Manajemen Kelas
Selasa, 13 April 2010 / 28 Rabiul Akhir 1431


Bu, bagaimana cara atau teknik untuk menguasai dan mengendalikan anak, supaya mereka bisa memperhatikan apa yang disampaikan di sekolah.

Terima kasih atas jawabannya.

Aroel_1206yahho.com


Assalamu’alaikum Bapak Guru Aroel,

Apa yang Bapak tanyakan ini masuk ke dalam pembahasan manajemen kelas. Topik ini sangat menarik untuk dikaji lebih jauh. Banyak pakar Barat telah menuliskan masalah ini, dan biasanya menyarankan agar guru menggunakan teknik manajemen kelas yang “menyenangkan” siswa.

Namun, merupakan fakta yang tidak terbantahkan, ternyata kyai-kyai pesantren “tradisional” bisa mengatur dan mengendalikan murid-muridnya tanpa cara yang lazim disebut “menyenangkan”. Padahal, jumlah murid mereka sangat banyak dan bahkan multi level.

Kedua pendekatan di atas, Insya Allah bisa dipadukan untuk mencari konsep yang bisa menjaga kedisplinan murid namun tetap menyenangkan. Untuk itu, manajemen kelas tidak cukup diselesaikan di ruang kelas.

Ada beberapa langkah preventif yang Insya Allah akan memudahkan pelaksanaan manajemen kelas.

Langkah-langkah Preventif :

1. Pemberian Motivasi

Secara berkala, sekolah seyogyanya mengingatkan seluruh komponen sekolah tentang orientasi belajar yang benar yakni untuk mencari keridhoan Allah SWT melalui ilmu-ilmu yang bermanfaat.

Motivasi kepada murid bisa diberikan setiap hari, sebelum pelajar dimulai. Ketika mereka paham, Insya Allah kesungguhan dan semangat dalam menimba ilmu akan muncul.

Kebiasaan ini bukanlah hal yang kolot. Di sekolah umum Amerika pun, anak-anak diwajibkan untuk mengucapkan sumpah setia kepada nilai-nilai Amerika setiap pagi.

2. Menginformasikan dampak buruk media.

TV, games elektronik, internet dan komik bisa memberi pengaruh egative jika tidak dikontrol dan di arahkan dengan benar. Pelajar menjadi lebih malas belajar, senang berkhayal, agresif, sulit berkonsentrasi, sibuk pacaran, dan sebagainya.

Sekolah wajib menginformasikan kepada orang tua temtang dampak buruk TV, games elektronik, internet dan komik terhadap perilaku anak dan mendorong orang tua untuk membatasi penggunaan media tersebut bagi anak-anaknya.

3. Memahami latar belakang murid.

Keadaan keluarga murid berpengaruh besar terhadap tingkat konsentrasi dan kesuksesan mereka. Orang tua yang menyulitkan si murid dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, atau bahkan jika dia harus membantu mencari nafkah keluarga, harus dimaklumi dan sebisa mungkin dicarikan jalan keluar. Salah satu caranya adalah dengan tidak membebani murid ini dengan PR.

PELAKSANAAN DI KELAS

Jumlah murid berperan besar. Dengan 15 murid, guru masih bisa memberikan perhatian yang cukup kepada tiap-tiap individu. Di atas itu, guru akan kewalahan. Untuk mengatasinya, guru bisa memilih beberapa siswa terbaik sebagai asistennya.

Para asisten ini bertanggung jawab memimpin kelompoknya, baik dari sisi pencapaian target belajar maupun kedisplinan. Selain masalah kuantitas murid, beberapa hal lain yang perlu diperhatikan adalah:
  • Tingkat Kesulitan Materi

    Guru harus memikirkan tingkat kesulitan materi pelajaran. Anak yang tidak memperhatikan pelajaran biasanya disebabkan karena pelajaran tersebut terlalu sulit atau malah terlalu mudah.
  • Tes Awal

    Tes awal diberikan untuk mengetahui level pemahaman murid. Tes ini sangat bermanfaat untuk menyiapkan materi belajar, membagi kelompok belajar, dan memberikan materi yang sesuai dengan masing-masing anak / kelompok belajar.
  • Waktu Luang

    Waktu luang memberi kesempatan anak-anak ngobrol tidak karuan atau berbuat onar. Ini akan menjadi kebiasaan sehingga mereka pun ngobrol / berbuat onar pada saat guru sedang berbicara.

    Untuk itu, guru harus selalu menyiapkan berbagai kegiatan sepanjang waktu belajar, termasuk mengantisipasi mereka yang menyelesaikan tugas-tugasnya dengan cepat. Lebih baik guru memiliki cadangan rencana kegiatan daripada membiarkan terjadinya waktu luang.
  • Hadiah dan Hukuman

    Dalam menangani murid, guru sebaiknya menyiapkan sistem hadiah dan hukuman. Hadiah harus mampu memotivasi siswa, sedangkan hukuman seyogyanya cukup menakutkan (namun tetap berada dalam batasan syar’i).

    Hadiah dan hukuman ini harus diketahui oleh siswa, sebab apabila guru menghukum siswa dengan suatu hukuman yuang belum disosialisasikan sebelumnya, maka guru tersebut telah bertindak dzolim.

    Pelaksanaannya harus bertahap tapi konsisten. Bertahap dalam artian memberi kesempatan siswa untuk berbuat lebih baik dalam kebaikan untuk berbuat lebih keras dalam menghindari kesalahan.

Demikian beberapa hal yang bisa saya sarankan. Semoga Allah memudahkan urusan kita dan memberi kita pahala yang berlimpah. Aamiin.

Erma Pawitasari

Pakar Pendidikan


Suara Islam Edisi 85 Tanggal 5-19 Maret 2010 M / 19 Rabi’ul Awwal – 3 Rabi’ul Akhir 1431 H, Hal 19