Media Belajar Tidak Perlu Mahal
Media Belajar Tidak Perlu Mahal
Salam, Bu Erma.
Saya Ibu dengan seorang anak usia 3 tahunan. Keingintahuan anak saya tentang alam, hewan & lingkungan sekitarnya sangat tinggi tapi media untuk mengarahkan, menjawab rasa penasarannya kurang mendukung; di rumah tidak ada TV maupun VCD karena keterbatasan ekonomi.
Yang ingin saya tanyakan, bagaimana mengembangkan jiwa kritisnya dalam segala hal dalam keterbatasan kami.
Jazakillah khair.
Ummu Muharriq - Majalengka.Saya Ibu dengan seorang anak usia 3 tahunan. Keingintahuan anak saya tentang alam, hewan & lingkungan sekitarnya sangat tinggi tapi media untuk mengarahkan, menjawab rasa penasarannya kurang mendukung; di rumah tidak ada TV maupun VCD karena keterbatasan ekonomi.
Yang ingin saya tanyakan, bagaimana mengembangkan jiwa kritisnya dalam segala hal dalam keterbatasan kami.
Jazakillah khair.
HP. +628131243****
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ummu Muharriq, semoga rahmat Allah berlimpah pada Bunda, saya dan para pembaca Suara Islam.
Subhanallah dan alhamdulillah Bunda dikaruniai putra yang aktif dalam mencari ilmu (memiliki rasa ingin tahu yang besar). Di sisi lain, amanah ini mewajibkan Bunda untuk memenuhi akal dan jiwanya dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat, yakni ilmu-ilmu yang akan membawanya kepada keridhoan Allah SWT di dunia dan akhirat.
Bunda, sesungguhnya pembinaan karakter dan pendidikan ilmu-ilmu dasar tidak membutuhkan biaya yang tinggi. Yang paling diperlukan --- bahkan mungkin satu-satunya hal yang diperlukan –adalah kemauan Bunda untuk menyediakan waktu, energi dan kesabaran yang cukup bagi sang buah hati.
Memang harus kita akui bahwa dalam alam ekonomi kapitalisme seperti saat ini, manusia dikondisikan untuk merasa tergantung kepada uang. Uang dianggap raja; tanpa uang kita dibuat merasa tidak berdaya.
Para produsen pun di dorong untuk berproduksi sebanyak-banyaknya demi kenaikan profit, tanpa secara sungguh-sungguh memperhatikan kebutuhan riil (sehingga kita dibuat “merasa” butuh terhadap sesuatu yang sesungguhnya tidak kita butuhkan).
Sebagai contoh adalah susu formula (susu bayi), di mana produsen memborbardir kita dengan label-label menggiurkan seperti meningkatkan “kecerdasan otak”, “daya kreativitas”, “daya pikir optimal”, dsb.
Sehingga banyak ibu-ibu yang merasa bahwa ASI saja tidak cukup untuk memberikan zat-zat gizi seperti yang ditawarkan susu formula. Padahal sejatinya, susu formula hanya berusaha meniru fungsi ASI. Itupun tidak berhasil 100%.
Dengan konsep yang hampir sama, para produsen CD/DVD pun memborbardir kita dengan “tawaran-tawaran edukatif”, “meningkatkan kecerdasan”, “kreatifitas”, dsb. Seakan-akan tanpa bantuan media kita tidak mampu mencerdaskan anak-anak.
Padahal, sekali lagi CD/DVD tadi hanya berusaha MENIRU fungsi guru (atau para ibu selaku guru dari putra-putrinya). Para pembuat media pengajaran hanyalah berusaha menyajikan apa yang manusia dan alam semesta sajikan, yang manusia dan alam semesta sajikan tidak lebih dari itu.
Oleh karenanya Bunda, jangan terbalik dengan berpikir bahwa pendidikan dan daya kreativitas putra Bunda terhambat lantaran tidak adanya CD/DVD edukatif di rumah. Bahkan, absennya TV dari rumah perlu Bunda syukuri.
Menurut penelitian, anak-anak yang banyak tereksposes dengan TV pada usia di bawah 2 tahun, lebih banyak mengalami gangguan kecerdasan, baik dalam perkembangan bahasanya maupun ketrampilan tangan.
Lalu, model pengajaran seperti apa yang bisa Bunda terapkan? Saya sarankan agar Bunda lebih banyak mengajak putra Bunda untuk bermain ketrampilan tangan (Hands On Activities).
Ajaklah putra Bunda melihat daun dan mempelajarinya secara teliti, membedakan jenis-jenis daun, menggambar daun, membuat hiasan dinding dari daun, dsb. Demikian pula dengan binatang.
Bunda pakai saja binatang yang mudah tersedia di rumah/sekitar, seperti kucing, semut yang sedang berjalan menyusuri tembok, atau bahkan kecoak yang dimasukkan ke dalam gelas tertutup (dengan sedikit lubang udara).
Untuk belajar lingkungan, Bunda tinggal buat jadwal harian jalan-jalan keliling lingkungan sambil belajar mengenal sampah, mengenal kendaraan yang lalu lalang, tanaman, hewan, profesi orang-orang yang lewat dsb.
Nah, apabila putra Ibu menanyakan hal yang tidak mudah ditemukan di sekitar kita seperti: “Bunda, dinosaurus giginya berapa?” maka Bunda bisa menggunakan teknik bercerita atau bila memungkinkan bisa mengajak sang buah hati ke toko buku.
Di banyak toko buku, kita bisa melihat-lihat buku tanpa harus membelinya. Sesungguhnya, bercerita itu tidak selalu harus dengan gambar. Rasulullah SAW banyak bercerita kepada para sahabat dan beliau tidak menggunakan gambar.
Misalnya, ketika beliau bercerita tentang surga tetapi cukup menggambarkan keindahannya melalui kata-kata. Bunda pun bias menggambarkan dinosaurus kepada putra Bunda tanpa harus menunjukkan gambar dinosaurus.
Teknik bercerita tanpa gambar Insya Allah akan lebih mengasah kecerdasan dan kreativitas anak-anak kita.
Demikian jawaban dan penjelasan dari saya, semoga isa membantu Bunda dalam memberikan pendidikan terbaik bagi sang buah hati.
Ummu Muharriq, semoga rahmat Allah berlimpah pada Bunda, saya dan para pembaca Suara Islam.
Subhanallah dan alhamdulillah Bunda dikaruniai putra yang aktif dalam mencari ilmu (memiliki rasa ingin tahu yang besar). Di sisi lain, amanah ini mewajibkan Bunda untuk memenuhi akal dan jiwanya dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat, yakni ilmu-ilmu yang akan membawanya kepada keridhoan Allah SWT di dunia dan akhirat.
Bunda, sesungguhnya pembinaan karakter dan pendidikan ilmu-ilmu dasar tidak membutuhkan biaya yang tinggi. Yang paling diperlukan --- bahkan mungkin satu-satunya hal yang diperlukan –adalah kemauan Bunda untuk menyediakan waktu, energi dan kesabaran yang cukup bagi sang buah hati.
Memang harus kita akui bahwa dalam alam ekonomi kapitalisme seperti saat ini, manusia dikondisikan untuk merasa tergantung kepada uang. Uang dianggap raja; tanpa uang kita dibuat merasa tidak berdaya.
Para produsen pun di dorong untuk berproduksi sebanyak-banyaknya demi kenaikan profit, tanpa secara sungguh-sungguh memperhatikan kebutuhan riil (sehingga kita dibuat “merasa” butuh terhadap sesuatu yang sesungguhnya tidak kita butuhkan).
Sebagai contoh adalah susu formula (susu bayi), di mana produsen memborbardir kita dengan label-label menggiurkan seperti meningkatkan “kecerdasan otak”, “daya kreativitas”, “daya pikir optimal”, dsb.
Sehingga banyak ibu-ibu yang merasa bahwa ASI saja tidak cukup untuk memberikan zat-zat gizi seperti yang ditawarkan susu formula. Padahal sejatinya, susu formula hanya berusaha meniru fungsi ASI. Itupun tidak berhasil 100%.
Dengan konsep yang hampir sama, para produsen CD/DVD pun memborbardir kita dengan “tawaran-tawaran edukatif”, “meningkatkan kecerdasan”, “kreatifitas”, dsb. Seakan-akan tanpa bantuan media kita tidak mampu mencerdaskan anak-anak.
Padahal, sekali lagi CD/DVD tadi hanya berusaha MENIRU fungsi guru (atau para ibu selaku guru dari putra-putrinya). Para pembuat media pengajaran hanyalah berusaha menyajikan apa yang manusia dan alam semesta sajikan, yang manusia dan alam semesta sajikan tidak lebih dari itu.
Oleh karenanya Bunda, jangan terbalik dengan berpikir bahwa pendidikan dan daya kreativitas putra Bunda terhambat lantaran tidak adanya CD/DVD edukatif di rumah. Bahkan, absennya TV dari rumah perlu Bunda syukuri.
Menurut penelitian, anak-anak yang banyak tereksposes dengan TV pada usia di bawah 2 tahun, lebih banyak mengalami gangguan kecerdasan, baik dalam perkembangan bahasanya maupun ketrampilan tangan.
Lalu, model pengajaran seperti apa yang bisa Bunda terapkan? Saya sarankan agar Bunda lebih banyak mengajak putra Bunda untuk bermain ketrampilan tangan (Hands On Activities).
Ajaklah putra Bunda melihat daun dan mempelajarinya secara teliti, membedakan jenis-jenis daun, menggambar daun, membuat hiasan dinding dari daun, dsb. Demikian pula dengan binatang.
Bunda pakai saja binatang yang mudah tersedia di rumah/sekitar, seperti kucing, semut yang sedang berjalan menyusuri tembok, atau bahkan kecoak yang dimasukkan ke dalam gelas tertutup (dengan sedikit lubang udara).
Untuk belajar lingkungan, Bunda tinggal buat jadwal harian jalan-jalan keliling lingkungan sambil belajar mengenal sampah, mengenal kendaraan yang lalu lalang, tanaman, hewan, profesi orang-orang yang lewat dsb.
Nah, apabila putra Ibu menanyakan hal yang tidak mudah ditemukan di sekitar kita seperti: “Bunda, dinosaurus giginya berapa?” maka Bunda bisa menggunakan teknik bercerita atau bila memungkinkan bisa mengajak sang buah hati ke toko buku.
Di banyak toko buku, kita bisa melihat-lihat buku tanpa harus membelinya. Sesungguhnya, bercerita itu tidak selalu harus dengan gambar. Rasulullah SAW banyak bercerita kepada para sahabat dan beliau tidak menggunakan gambar.
Misalnya, ketika beliau bercerita tentang surga tetapi cukup menggambarkan keindahannya melalui kata-kata. Bunda pun bias menggambarkan dinosaurus kepada putra Bunda tanpa harus menunjukkan gambar dinosaurus.
Teknik bercerita tanpa gambar Insya Allah akan lebih mengasah kecerdasan dan kreativitas anak-anak kita.
Demikian jawaban dan penjelasan dari saya, semoga isa membantu Bunda dalam memberikan pendidikan terbaik bagi sang buah hati.
Erma Pawitasari
Pakar Pendidikan
Pakar Pendidikan
Suara Islam Edisi 112 Tanggal 2 - 16 Jumadil Akhir 1432 H / 6 - 20 Mei 2011 M, Hal 19
No comments