena akibatnya bisa sangat fatal.
Biasanya, hipoglikemia terjadi pada sore hari, saat menjelang buka puasa. Jika hipoglikemia terjadi, sebaiknya segeralah membatalkan puasa dengan mengonsumsi makanan atau minuman yang manis seperti sirup, buah kurma, kolak , dan sebagainya. Setelah itu barulah menyantap makanan lengkap.
Satu hal yang juga harus diingat adalah pembagian porsi makanan. Diabetasi memiliki kemampuan tubuh yang terbatas dalam hal pengaturan metabolisme hidrat arang. Diabetasi harus mengonsumsi makanan dalam jumlah kalori tertentu. Untuk itu, agar tidak terjadi lonjakan gula darah, pembagiaannya harus seimbang.
Misalkan saja, berbukalah secukupnya saja, dan tidak mengonsumsi makanan/minuman manis dalam jumlah berlebih. Setelah shalat tarawih, makanlah dalam jumlah wajar untuk menjaga kadar gulanya.
Pada saat sahur, sebaiknya pasien DM mengonsumsi makanan dalam jumlah normal sarapan. Lalu pada saat berbuka, porsi dan jenis makanan bisa disamakan dengan jumlah makanan siang atau sedikit lebih banyak. Makanan berbuka ini bisa disantap langsung pada saat berbuka ataupun setelah shalat Maghrib. Jadi, tak ada alasan untuk tidak berpuasa bukan?
Tripuji
Spoiler for Hiden:
Berawal dari Ketidakseimbangan Insulin
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit dimana kadar glukosa
didalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara cukup. Insulin merupakan hormon yang
dilepaskan olehn Pankreas yang bertanggung jawab dalam mempertahankan
kadar gula darah yang normal.
Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Insulin ini dibutuhkan untuk mengubah glukosa dalam darah menjadi energi.
Tidak tercukupinya kebutuhan insulin atau ketidakmampuan insulin bekerja efektif akan mengakibatkan kadar gula dalam darah meningkat sehingga melebihi batas normal. Gula yang berlebih ini dibuang antara lain melalui air seni, sehingga penyakit ini sering dinamakan kencing manis.
Dulu, kita hanya tahu penyakit ini diturunkan. Artinya, jika kedua orang tua atau kakek nenek kita ada yang terkena diabetes, maka besar kemungkinan kita juga akan terkena penyakit ini. Namun, diabetes bukan karena faktor keturunan saja, tetapi juga dipengaruhi Faktor lingkungan.
Faktor lingkungan berperan menyebabkan perubahan gaya hidup yang tidak sehat seperti makan berlebihan (berlemak dan kurang serat), kurang aktivitas fisik, sering stress, menjadi sejumlah actor penyebab diabetes.
Diabetes kadang tidak menunjukkan gejala berarti sehingga orang tidak menyadari kalau dirinya mengidap kencing manis. Dia baru menyadari DM bercokol di tubuhnya jika salah satu organ tubuh sudah terkena dampaknya.
Padahal jika jeli, tanda-tanda itu jelas terbaca. Gejala yang perlu diwaspadai Anda terkena kencing manis adalah sering kencing, mudah lapar dan haus, berat badan menurun, cepat lelah dan mengantuk, luka sulit sembuh, penglihatan kabur dan sering berganti kacamata, gatal-gatal terutama di daerah kemaluan, melahirkan bayi diatas 4 kg, disfungsi ereksi dan kesemutan.
Ada empat jenis diabetes, yaitu tipe 1, tipe 2, tipe lain-lain dan diabetes kehamilan. Diabetes tipe 1(Insulin dependent DM) terjadi apabila: tubuh sedikit memproduksi atau sama sekali tidak menghasilkan insulin; tergantung pada insulin dan memerlukan suntikan/inhalasi insulin secara teratur agar pasien tetap sehat; dan umumnya terjadi sebelum 30 tahun.
Diabetes tipe 2 (Non-insulin-dependent DM) terjadi apabila: produksi insulin tidak cukup efektif atau berkurang; tidak tergantung pada insulin dan dapat dikendalikan dengan tablet atau diet; umumnya terjadi pada pasien berusia menengah atau lanjut; dan cenderung diturunkan secara genetic dalam keluarga.
Diabetes kehamilan adalah diabetes yang terjadi pada ibu hamil. Kasus ini sering disebut Diabetes Mellitus Gestasional, merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sednag hamil, yang sebelumnya tidak mengidap DM.
Gejala utama dari kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada penyakit diabetes yang lain yaitu sering buang air kecil, selalu merasa haus, dan sering merasa lapar.
Hanya yang membedakan adalah keadaan pasien saat ini sedang hamil. Biasanya penyakit akan menghilang dengan sendirinya setelah janin lahir.
Menurut beberapa sumber, diabetasi yang diperbolehkan berpuasa adalah pasien yang kadar gula darahnya terkendali yakni kurang dari 110 mg/dl sewaktu berpuasa dan kurang dari 160 mg/dl pada dua jam setelah berpuasa.
Diabetasi tipe 1 (diabetes karena kurangnya produksi insulin) yang stabil atau terkendali dengan perencanaan makan dan olah raga diperbolehkan berpuasa.
Diabeteasi tipe-2 (diabetes akibat kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin) dapat berpuasa asal dilakukan kontrol yang baik dan pengawasan glukosa darah secara ketat.
Selain itu, diabetasi yang mendapat suntikan insulin satu kali per hari dapat berpuasa sedangkan mereka yang mendapatkan suntikan insulin dua kali sehari atau lebih dianjurkan untuk tidak berpuasa.
Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Insulin ini dibutuhkan untuk mengubah glukosa dalam darah menjadi energi.
Tidak tercukupinya kebutuhan insulin atau ketidakmampuan insulin bekerja efektif akan mengakibatkan kadar gula dalam darah meningkat sehingga melebihi batas normal. Gula yang berlebih ini dibuang antara lain melalui air seni, sehingga penyakit ini sering dinamakan kencing manis.
Dulu, kita hanya tahu penyakit ini diturunkan. Artinya, jika kedua orang tua atau kakek nenek kita ada yang terkena diabetes, maka besar kemungkinan kita juga akan terkena penyakit ini. Namun, diabetes bukan karena faktor keturunan saja, tetapi juga dipengaruhi Faktor lingkungan.
Faktor lingkungan berperan menyebabkan perubahan gaya hidup yang tidak sehat seperti makan berlebihan (berlemak dan kurang serat), kurang aktivitas fisik, sering stress, menjadi sejumlah actor penyebab diabetes.
Diabetes kadang tidak menunjukkan gejala berarti sehingga orang tidak menyadari kalau dirinya mengidap kencing manis. Dia baru menyadari DM bercokol di tubuhnya jika salah satu organ tubuh sudah terkena dampaknya.
Padahal jika jeli, tanda-tanda itu jelas terbaca. Gejala yang perlu diwaspadai Anda terkena kencing manis adalah sering kencing, mudah lapar dan haus, berat badan menurun, cepat lelah dan mengantuk, luka sulit sembuh, penglihatan kabur dan sering berganti kacamata, gatal-gatal terutama di daerah kemaluan, melahirkan bayi diatas 4 kg, disfungsi ereksi dan kesemutan.
Ada empat jenis diabetes, yaitu tipe 1, tipe 2, tipe lain-lain dan diabetes kehamilan. Diabetes tipe 1(Insulin dependent DM) terjadi apabila: tubuh sedikit memproduksi atau sama sekali tidak menghasilkan insulin; tergantung pada insulin dan memerlukan suntikan/inhalasi insulin secara teratur agar pasien tetap sehat; dan umumnya terjadi sebelum 30 tahun.
Diabetes tipe 2 (Non-insulin-dependent DM) terjadi apabila: produksi insulin tidak cukup efektif atau berkurang; tidak tergantung pada insulin dan dapat dikendalikan dengan tablet atau diet; umumnya terjadi pada pasien berusia menengah atau lanjut; dan cenderung diturunkan secara genetic dalam keluarga.
Diabetes kehamilan adalah diabetes yang terjadi pada ibu hamil. Kasus ini sering disebut Diabetes Mellitus Gestasional, merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sednag hamil, yang sebelumnya tidak mengidap DM.
Gejala utama dari kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada penyakit diabetes yang lain yaitu sering buang air kecil, selalu merasa haus, dan sering merasa lapar.
Hanya yang membedakan adalah keadaan pasien saat ini sedang hamil. Biasanya penyakit akan menghilang dengan sendirinya setelah janin lahir.
Menurut beberapa sumber, diabetasi yang diperbolehkan berpuasa adalah pasien yang kadar gula darahnya terkendali yakni kurang dari 110 mg/dl sewaktu berpuasa dan kurang dari 160 mg/dl pada dua jam setelah berpuasa.
Diabetasi tipe 1 (diabetes karena kurangnya produksi insulin) yang stabil atau terkendali dengan perencanaan makan dan olah raga diperbolehkan berpuasa.
Diabeteasi tipe-2 (diabetes akibat kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin) dapat berpuasa asal dilakukan kontrol yang baik dan pengawasan glukosa darah secara ketat.
Selain itu, diabetasi yang mendapat suntikan insulin satu kali per hari dapat berpuasa sedangkan mereka yang mendapatkan suntikan insulin dua kali sehari atau lebih dianjurkan untuk tidak berpuasa.
Tripuji
Suara Islam Edisi 50, Tanggal 15 Agustus – 4 September 2008 M / 13 Sya’ban – 4 Ramadhan 1429 H, Hal 22
No comments