Extra Ecclesiam Nulla Salus
Extra Ecclesiam Nulla Salus
Rabu, 21 Nopember 2012/7 Muharram 1434 H
“Tidak ada keselamatan di luar Gereja. Islam ada sekte terkutuk sekaligus berbahaya (execrable and noxious heresy)…”
Johannes of Damascus (740 M)
Masih ingatkah pembaca dengan nama satu ini, Yahya Al-Dimasyqiy atau dikenal juga sebagai John of Damascus? Saya pernah membahasnya pada MU edisi lalu. Kali ini saya akan mengutip dari buku Adnin Armas, “Metodologi Bibel Dalam Studi Al Qur’an” yang sangat perlu untuk kita ketahui.
Yahya Al-Dimasyqiy atau Jihannes Damascenus atau John of Damascis atau Yuhanna al Dimashqi (dibaca:loannou tou Damaskhenou) adalah orang yang sama. Ia menulis dalam bahasa Yunani kuno, atau yang dikenal Concerning Heresy (sebuah bab dari The Fountain of Wisdom).
Tulisan tersebut, yang ditulis sekitar tahun 743 M, membahas mengenai sekte-sekte bid’ah. Salah satunya Islam, yang merupakan pembahasan paling terakhir dari berbagai macam sekte-sekte bid’ah.
Dalam tulisannya itu, Johannes tidak pernah menyebut orang-orang Islam sebagai Muslim. Ia menyebutnya Ismaelitai (artinya orang-orang Ismail), Agarenoi (artinya orang-orang Agar) dan Sarrakhenoi (artinya Sarah ditinggalkan).
Ia menyebut Al Qur’an sebagai graphe (artinya kitab) dan berpendapat Mamed (artinya Muhammad) bukanlah seorang Nabi. Ia menegaskan Al Qur’an banyak memuat cerita-cerita bodoh (idle tales).
Sebegitu bencinya terhadap Islam, ia memutarbalikkan dan mencemari dengan pikiran-pikiran kotornya sendiri tentang kisah pernikahan Rasulullah dengan Zainab binti Jahsy. Pemikiran Johannes tersebut terus dikembangkan, disadur dan menjadi rujukan buku-buku lain para Orientalis.
Yahya Al-Dimasyqiy atau Jihannes Damascenus atau John of Damascis atau Yuhanna al Dimashqi (dibaca:loannou tou Damaskhenou) adalah orang yang sama. Ia menulis dalam bahasa Yunani kuno, atau yang dikenal Concerning Heresy (sebuah bab dari The Fountain of Wisdom).
Tulisan tersebut, yang ditulis sekitar tahun 743 M, membahas mengenai sekte-sekte bid’ah. Salah satunya Islam, yang merupakan pembahasan paling terakhir dari berbagai macam sekte-sekte bid’ah.
Dalam tulisannya itu, Johannes tidak pernah menyebut orang-orang Islam sebagai Muslim. Ia menyebutnya Ismaelitai (artinya orang-orang Ismail), Agarenoi (artinya orang-orang Agar) dan Sarrakhenoi (artinya Sarah ditinggalkan).
Ia menyebut Al Qur’an sebagai graphe (artinya kitab) dan berpendapat Mamed (artinya Muhammad) bukanlah seorang Nabi. Ia menegaskan Al Qur’an banyak memuat cerita-cerita bodoh (idle tales).
Sebegitu bencinya terhadap Islam, ia memutarbalikkan dan mencemari dengan pikiran-pikiran kotornya sendiri tentang kisah pernikahan Rasulullah dengan Zainab binti Jahsy. Pemikiran Johannes tersebut terus dikembangkan, disadur dan menjadi rujukan buku-buku lain para Orientalis.
Abdul Masih al-Kindi ( + 873 M)
Nama ini pun tidak kalah hebat dalam menyerang pemikiran-pemikiran
Islam. Kalangan Kristen sering menjadikan risalah Abdul Masih al-Kindi
sebagai rujukan untuk menghujat Al Qur’an
Al Kindi, yang diduga penganut Kristen Nestorian, berpendapat bahwa Muhammad bukanlah seorang Nabi. Dalam pandangannya, seorang Nabi itu akan memberitahu peristiwa yang tidak diketahui oleh orang lain.
Termasuk di antaranya peristiwa yang sudah atau yang akan berlalu. Dalam pandangannya, orang Kristen telah mengetahui cerita mengenai Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa.
Cerita Muhammad mengenai ‘Ad, Thamud, unta dan gajah adalah cerita-cerita bodoh. Ia pun menyebut Muhammad mengambil Al Qur’an dari Sergius, seorang biarawan Kristen.
Pemikiran-pemikiran Al Kindi yang sangat menyesatkan tersebut banyak disadur dan disebarkan oleh Anton Tien, misionaris asal Amerika pada akhir abad ke-19.
Al Kindi, yang diduga penganut Kristen Nestorian, berpendapat bahwa Muhammad bukanlah seorang Nabi. Dalam pandangannya, seorang Nabi itu akan memberitahu peristiwa yang tidak diketahui oleh orang lain.
Termasuk di antaranya peristiwa yang sudah atau yang akan berlalu. Dalam pandangannya, orang Kristen telah mengetahui cerita mengenai Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa.
Cerita Muhammad mengenai ‘Ad, Thamud, unta dan gajah adalah cerita-cerita bodoh. Ia pun menyebut Muhammad mengambil Al Qur’an dari Sergius, seorang biarawan Kristen.
Pemikiran-pemikiran Al Kindi yang sangat menyesatkan tersebut banyak disadur dan disebarkan oleh Anton Tien, misionaris asal Amerika pada akhir abad ke-19.
Petrus Venerabilis (1094 – 1156 M)
Nama lainnya adalah Pierre Maurice de Monthboissier
adalah Kepala Biara Cluny di Perancis. Biara Cluny termasuk biara
paling berpengaruh di Kristen Eropada pada zaman pertengahan Barat.
Sekitar tahun 1141-1142 M, Petrus Venerabilis berkunjung ke Toledo, Spanyol yang saat itu masih bernama Andalusia, negeri Muslim. Di sana ia menghimpun, membiayai dan menugaskan tim penerjemah untuk menghasilkan karya berseri yang dijadikan landasan bagi para misionaris Kristen ketika berinteraksi dengan kaum Muslimin.
Hasilnya adalah penerjemahan Al Qur’an ke dalam bahasa Latin oleh Robert dari Ketton, 1143 yang berjudul Liber Legis Saracenorum quem Alcoran Vocant (Kitab Hukum Islam yang disebut Al Qur’an)
Banyak sekali penyimpangan dalam terjemahan tersebut, namun terjemahan Ketton tetap dijadikan fondasi bagi terjemahan Al Qur’an ke bahasa Italia, Jerman dan Belanda. Dengan terjemahan tersebut, Barat untuk pertama kalinya memiliki instrument untuk mempelajari Islam secara serius.
Para pendeta, pastor, dan misionaris selama 600 tahun menjadikan terjemahan Ketton sebagai sumber utama ketika merujuk kepada Al Qur’an. Motif Petrus Vencrabilis membentuk “Islamic Studies” di Spanyol adalah untuk “membaptis pemikiran kaum Muslimin”. Tujuannya mengalahkan Islam secara pemikiran.
Dalam suasana Perang Salib periode kedua (1145-1150 M), Petrus Vencrabilis menyatakan:”… Dan dengan perkataanku, aku menyerang mereka yang aku tidak pernah melihat, orang yang mungkin aku tidak pernah lihat. Namun aku menyerangmu bukan sebagaimana sebagian dari kami (orang-orang Kristen) sering melakukan, dengan senjata, tetapi dengan kata-kata, bukan dengan kekuatan, namun dengan akal;…”
Petrus Venerabilis mengajak orang-orang Islam ke jalan “keselamatan’ karena dalam keyakinannya tidak ada keselamatan di luar gereja (extra ecclesiam nulla salus). Ia menyatakan Islam adalah sekte terkutuk sekaligus berbahaya (execrable and noxious heresy), doktrin berbahaya (pestilential doctrine), ingkar (impious) dan sekte terlaknat (a damnable sect) dan Muhammad adalah orang jahat (an evil man). Ia menyatakan Al Qur’an tidak terlepad dari peran setan.
Anehnya, sekarang banyak calon intelektual Muslim mempelajari Islam justru melalui orang-orang Kristen, Yahudi atau bahkan Ateis. Ini berarti “penaklukan pemikiran” yang dicita-citakan oleh Petrus Venerabilis telah menjadi sebuah kenyataan!
Sekitar tahun 1141-1142 M, Petrus Venerabilis berkunjung ke Toledo, Spanyol yang saat itu masih bernama Andalusia, negeri Muslim. Di sana ia menghimpun, membiayai dan menugaskan tim penerjemah untuk menghasilkan karya berseri yang dijadikan landasan bagi para misionaris Kristen ketika berinteraksi dengan kaum Muslimin.
Hasilnya adalah penerjemahan Al Qur’an ke dalam bahasa Latin oleh Robert dari Ketton, 1143 yang berjudul Liber Legis Saracenorum quem Alcoran Vocant (Kitab Hukum Islam yang disebut Al Qur’an)
Banyak sekali penyimpangan dalam terjemahan tersebut, namun terjemahan Ketton tetap dijadikan fondasi bagi terjemahan Al Qur’an ke bahasa Italia, Jerman dan Belanda. Dengan terjemahan tersebut, Barat untuk pertama kalinya memiliki instrument untuk mempelajari Islam secara serius.
Para pendeta, pastor, dan misionaris selama 600 tahun menjadikan terjemahan Ketton sebagai sumber utama ketika merujuk kepada Al Qur’an. Motif Petrus Vencrabilis membentuk “Islamic Studies” di Spanyol adalah untuk “membaptis pemikiran kaum Muslimin”. Tujuannya mengalahkan Islam secara pemikiran.
Dalam suasana Perang Salib periode kedua (1145-1150 M), Petrus Vencrabilis menyatakan:”… Dan dengan perkataanku, aku menyerang mereka yang aku tidak pernah melihat, orang yang mungkin aku tidak pernah lihat. Namun aku menyerangmu bukan sebagaimana sebagian dari kami (orang-orang Kristen) sering melakukan, dengan senjata, tetapi dengan kata-kata, bukan dengan kekuatan, namun dengan akal;…”
Petrus Venerabilis mengajak orang-orang Islam ke jalan “keselamatan’ karena dalam keyakinannya tidak ada keselamatan di luar gereja (extra ecclesiam nulla salus). Ia menyatakan Islam adalah sekte terkutuk sekaligus berbahaya (execrable and noxious heresy), doktrin berbahaya (pestilential doctrine), ingkar (impious) dan sekte terlaknat (a damnable sect) dan Muhammad adalah orang jahat (an evil man). Ia menyatakan Al Qur’an tidak terlepad dari peran setan.
Anehnya, sekarang banyak calon intelektual Muslim mempelajari Islam justru melalui orang-orang Kristen, Yahudi atau bahkan Ateis. Ini berarti “penaklukan pemikiran” yang dicita-citakan oleh Petrus Venerabilis telah menjadi sebuah kenyataan!
Hj Irene Handono
Pakar Kristologi, Pendiri Irena Center
Pakar Kristologi, Pendiri Irena Center
Media Umat | Edisi 55, 13 – 26 Rabiul Akhir 1432 H / 18 – 31 Maret 2011
No comments